Pusat Penelitian Arkeologi Nasional akhirnya menimbun kembali kotak galian di situs Lambanapu di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur, NTTimur. Ini dilakukan untuk menjaga keamanan temuan-temuan arkeologi di situs kubur berusia 2.000 tahun itu.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·4 menit baca
WAINGAPU, KOMPAS — Pusat Penelitian Arkeologi Nasional akhirnya menimbun kembali kotak galian di situs Lambanapu di Desa Lambanapu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Langkah ini dilakukan untuk menjaga keamanan temuan-temuan arkeologi di situs kubur berusia 2.000 tahun itu.
Penimbunan kotak ekskavasi atau galian tersebut dilakukan menggunakan pasir beberapa truk. Dengan demikian, jika sewaktu-waktu situs akan dibuka lagi, arkeolog akan lebih mudah menggalinya.
Setelah Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) melakukan penelitian pada 19-30 April 2019 di situs Lambanapu, Nggau Roti, sesepuh Desa Lambanapu beserta sejumlah warga berkeinginan agar kotak galian ekskavasi yang berisi kerangka manusia, tempayan, dan aneka peninggalan itu tetap dibiarkan terbuka agar bisa disaksikan masyarakat serta wisatawan. Para tokoh adat dan jajaran Pemerintah Kabupaten Sumba Timur sempat berdiskusi panjang untuk membahas hal ini.
Meski demikian, karena kondisi tulang-belulang, tempayan, dan aneka macam peninggalan di situs Lambanapu sangat rapuh dan riskan rusak, Puslit Arkenas memutuskan untuk menimbun kembali kotak galian tersebut.
”Sebenarnya jika pemerintah daerah setempat saat ini menyiapkan anggaran yang cukup untuk mencetak casting atau replika artefak dan kerangka-kerangka, kotak galian situs Lambanapu tidak perlu kami timbun lagi. Tetapi, sampai sekarang anggaran tersebut belum ada dan demi terjaganya keamanan temuan, kami harus menutupnya lagi,” kata Retno Handini, Ketua Tim Penelitian Situs Lambanapu dari Puslit Arkenas, Rabu (1/5/2019), di Waingapu, Sumba Timur.
Jika pemerintah daerah setempat saat ini menyiapkan anggaran yang cukup untuk mencetak casting atau replika artefak dan kerangka-kerangka, kotak galian situs Lambanapu tidak perlu kami timbun lagi.
Suatu saat, jika pemda setempat dan Puslit Arkenas memiliki dana cukup untuk membuat replika artefak dan kerangka-kerangka, kotak galian di situs Lambanapu bisa dibuka kembali. Sebelumnya, Puslit Arkenas mencetak tiga replika kerangka manusia dan kubur tempayan situs Lambanapu. Meski demikian, masih banyak artefak dan kerangka-kerangka manusia yang belum sempat dicetak replikanya.
Sejak Maret lalu, total ada 23 kerangka individu manusia yang berhasil ditemukan di situs Lambanapu, terdiri dari 16 kerangka orang dewasa dan 7 kerangka anak-anak. Selain itu, ditemukan pula artefak-artefak lain, mulai dari tempayan kubur, manik-manik berwarna-warni, mangkuk perunggu, hingga perhiasan. Untuk mencetak replika artefak dan kerangka dibutuhkan dana sekitar Rp 200 juta.
Oknum tak bertanggung jawab
Seperti di beberapa situs lain, temuan-temuan yang ada mesti dibuatkan replikanya, kemudian temuan aslinya diangkat dan disimpan di museum setempat. Dengan demikian, masyarakat dan pengunjung tetap bisa menyaksikan kondisi awal situs tersebut dengan melihat replika-replika temuan yang dibentuk sangat mirip dengan aslinya.
Dua tahun lalu, ketika Puslit Arkenas melakukan ekskavasi di sisi selatan kotak galian situs Lambanapu saat ini, pada saat temuan kubur tempayan dibiarkan terbuka, terdapat oknum tak bertanggung jawab yang mengangkat sebuah tempayan bertumpuk dua dari tempat aslinya. Karena tak ditemukan benda-benda berharga di dalamnya, tempayan tersebut ditinggal begitu saja tergeletak di sebelahnya.
Untuk mengantisipasi kasus serupa terulang, tahun ini Puslit Arkenas langsung menutup kotak galian setelah penelitian selesai. Suatu saat, situs itu pasti akan dibuka lagi untuk proses pencetakan replika artefak dan kerangka-kerangka manusia di dalamnya.
Arkeolog senior Prof Truman Simanjuntak meyakini, situs Lambanapu masih menyimpan begitu banyak peninggalan arkeologi. Hingga kini, arkeolog baru menemukan kompleks kubur saja.
Arkeolog senior Prof Truman Simanjuntak meyakini, situs Lambanapu masih menyimpan begitu banyak peninggalan arkeologi.
”Di dekat tempat penguburan seperti ini pasti ada kawasan hunian manusia yang sampai sekarang belum berhasil ditemukan. Kami memperkirakan tempat hunian itu ada di sekitar perumahan warga yang hanya beberapa meter dari tempat penguburan,” ucapnya.
Selama ini, penelitian arkeologi yang dilakukan di Sumba Timur belum memberikan data mendasar sejak kapan Pulau Sumba dihuni oleh manusia. Namun, penemuan kubur-kubur manusia di situs Lambanapu dalam ekskavasi 2016, 2017, dan 2019 mulai membuka perspektif-perspektif baru tentang siapa manusia yang dikuburkan, sejak kapan kehadirannya di Sumba, bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan, hingga apa konsepsi kepercayaannya.
Untuk menyosialisasikan hasil penelitian di situs Lambanapu, Puslit Arkenas bersama Balai Arkeologi Bali dan Pemkab Sumba Timur menggelar kegiatan Rumah Peradaban Lambanapu di Waingapu, Senin (29/4/2019). Kegiatan ini diikuti 700 peserta yang terdiri dari siswa SMP, siswa SMA, dan masyarakat umum.