Seiring dengan pengembangan yang dilakukan Kementerian Pertanian, produksi bawang putih di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, kembali menggeliat. Daerah itu pun diharapkan menjadi salah satu kontributor pada swasembada bawang putih yang ditargetkan terwujud pada 2021.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
WONOSOBO, KOMPAS — Seiring dengan pengembangan yang dilakukan Kementerian Pertanian, produksi bawang putih di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, kembali menggeliat. Daerah itu pun diharapkan menjadi salah satu kontributor pada swasembada bawang putih yang ditargetkan terwujud pada 2021.
Wonosobo menjadi salah satu daerah pengembangan bawang putih yang digalakkan Kementan, yang mewajibkan importir bawang putih untuk menanam benih. Hasil panen bukan untuk konsumsi, melainkan benih, sehingga luasan tanam bawang putih akan terus bertambah setiap tahun.
Kepala Bidang Perkebunan dan Hortikultura Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kabupaten Wonosobo Sidik Widagdo di Wonosobo, Kamis (2/5/2019), mengatakan, pola kemitraan itu membuat petani tertarik menanam bawang putih. Ada 11 perusahaan importir yang bermitra dengan petani di Wonosobo.
”Di Wonosobo, hingga kini sudah ada 380 hektar penanaman bawang putih dengan produksi hingga 17 ton per hektar. Setelah ditanyakan, petani ingin kemitraan berlanjut pada musim tanam 2019. Kami harap luasan akan terus bertambah sehingga bawang putih di Wonosobo kembali menggeliat,” katanya.
Adapun masa tanam terakhir adalah pada Oktober 2018, yang kemudian dipanen pada Maret 2019. Sidik menambahkan, antusiasme itu diharapkan menjadi momentum mengembalikan kejayaan bawang putih di Wonosobo. Pada akhirnya, hal itu juga diharapkan membuat petani lebih sejahtera.
Di Wonosobo, hingga kini sudah ada 380 hektar penanaman bawang putih dengan produksi hingga 17 ton per hektar. Setelah ditanyakan, petani ingin kemitraan berlanjut pada musim tanam 2019. Kami harap luasan akan terus bertambah sehingga bawang putih di Wonosobo kembali menggeliat.
Pengembangan bawang putih itu antara lain di Kecamatan Kepil, Sapuran, Kalikajar, Kertek, Watumalang, dan Garung. ”Daerah-daerah itu pada 1980-1990 memang banyak memproduksi bawang putih, yakni varietas lumbu kuning dan lumbu hijau. Namun, jatuhnya harga membuat petani beralih ke sayur-sayuran dan tembakau,” kata Sidik.
Pengembangan benih
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng R Heru Praptana menuturkan, Wonosobo menjadi satu dari 12 kabupaten untuk pengembangan benih bawang putih. Secara geografis, daerah itu cocok dengan bawang putih yang ditanam 800 meter di atas permukaan laut.
BPTP Jateng, lanjut Heru, telah melakukan pembenihan bawang putih seluas 20 hektar di Kabupaten Temanggung sebagai sentra utama sejak 2017. ”Hasilnya, 33 ton benih didistribusikan ke 12 kabupaten di Jateng. Selain benih itu, juga ada pengembangan lokal serta dari kemitraan dengan importir,” ujarnya.
Menurut Heru, upaya pengembangan bawang putih dari hulu ke hilir dilakukan Kementan demi mewujudkan swasembada pada 2021. Itu juga merupakan bagian dari upaya melindungi petani. Jika produksi dengan benih sendiri, bukan impor, fluktuasi harga dapat lebih dikendalikan.
Petani di Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Yahman (50), mengatakan, dirinya sudah menitip daftar lewat temannya untuk ikut dalam kemitraan, tetapi belum diproses. Ia tertarik untuk bermitra karena ada jaminan harga jual dan tidak akan dipermainkan oleh tengkulak.
”Saya juga berharap kemitraan ini tidak hanya per tahun, tetapi berkelanjutan. Apalagi ada perbedaan masa tanam dan panen di beberapa kecamatan di Wonosobo,” ujar Yahman, yang juga menanam tembakau dan wortel.