CARACAS, RABU — Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido mengeluarkan seruan yang keras kepada militer untuk membantu dirinya mengusir Presiden Nicolas Maduro, Selasa (30/4/2019). Namun, hingga Rabu (1/5/2019), tidak ada sinyalemen dari petinggi militer merespons seruan itu.
Pada Selasa kemarin, ribuan orang pendukung Guaido berunjuk rasa di Caracas, ibu kota Venezuela. Para pengunjuk rasa dan sekelompok militer pro Guaido bentrok dengan polisi antihuru-hara di Jalan Raya Francisco Fajardo. Mereka melempari dengan batu kendaraan lapis baja militer yang menerobos barisan pengunjuk rasa. Menjelang sore, tensi menurun dan tidak terlihat indikasi oposisi akan merebut kekuasaan dengan kekuatan militer.
Kelompok penggiat hak asasi manusia menyebutkan sekitar 109 orang terluka dalam bentrok itu. Sebagian besar dari mereka terkena peluru karet.
Seruan pada Selasa itu merupakan upaya paling berani Guaido untuk meyakinkan militer agar bangkit melawan Maduro. Jika gagal, hal itu bisa dilihat sebagai bukti Guaido kekurangan dukungan. Hal itu juga bisa mendorong pihak pemerintah, yang telah mencabut kekebalan parlementer yang dimiliki Guaido, untuk menggelar penyelidikan kepadanya dan menangkapnya.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo kepada CNN mengatakan bahwa ”sejauh pemahaman” Maduro diketahui telah siap bertolak menuju Kuba, sekutunya. Namun, Maduro dibujuk oleh Rusia untuk tetap tinggal di negaranya.
Melalui akun Twitter-nya, Guaido mengatakan kepada pendukungnya untuk kembali turun ke jalan pada Rabu ini. Ia juga menegaskan kembali ajakannya kepada militer untuk berpihak kepadanya, sambil mengatakan, Maduro tidak memiliki dukungan militer.
”Hari ini Venezuela punya kesempatan untuk memberontak secara damai terhadap tiran yang sedang menutup diri,” ujar Guaido.
Situasi ”instabilitas politik dan tensi yang meningkat” membuat Badan Penerbangan Federal (FAA) AS mengeluarkan larangan maskapai penerbangan AS untuk terbang pada ketinggian di bawah 26.000 kaki, atau 7.924 meter, di wilayah udara Venezuela hingga pemberitahuan selanjutnya.
Maduro tampil di televisi
Pada Selasa malam, Maduro tampil di televisi pemerintah didampingi sejumlah pejabat, antara lain Menteri Pertahanan Vladimir Padrino dan Wakil Presiden Partai Sosialis Diosdado Cabello. ”Hari ini, tujuannya adalah pertunjukan besar,” kata Maduro merujuk pada anggota militer yang memihak Guaido yang disebutnya sebagai ”kelompok kecil”.
”Rencana mereka gagal, seruan mereka gagal karena Venezuela menghendaki perdamaian,” lanjut Maduro.
Padrino mengatakan, angkatan bersenjata akan terus membela konstitusi dan ”pemerintah yang sah” dan markas besar angkatan bersenjata beroperasi normal.
Pada Rabu (1/5/2019), upaya menguasai kembali jalanan di Caracas untuk mendesak Maduro mundur sepertinya gagal. Seiring berjalannya waktu, Guaido terlihat berada di jalan hanya ditemani sekelompok kecil pendukungnya dan prajurit yang pro kepadanya.
Harapan agar militer terpecah tidak terlihat. Pesawat yang disebut AS disiapkan untuk membawa Maduro ke pengasingan tidak pernah lepas landas.
Guaido, yang memimpin Majelis Nasional, telah meminta konstitusi untuk menganggap dirinya sebagai presiden sementara pada Januari 2019. Ia beralasan, terpilihnya kembali Maduro tahun 2018 tidak sah. Namun, Maduro tetap bergeming meski terjadi krisis ekonomi. Sebagian besar negara Barat mendukung Guaido, pemberlakuan sanksi oleh AS, dan protes luas dari masyarakat.
Venezuela berada dalam krisis ekonomi yang dalam meski memiliki cadangan minyak melimpah. Kekurangan makanan dan obat-obatan telah memaksa 3 juta penduduk Venezuela eksodus ke negara tetangga dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi semakin parah ketika mayoritas wilayah negara itu gelap gulita akibat pemadaman listrik berhari-hari. Ini terjadi karena pasokan listrik terbatas.
Ganti kepala intelijen
Maduro menyatakan, dirinya telah mengembalikan Gustavo Gonzalez Lopez sebagai Kepala Badan Intelijen Sebin tanpa memberikan penjelasan dicopotnya Manuel Cristopher Figuera dari jabatan Kepala Intelijen Sebin. Tahun lalu, Figuera menduduki jabatan kepala intelijen menggantikan Gonzalo Lopez.
Pejabat AS lain mengatakan, tiga pejabat teras loyalis Maduro, yakni Menteri Pertahanan Vladimir Padrino, Hakim Kepala di Mahkamah Agung Maikel Moreno, dan komandan pasukan pengawal presiden Ivan Rafael Hernandez Dala, telah mengadakan pembicaraan dengan oposisi. Ketiganya disebut mendukung transisi kekuasaan secara damai. Di Twitter, Moreno menyerukan semua pihak untuk tenang.
”Mereka bernegosiasi dalam waktu lama dengan tujuan memulihkan demokrasi, tetapi sepertinya hari ini mereka belum tampil,” kata Utusan Khusus AS untuk Venezuela Elliot Abrams. Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menyatakan, ”Semua setuju bahwa Maduro harus mundur.” Akan tetapi, pernyataan-pernyataan tersebut tidak dibarengi dengan bukti.