PT MRT Jakarta menandatangani nota kesepahaman dengan Crossrail International Ltd. Kerja sama itu terkait dengan pengembangan kapasitas dan pengembangan sumber daya manusia dalam kereta api perkotaan.
Oleh
helena f nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Crossrail International Ltd. Kerja sama itu terkait dengan pengembangan kapasitas dan pengembangan sumber daya manusia dalam kereta api perkotaan.
Penandatanganan yang berlangsung di Stasiun MRT Dukuh Atas, Kamis (2/5/2019), ini dilakukan Direktur Utama PT MRT Jakarta William
Sabandar dan Direktur Pelaksana Crossrail International Ltd Paul Dyson. Penandatanganan juga disaksikan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik.
William mengatakan, kerja sama itu meliputi kerja sama pengembangan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia PT MRT Jakarta, termasuk mendukung pembentukan Akademi MRT Jakarta berdasarkan pengalaman Crossrail International Ltd.
Selain itu, Crossrail International Ltd juga akan membantu di area studi penyiapan proyek pengembangan jalur MRT dan kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD).
Duta Besar Moazzam Malik dalam kesempatan itu mengapresiasi penandatanganan tersebut. ”Saya senang menyaksikan penandatanganan MoU antara MRT Jakarta dan Crossrail International,” katanya.
Inggris memiliki banyak pengalaman dan pelajaran untuk dibagikan tentang bagaimana mengembangkan sistem transportasi umum. Kedutaan Besar Inggris dan beberapa perusahaan Inggris berkomitmen untuk memperdalam kemitraan dengan MRT Jakarta dan Pemerintah Daerah DKI.
Paul Dyson menuturkan, Crossrail telah melakukan perencanaan dan konstruksi selama hampir 20 tahun saat ini. ”Saya pikir ada banyak hal yang bisa dipelajari selama periode tersebut dari Inggris,” katanya.
Untuk pengembangan infrastruktur transportasi perkeretaapian perkotaan seperti yang tengah dikerjakan MRT Jakarta, lanjut Dyson, sebelum memulai perencanaan proyek, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengatur proyek untuk memaksimalkan hasil dari TOD.
”Kita tidak merencanakan sebuah proyek, lalu memulai TOD, tetapi harus merencanakan struktur TOD terlebih dahulu sebelum merencanakan proyek itu sendiri,” ujar Dyson.
Dengan memaksimalkan TOD, TOD akan menjadi kontributor utama bagi pengembangan proyek selain juga pendanaan dari perbankan.
William melanjutkan, pengalaman Crossrail dalam hal pembangunan infrastruktur transportasi umum berbasis rel itu akan berguna bagi MRT Jakarta yang segera terlibat dalam pembangunan MRT koridor timur-barat.
Moazzam Malik mengatakan, Inggris berminat membantu menyusun masterplan rencana transportasi. ”Salah satu pelajaran yang penting ialah melibatkan semua pihak. Tidak hanya proses teknis, tapi juga proses politik, keuangan, kementerian di nasional. Pasti ada banyak isu teknis dan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Inggris,” ujarnya.
”Kami berminat untuk kerja sama dengan MRTJ dan Jakarta. Tidak hanya membagikan pengalaman, tapi juga membantu secara nyata dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki Inggris. Insya Allah, juga untuk mengatasi keterbatasan keuangan,” lanjutnya.
Inggris, kata Moazzam Malik, memiliki pendanaan hingga 3,5 miliar pound sterling yang bisa ditawarkan sebagai pinjaman kepada Indonesia untuk mendanai pembangunan infrastruktur transportasi perkotaan itu.