Destinasi wisata di Jawa Timur terus berkembang seiring kreativitas generasi muda memoles desanya menjadi desa wisata. Munculnya objek wisata berbasis perdesaan menjadi pusat ekonomi baru yang bisa mengurangi ketimpangan masyarakat perdesaan dan perkotaan.
Oleh
IQBAL BASYARI/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Destinasi wisata di Jawa Timur terus berkembang seiring kreativitas generasi muda memoles desanya menjadi desa wisata. Munculnya obyek wisata berbasis perdesaan menjadi pusat ekonomi baru bisa mengurangi ketimpangan masyarakat perdesaan dan perkotaan.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa seusai Pembukaan Majapahit International Travel Fair (MTF) 2019 di Surabaya mengatakan, anak-anak muda di desa makin kreatif melahirkan destinasi wisata baru di daerahnya. Keindahan dipadu kearifan lokal menjadi daya tarik tersendiri dalam mengembangkan desa wisata. ”Dana desa memicu pertumbuhan desa wisata yang menjadi peningkatan percepatan ekonomi masyarakat perdesaan,” kata Khofifah.
Menurut dia, disparitas antara masyarakat perkotaan dan perdesaan di Jatim cukup lebar. Kemiskinan di perdesaan mencapai 15,2 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kemiskinan di perkotaan sebesar 6,9 persen. Keberadaan desa wisata menjadi basis ekonomi baru diyakini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Khofifah mengatakan, Jatim memiliki banyak potensi desa wisata dengan beragam kearifan lokal yang belum dioptimalkan. Oleh sebab itu, dia mendorong anak-anak muda desa agar mengembangkan potensi tersebut menjadi sebuah pusat ekonomi baru yang bisa memberikan pemasukan bagi masyarakat sekitar.
Dia mencontohkan, desa wisata di Pujon Kidul, Kabupaten Malang, tumbuh dan memberikan penghidupan bagi masyarakatnya. Saat ini desa wisata tersebut mampu menyerap tenaga kerja hingga 600 orang dengan pendapatan Rp 4 juta per bulan. Sumbangan pendapatan asli daerah ke pemda mencapai Rp 2,5 miliar per tahun.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim Sinarto mengatakan, hingga saat ini ada 290 desa wisata di Jatim. Sebanyak 26 di antaranya merupakan desa wisata unggulan yang mampu menarik ribuan wisatawan per tahun.
”Kami melakukan promosi hingga ke luar negeri untuk menarik wisatawan. Di sisi lain, warga desa diberikan bimbingan untuk mengelola potensi yang ada di desanya agar menjadi unggulan dan daya tarik wisatawan,” ucapnya.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, pengembangan sektor wisata di daerah memiliki efek domino bagi perkembangan ekonomi daerah tersebut. Jika pariwisata tumbuh, kepercayaan investor untuk berinvestasi di sektor pariwisata akan berkembang.
Selain itu, bisa menumbuhkan pasar baru bagi pelaku perdagangan. ”Keberadaan Tol Trans-Jawa membuat akses menuju perdesaan semakin mudah,” kata Emil.
Menurut Ketua Asita Jatim Arifudinsyah, desa wisata harus konsisten dalam menjaga destinasi agar bisa ditawarkan kepada wisatawan mancanegara. Wisatawan mancanegara biasanya lebih tertarik ke kearifan lokal dan wisata alam sehingga pengelola desa wisata tidak perlu membuat obyek wisata yang modern.
Kami melakukan promosi hingga ke luar negeri untuk menarik wisatawan. Di sisi lain, warga desa diberikan bimbingan untuk mengelola potensi yang ada di desanya agar menjadi unggulan dan daya tarik wisatawan.
Hafiz Dimas Pratama dari Kelompok Sadar Wisata Desa Serang, Blitar, mengatakan, butuh waktu dua tahun untuk mencapai jumlah pengunjung yang cukup banyak. Selama masa itu, jumlah wisatawan masih sedikit.
Namun, warga terus konsisten mengembangkan desa wisata sehingga kini jumlah pengunjungnya 4.000 orang per bulan. ”Meskipun desa wisata dikelola badan usaha milik desa, warga sekitar turut berkontribusi menjaga dan mengembangkan wahananya,” ucap Hafiz.
Mengubah budaya
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jember Anas Ma\'ruf, hingga saat ini sudah ada 21 dari 226 desa di kabupaten itu yang sudah menjadi desa wisata. Desa lain yang belum menjadi desa wisata kini banyak yang sudah mengajukan proposal ke Dinas Pariwisata.
”Nanti desa-desa itu akan didampingi oleh dinas terkait pengembangan desa wisata disesuaikan dengan potensi masing-masing. Semisal ada desa layak menjadi dewa wisata dari sektor perkebunan, ada hortikultura atau alam,” katanya.
Paling tidak, kata Anas, sejak digalakkannya desa wisata, tidak hanya ekonomi rakyak yang terdongkrak. Budaya masyarakat di perdesaan juga ikut berubah ke arah yang positif, seperti lebih tertib serta lingkungan semakin tertata dan bersih.
"Kehadiran banyak orang ke desa ikut mengubah pola hidup warga terutama terkait dengan kebersihan dan kenyamanan lingkungan desa," ujarnya sembari menambahkan di Jember desa wisata yang sudah banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun luar negeri, antara lain Tanoker Ledokombo, permainan tradisional dieksplorasi dan wisata batu jubang di Desa Suco Mumbulsari.
Kehadiran banyak orang ke desa ikut mengubah pola hidup warga, terutama terkait dengan kebersihan dan kenyamanan lingkungan desa.
Hal serupa juga diungkap Didik dari Kampung Budoyo Polowijen, Kecamatan Blimbing di Kota Malang. Di kampung ini wisatawan bisa belajar menari, membuat topeng dari fiber, ataupun mewarnai topeng.
Tak kalah seru Desa Wisata Jambu di Kecamatan Karen, Kabupaten Kediri. Di desa ini sudah lima tahun terakhir pemilik rumah menanam kelengkeng. Sampai saat ini, di Desa Jambu ada 8.700 pohon kelengkeng. Wisatawan yang berkunjung ke desa ini, kata Agus Joko Susilo (46), sepanjang tahun bisa ikut memetik buah kelengkeng, alpukat, panen padi, dan memerah susu kambing etawa.
”Setiap rumah memiliki paling tidak dua pohon kelengkeng yang panen dua kali setahun. Setiap panen dari satu pohon bisa menghasilkan uang Rp 1 juta,” katanya.
Untuk menarik wisatawan, Pemerintah Kota Surabaya terus memperbanyak spot atau tempat berfoto. Spot itu tidak hanya di ruang terbuka hijau seperti taman, tetapi juga trotoar dan bangunan bersejarah di sekitar Jembatan Merah. Pemkot pun terus melakukan penataan kembali kota tua seperti di Kembang Jepun, Jembatan Merah, dan Pelabuhan Tanjung Perak.
Tempat wisata pun terus ditambah meski sudah ada 400 taman yang tersebar di seluruh Kota Surabaya. Kini sedang dilengkapi berbagai sarana di Ekowisata Mangrove di Wonorejo dan Gunung Anyar. Di Pantai Kenjeran, yang kini sudah ada Jembatan Suroboyo dan Taman Suroboyo, dipercantik dengan patu Suro dan Boyo serta akan dilengkapi kereta gantung.