Penampilan Ajax di Liga Champions musim ini selalu memukau. Namun, mereka tetap harus waspada ketika Tottenham Hotspur mulai mengetahui titik lemah mereka.
LONDON, RABU - Ajax datang ke London dengan kembali membawa gaya permainan indah tak ubahnya karya seni pada laga pertama semifinal Liga Champions, Rabu (1/5/2019) dini hari WIB. Mereka mengalahkan tuan rumah, Tottenham Hotspur, 1-0, dan mencium aroma final.
Analogi Ajax sebagai pencipta karya seni di lapangan bola bermunculan di berbagai media massa setelah tim asuhan pelatih Erik ten Hag itu menyingkirkan Real Madrid dan Juventus untuk mencapai semifinal. Bola dibawa ke maju melalui operan-operan pendek yang cepat. Pergerakan para pemain juga sangat atraktif sekaligus membingungkan bagi lawan, termasuk Spurs.
Wajar bila lini belakang Spurs hanya bisa pasrah ketika Donny van de Beek yang menerima umpan dari Hakim Ziyech, berdiri bebas ke depan gawang dan mencetak gol tunggal di Stadion Tottenham Hotspur itu menit ke-15. ”Selama 20 menit pertama, kami hanya bisa melihat bola saja,” kata pemain Spurs Christian Eriksen yang juga alumnus Ajax.
Spurs pada malam itu tidak punya banyak keuntungan seperti Ajax. Tuan rumah kehilangan pemain yang cedera seperti Harry Kane dan Harry Winks, ditambah absennya Son Heung-min akibat akumulasi kartu kuning. Spurs sudah kehilangan taringnya.
Faktor kelelahan juga dirasakan Spurs yang harus menjalani jadwal padat di Liga Inggris. Mereka menjalani dua laga dalam sepekan sebelum bertemu Ajax. Adapun Ajax sempat beristirahat karena Asoiasi Sepakbola Belanda (KNVB) menunda jadwal mereka di Liga Belanda pada akhir pekan lalu.
Keuntungan ini dimanfaatkan Ajax dengan tampil menekan sejak menit pertama. Mereka tampil tanpa rasa takut, seperti yang dikatakan kiper Ajax Andre Onana sebelum laga. Bagi para pemain muda Ajax, sukses menyingkirkan Real Madrid dan Juventus tidak lagi membuat mereka takut menghadapi tim besar lainnya.
Ubah taktik
Ajax semakin diuntungkan ketika bek Spurs, Jan Vertonghen, harus dipapah keluar setelah berbenturan kepala dengan rekannya, Toby Alderweireld, ketika laga berjalan sekitar 30 menit. Selain kehilangan penyerang, Spurs harus kehilangan bek terbaiknya.
Pelatih Spurs Mauricio Pochettino akhirnya memasukkan Moussa Sissoko dan sempat mengubah taktik. Sebelum Vertonghen keluar, Pochettino memasang Danny Rose dan Kieran Trippier sebagai bek sayap dalam formasi 3-4-3. Setelah kebobolan, ia meminta Rose menjadi gelandang. Namun, setelah Sissoko masuk, Rose kemudian kembali ke posisi semula.
Masuknya Sissoko membawa banyak perubahan di lini tengah Spurs. Mereka mampu mematahkan aliran bola Ajax dan membuat lawannya bertahan. Sissoko juga berperan besar menyalurkan bola ke lini depan sehingga permainan Fernando Llorente dan Dele Alli lebih berkembang.
Ajax mulai kewalahan karena perubahan di lini tengah Spurs itu. ”Mereka (Spurs) punya dua beruang di lini tengah,” ujar Ziyech seperti dikutip laman De Telegraaf, merujuk pada Sissoko dan Victor Wanyama.
Karena itu, Ziyech merasa belum perlu merayakan kemenangan. Ia merasa Spurs masih punya ancaman lebih besar pada laga kedua di Stadion Johan Cruyff, Amsterdam, Kamis (9/5/2019) dini hari WIB. Apalagi Spurs sudah bisa memainkan Son untuk menutupi kelemahan penyelesaian akhir pada laga pertama.
Apabila bisa menang 2-0 atau 2-1 di Amsterdam, Spurs bisa lolos ke final untuk menghadapi Barcelona atau Liverpool. Target itu bukan mustahil mengingat Ajax tidak pernah menang dalam tiga laga kandang terakhir melawan Bayern Muenchen, Real, dan Juventus. “Kami masih hidup. Penampilan pada babak kedua memberi kami harapan untuk laga kedua,” ujar Pochettino.
Kini giliran Pochettino yang harus membuat karya seni pada laga kedua. Ia mungkin masih akan mengutip kalimat tokoh kartun Toy Story, Buzz Lightyear, “Bermimpilah untuk bisa melampaui sesuatu yang tak terbatas.” (AFP/REUTERS)