Bek Tottenham Hotspur Jan Vertonghen tergeletak, tangannya menutupi wajah yang berdarah saat menjamu Ajax pada laga pertama semifinal Liga Champions, Rabu (1/5/2019) dini hari WIB. Kepalanya beradu dengan kepala Toby Alderweireld di jantung pertahanan Ajax. Darah mengucur deras dari hidungnya.
Setelah mendapat perawatan tim medis, bek asal Belgia itu pun siap bermain lagi. Wasit Antonio Mateu Lahoz dari Spanyol, sempat bertanya untuk memastikan apakah Vertonghen benar-benar bisa bermain. Ketika tim medis mengiyakan, Vertonghen mendapat izin untuk masuk.
Tak lama, Vertonghen (32) membungkuk dan berjalan pelan ke luar lapangan. Ia tidak kuat lagi bermain dan minta segera diganti. Setiba di pinggir lapangan, dia sempoyongan sehingga tim medis dan Pelatih Spurs Mauricio Pochettino cepat-cepat memapahnya. Vertonghen terlihat kesakitan dan hampir muntah.
Luka di kepala akibat benturan itu masih terus diperiksa oleh dokter klub. ”Dia (Vertonghen) baik-baik saja. Semoga ia tidak mengalami cedera yang parah,” ujar Pochettino.
Perbaikan prosedur
Insiden itu pun memicu protes. Banyak pihak mempertanyakan prosedur penanganan pemain sepak bola dengan cedera kepala. Dari kasus itu terlihat, prosedur masih belum jelas dan cedera kepala masih dianggap remeh karena pemain kembali diperbolehkan main. Padahal, bisa jadi pemain itu mengalami gegar otak.
”Gegar otak itu tidak mudah didiagnosis. Gejalanya tidak terlihat dan dokter butuh keterangan yang jujur dari pasien mengenai apa yang dirasakan,” ujar Luke Griggs, juru bicara Headway, organisasi yang menangani cedera otak di Inggris, seperti dikutip laman BBC. Karena itu, diagnosa tidak bisa dilakukan di lapangan seperti kasus Vertonghen.
Griggs berharap sepak bola memiliki prosedur baku penanganan pemain cedera kepala di masa depan. Prosedur itu, misalnya, langsung mengganti pemain yang baru saja mengalami benturan di kepala. Dengan demikian, tim medis bisa memeriksa luka tersebut dengan menyeluruh sehingga risiko yang lebih besar bisa dihindari.
Pelatih Ajax Erik ten Hag punya pandangan serupa. Setidaknya langkah pencegahan itu muncul dari inisiatif klub. ”Cedera kepala sangat berbahaya. Jika ada yang terluka, segera bawa keluar. Jangan ambil risiko,” ujarnya.
Risiko besar
Risiko yang timbul sangat besar ketika meremehkan cedera pada kepala. Jeff Astle, mantan pemain West Bromwich Albion, meninggal dunia pada tahun 2002 dalam usia 59 tahun. Dokter yang merawatnya, seperti ditulis laman Four Four Two, menyatakan bahwa Astle mengalami gangguan otak akibat benturan di kepala selama bermain bola.
Pada tahun 1960-an, bola yang dipakai masih berupa bola kulit yang berat. Bola itu bisa menimbulkan gegar otak apabila pemain terus menerus mengenai kepala pemain dengan keras. Menjelang ajalnya, Astle sudah lupa bahwa ia adalah mantan striker tim nasional Inggris.
Gegar otak yang tidak disadari ini juga dapat menimbulkan banyak penyakit turunan pada tahun-tahun berikutnya. Andy Wilkinson, mantan pemain Stoke City, juga mengalami vertigo setelah kepalanya terkena bola dengan sangat keras pada tahun 2015. Sama seperti Vertonghen, waktu itu Wilkinson juga merasa masih bisa melanjutkan laga.
Akhirnya, Wilkinson memutuskan untuk pensiun pada Februari 2016 karena ia juga menjadi sering marah dan depresi. “Dokter tidak tahu apakah saya bisa kembali pulih,” ujarnya. (AP)