BJ Habibie Imbau Para Tokoh untuk Lakukan Rekonsiliasi
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, Rabu (1/5/2019) di kediamannya di Jakarta Selatan, mengimbau para tokoh untuk melakukan rekonsiliasi masyarakat yang terpecah seusai Pemilihan Presiden 2019.
Para tokoh itu tergabung dalam Gerakan Suluh Kebangsaan. Mereka datang ke kediaman Habibie untuk meminta pandangan dan solusi terkait dengan masalah kebangsaan yang muncul dalam proses pemilu yang masih berjalan saat ini.
Mereka yang hadir antara lain Ketua Umum Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD; Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah); mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan; dan istri presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid.
Kemudian, ada budayawan dan rohaniwan Katolik, Franz Magnis-Suseno; putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid; Staf Khusus Presiden, Siti Ruhaini; ulama dan akademisi M Quraish Shihab.
Dalam konferensi pers seusai pertemuan, Mahfud menyampaikan beberapa informasi dan pesan dari Habibie kepada mereka. Salah satunya mengenai pentingnya rekonsiliasi dua calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, untuk menenangkan kubu masing-masing yang saling berseteru dalam proses perhitungan suara Pemilu 2019 saat ini.
”Pak Habibie telah bertemu dengan keduanya dan berpesan kepada mereka untuk tunggu KPU. KPU akan menentukan. Kalau ada ketidakberesan atau kecurangan, sampaikan di sana. Kalau tidak puas lagi, nanti masih ada MK (Mahkamah Konstitusi). Itu prosedur hukumnya,” kata mantan Ketua MK itu.
Menurut Mahfud, pada pertemuan itu Habibie juga mengajak mereka untuk terus mengawal proses pemilu dan meminta para tokoh agar ikut memulihkan persatuan bangsa.
”Kami antara lain nantinya akan menghimpun teman-teman seperti ini untuk menyuarakan rekonsiliasi itu. Kami juga akan sampaikan ke lembaga-lembaga (penyelenggara pemilu) itu agar negara ini jangan sampai pecah meskipun sebenarnya kami khawatir ada bibit-bibit seperti itu yang harus diantisipasi. Kami semua pun optimistis. Insya Allah bangsa ini bersatu kembali,” ujarnya.
Persatuan
Dalam pertemuan yang sempat dibuka beberapa saat, Habibie menyampaikan bahwa Indonesia harus mengandalkan sumber daya manusia untuk menentukan keberlanjutan bangsa dan negara di masa depan. Namun, kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa harus ditopang dengan persatuan.
”Saya katakan SDM. (Kualitas) SDM tidak akan baik kalau pemikiran manusianya divergen, terpecah pecah, tidak konvergen dalam suatu kesatuan. Yang tidak satu akan mudah terpecah-pecah,” ujarnya.
Menurut dia, persatuan bangsa akan terjadi jika ada pemimpin bijak yang mampu memberikan contoh dan manajemen masyarakatnya dengan baik. Hal itu juga disepakati Sinta Nuriyah.
”Jika ada the right man in the right place, semuanya akan ditata dengan sebaik-baiknya. Tetapi, jika tidak, semuanya akan kocar-kacir, ya kan,” ujarnya.