Pemerintah Provinsi Bengkulu berupaya menyalurkan bantuan ke sejumlah daerah terisolasi akibat bencana banjir dan longsor di provinsi itu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
BENGKULU, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Bengkulu berupaya menyalurkan bantuan ke sejumlah daerah terisolasi akibat bencana banjir dan longsor. Beberapa desa sejak bencana menerjang pada Sabtu (27/4/2019) belum menerima bantuan dari pemerintah lantaran akses menuju wilayah tersebut terputus atau tertimbun longsor.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, Rabu (1/5), mengatakan, pemerintah mulai berupaya menyalurkan bantuan berupa bahan makanan siap saji, selimut, obat-obatan, dan bantuan lainnya. ”Berdasarkan laporan dari tim di lapangan, sejumlah daerah yang sempat terisolasi sekarang sudah mulai terbuka. Saya ingin memastikan kebenaran laporan tersebut,” ucap Rohidin.
Sebelumnya, masih ada beberapa desa yang belum bisa diakses, seperti di Kecamatan Merigi Sakti dan Kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah. Di desa tersebut, bantuan belum tersalurkan secara optimal karena akses jalan masih belum terbuka.
Beragam cara dilakukan untuk dapat mendistribusikan logistik ke daerah terisolasi, termasuk melibatkan komunitas untuk membawa logistik. ”Saya sudah meminta komunitas offroad terlibat dalam penyaluran bantuan ke sejumlah desa yang terisolasi,” kata Rohidin.
Rohidin menerangkan, proses pendistribusian bantuan logistik harus merata dan tidak hanya terfokus pada wilayah perkotaan. ”Bantuan sudah cukup banyak masuk ke Kota Bengkulu. Saya instruksikan tim terpadu untuk mendistribusikannya ke desa-desa yang belum menerima bantuan dari pemerintah,” katanya.
Rohidin menuturkan, dalam upaya membuka akses jalan, dirinya juga telah menginstruksikan perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah yang terkena bencana untuk mengerahkan alat berat guna membuka akses jalan. Rohidin juga turun langsung untuk mengecek distribusi bantuan ke daerah-daerah yang terisolasi itu pada Rabu.
Pemantauan lapangan ini juga dimaksudkan untuk mengumpulkan data terkait kondisi warga sehingga bisa dapat ditentukan daerah mana saja yang perlu segera menerima bantuan.
Pencarian korban
Fokus lain pemerintah pada masa tanggap darurat ini adalah melakukan pencarian terhadap korban hilang yang tertimbun longsor. Hingga saat ini terdata 30 korban tewas dan 6 korban hilang. Rohidin mengungkapkan, pihaknya akan menyalurkan santunan dari Kementerian Sosial sebesar Rp 15 juta untuk ahli waris.
Sementara itu, Kantor Basarnas Bengkulu terus berupaya mencari korban yang tertimbun longsor di tiga titik yang tersebar di Kabupaten Bengkulu Tengah. Kepala Basarnas Bengkulu Abdul Malik mengatakan, untuk mengoptimalkan pencarian, pihaknya juga melibatkan Basarnas Jambi.
Sebanyak 95 personel dikerahkan untuk melakukan pencarian di tiga titik longsor di Bengkulu Tengah, yakni di Desa Susup, Kecamatan Merigi Sakti; Desa Kelindang, Kecamatan Merigi Kelindang; dan Desa Talang Boseng, Kecamatan Pondok Kelapa.
Di Desa Susup diperkirakan ada satu korban tertimbun, sementara di Desa Kelindang diperkirakan ada tiga korban tertimbun. Adapun di Desa Talang Boseng, satu korban tertimbun.
Di lapangan, ujar Malik, petugas mengalami kesulitan karena material longsoran mencapai panjang 1 kilometer dengan tinggi 1-4 meter. Adapun pencarian korban di sungai juga terkendala banyaknya material kayu yang turut terbawa arus banjir.
Proses pencarian, lanjut Malik, akan berlangsung hingga 2 Mei atau 7 hari setelah bencana. ”Perpanjangan waktu pencarian akan ditentukan sesuai kondisi lapangan,” katanya.