Kawasan Asia bertahan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global. Namun, pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia bervariasi, sesuai kondisi yang dihadapi.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono dari Nadi, Fiji
·2 menit baca
NADI, KOMPAS — Kawasan Asia bertahan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi global. Namun, pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia bervariasi, sesuai kondisi yang dihadapi.
Tahun ini, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara-negara berkembang di Asia diperkirakan 5,7 persen. PDB ekonomi industrialisasi baru, seperti Hong Kong, China, Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan, diperkirakan tumbuh 6,2 persen. ”Asia berkontribusi sekitar 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi global,” kata Kepala Ekonom Bank Pembangunan Asia (ADB) Yasuyuki Sawada di Nadi, Fiji, Rabu (1/5/2019), di sela-sela Pertemuan Tahunan ADB.
Adapun pertumbuhan PDB Indonesia tahun ini diperkirakan 5,2 persen. ”Salah satu faktor penyumbang pertumbuhan adalah kekuatan permintaan domestik,” ujarnya.
Sawada memaparkan, salah satu tantangan di Asia, yang juga terjadi dalam dua dekade terakhir, adalah bencana. Sejumlah negara di Asia terpapar bencana, seperti siklon, topan, banjir, kekeringan, erupsi, dan tsunami. Oleh karena itu, negara-negara di Asia harus mengutamakan penguatan ketahanan terhadap bencana.
Sementara itu, Kepala Ekonom ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) Hoe Ee Khor mengatakan, tahun 2018 merupakan tahun yang menantang, termasuk bagi Indonesia yang terdampak bencana alam. ”Namun, ada ketahanan ekonomi sehingga perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh 5,2 persen,” katanya.
Tahun ini, salah satu tantangan adalah faktor eksternal. ”Kenaikan harga minyak, misalnya, bagus bagi fiskal, tetapi tidak bagus bagi neraca pembayaran,” katanya.
Menurut dia, inflasi dan suku bunga harus terus dijaga pada level yang baik untuk mendukung ekonomi. Pengembangan infrastruktur di Indonesia selama ini merupakan langkah tepat dalam upaya menjaga ekonomi agar tetap tumbuh.
Direktur Jenderal Asia Tenggara ADB Ramesh Subramaniam menambahkan, pengembangan infrastruktur menjadi salah satu prioritas ADB di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. ”Kami memiliki sejumlah proyek, pembiayaan, dan pendampingan teknis di tujuh negara kawasan Asia Tenggara,” ucapnya.
Berdasarkan data ADB, portofolio pinjaman dan hibah per 31 Desember 2018 di ASEAN 17,6 miliar dollar AS. Tahun ini, ADB mengalokasikan 2,6 miliar dollar AS bagi Indonesia, termasuk untuk pengembangan infrastruktur.