Polisi menahan tiga orang dari massa berbaju hitam yang diduga melakukan vandalisme dan perusakan saat peringatan Hari Buruh Internasional di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/5/2019). Sementara 616 orang lainnya, yang sempat ditahan, dibebaskan karena tidak terbukti merusak. Banyak di antara mereka hanya ikut-ikutan lewat ajakan teman dan dari media sosial.
Oleh
SAMUEL OKTORA/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Polisi menahan tiga orang dari massa berbaju hitam yang diduga melakukan vandalisme dan perusakan saat peringatan Hari Buruh Internasional di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/5/2019). Sementara 616 orang lainnya, yang sempat ditahan, dibebaskan karena tidak terbukti merusak. Banyak di antara mereka hanya ikut-ikutan lewat ajakan teman dan dari media sosial.
”Tiga orang masih diperiksa untuk kami ketahui latar belakang aksi ini. Satu pelajar SMA dan dua orang lainnya mahasiswa perguruan tinggi swasta di Kota Bandung,” ujar Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Bandung Komisaris Besar Irman Sugema di Bandung, Kamis (2/5/2019).
Sejumlah 616 orang yang ditangkap telah dikembalikan kepada keluarga masing-masing. Mayoritas dari mereka masih pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa. Sementara beberapa orang lainnya merupakan pekerja swasta.
Sebagian besar berasal dari Jabar, seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Karawang, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cimahi. Ada juga yang berasal dari Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
”Mereka tidak cukup bukti merusak,” ujarnya.
Kepala Bidang Humas Polda Jabar Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, pihaknya masih mendalami kasus ini. Salah satunya untuk memastikan keterkaitannya dengan kelompok Anarko Sindikalisme.
”Kelompok ini menggunakan pakaian atau jaket hitam serta membawa bendera berwarna merah dan hitam, lambang kelompok Anarko. Massa juga berteriak memaki polisi dan pemerintah. Kasus ini masih didalami, apakah pelakunya benar-benar anggota Anarko atau hanya ikut-ikutan,” katanya.
Dina (19), salah seorang anggota kelompok berbaju hitam itu, mengaku mengikuti aksi itu lewat informasi di media sosial Instagram. Namun, dia tidak mengetahui dan mengikuti aktivitas kelompok itu sehari-hari.
Dari fakta di lapangan, selain mengenakan sebo, kelompok ini juga menggunakan pakaian atau jaket hitam serta membawa bendera berwarna merah dan hitam, lambang kelompok Anarko.
”Saya melihat di Instagram ada ajakan menghadiri May Day dengan menggunakan baju hitam atau merah,” ujar buruh pabrik di Garut itu.
Kiki (18), warga Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, juga tidak mengetahui aktivitas kelompok itu. Bahkan, dia tidak mengenal kebanyakan dari massa berbaju hitam itu.
”Saya hanya diminta menuju Jalan Cikapayang. Saat di perjalanan tiba-tiba massa berbaju hitam berlarian. Mau tidak mau saya juga ikut lari,” ujarnya.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung Ajun Komisaris Besar Mochamad Rifai mengatakan, dalam kericuhan Rabu lalu, seorang anggota Kepolisian Daerah Jabar yang melakukan pengamanan dikeroyok kelompok massa berbaju hitam di Jalan Singaperbangsa.
”Anggota polisi ini dianggap penyusup lalu dipukuli. Bibirnya robek. Wajahnya memar. Laporan polisinya sudah dibuat,” katanya.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyayangkan perusakan dan vandalisme yang melibatkan pelajar itu. Menurut dia, aksi tersebut bertolak belakang dengan semangat Hari Buruh yang menjalankan aksi dengan damai.
”Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian. Menurut saya, anak-anak ini tidak tahu apa-apa, hanya ikut-ikutan. Meskipun begitu, setiap tindakan pasti ada konsekuensinya,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan Jabar Dewi Sartika menambahkan, penggunaan media sosial tanpa pendidikan karakter menjadikan anak-anak mudah terpengaruh dan ikut melakukan tindakan yang melanggar ketertiban. Media sosial tidak memiliki saringan yang ketat sehingga pengguna, terutama anak-anak, lebih mudah terpapar konten provokatif.
Dosen Ilmu Sosiologi Universitas Padjadjaran, Budhi Gunawan, mengatakan, aksi ini perlu ditelusuri lebih lanjut. Tujuannya agar penggerak aksi ini segera diketahui. Sebab, kelompok itu berbeda dengan massa buruh yang berdemonstrasi dan dilakukan serentak di beberapa kota besar.
”Sangat mungkin mereka memanfaatkan Hari Buruh untuk bergerak. Namun, bisa juga ada yang menggerakkan mereka untuk beraksi di momen itu (Hari Buruh). Berbagai kemungkinan bisa terjadi,” ujarnya.