Sabuk Hijau Bandara Internasional Yogyakarta Mulai Ditanam
Pemerintah mulai menanam vegetasi sebagai sabuk hijau untuk mengantisipasi bencana tsunami di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
WATES, KOMPAS — Pemerintah menanam vegetasi sebagai sabuk hijau untuk mengantisipasi bencana tsunami di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberadaan sabuk hijau itu penting karena bandara itu berada di pesisir selatan Jawa yang rawan gempa dan tsunami.
Penanaman vegetasi sebagai sabuk hijau (green belt) itu dimulai pada Kamis (2/5/2019) dengan melibatkan sejumlah instansi, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, dan PT Angkasa Pura I.
”Penanaman ini sangat penting karena kita semua sudah tahu bahwa di bagian selatan Pulau Jawa itu terdapat patahan atau sesar. Sesar ini sepanjang waktu cukup aktif," kata Kepala BNPB Doni Monardo saat penanaman pohon di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta, Senin sore.
Berdasarkan kajian sejumlah ilmuwan, lokasi Bandara Internasional Yogyakarta rawan gempa bumi dengan kekuatan hingga Magnitudo (M) 8,8 yang bisa diikuti tsunami. Apabila hal itu terjadi, landas pacu Bandara Internasional Yogyakarta yang berjarak sekitar 400 meter dari bibir pantai bisa diterjang tsunami setinggi 4 meter-5 meter (Kompas, 7/4/2019).
Doni menjelaskan, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya tsunami, perlu dilakukan penanaman vegetasi tertentu. Keberadaan vegetasi tersebut diharapkan bisa mengurangi atau meredam kekuatan gelombang tsunami sehingga kerusakan akibat bencana alam tersebut bisa diminimalkan.
”Mitigasi yang terbaik untuk menghadapi tsunami adalah menanam tanaman. Kita memilih pohon-pohon jenis tertentu yang cocok di pinggir pantai,” ungkap Doni.
Pohon-pohon itu diperkirakan baru bisa efektif mengurangi kekuatan gelombang tsunami setelah berusia 5-10 tahun.
Dia menambahkan, untuk mendukung proses mitigasi tsunami di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta, BNPB telah menyumbang 1.000 pohon cemara udang (Casuarina equisetifolia) dan 1.000 pohon pulai (Alstonia scholaris). Dua jenis pohon itu dipilih karena bisa tumbuh di area pantai dan dinilai efektif untuk meredam kekuatan gelombang tsunami.
Menurut Doni, pohon cemara udang dan pulai yang dihibahkan itu telah siap ditanam. Meski begitu, pohon-pohon itu diperkirakan baru bisa efektif mengurangi kekuatan gelombang tsunami setelah berusia 5-10 tahun.
Berdasarkan pengamatan, pohon-pohon yang ditanam itu memiliki ketinggian 1,5-2 meter. Penanaman dilakukan dengan jarak sekitar 300 meter di sisi selatan landasan pacu Bandara Internasional Yogyakarta.
”Dari beberapa riset yang dilakukan oleh para pakar, ternyata tanaman dengan ukuran tertentu dan kuat mampu menahan gelombang tsunami sampai 88 persen. Artinya, kalau kita bisa membangun green belt, kita ikut membantu mengurangi risiko ancaman tsunami,” kata Doni.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo menjelaskan, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya tsunami, pemerintah berencana menanam vegetasi sabuk hijau di sepanjang wilayah Pantai Glagah hingga Pantai Congot yang berada di sisi selatan Bandara Internasional Yogyakarta. Panjang wilayah yang akan ditanami sabuk hijau itu sekitar 5 kilometer.
Namun, Hasto menyatakan, penanaman vegetasi itu dinilai belum cukup untuk mengurangi kekuatan gelombang tsunami. Oleh karena itu, muncul pula wacana membuat gumuk atau bukit pasir di sisi selatan Bandara Internasional Yogyakarta. Namun, pembuatan gumuk pasir itu masih harus dikaji lebih dulu.
Persiapan
Sementara itu, persiapan penerbangan komersial di Bandara Internasional Yogyakarta terus dilakukan. Pada Kamis siang, pesawat maskapai Citilink melakukan proving flight atau pengujian penerbangan di Bandara Internasional Yogyakarta.
Proving flight merupakan uji operasional guna memastikan kesiapan maskapai saat mengoperasikan penerbangan dengan rute baru atau bandara baru. Pesawat untuk proving flight itu adalah pesawat Airbus A320 dengan nomor registrasi PKG QQ dan nomor penerbangan QG 3661.
Pesawat tersebut dipiloti Captain Agus Setiono. Total ada 14 penumpang di pesawat itu, terdiri dari kru pesawat dan perwakilan Kementerian Perhubungan. Pada pukul 12.03, pesawat itu berhasil mendarat di landasan Bandara Internasional Yogyakarta setelah menempuh penerbangan sekitar 1 jam dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten.
Seusai mendarat, Captain Agus Setiono menyebut, proving flight itu berlangsung dengan baik. ”Cuaca bagus, kondisi landasannya juga bagus. Kalau di sini, kan, landasannya panjang, jadi cukup separuh (landasan) sudah berhenti,” katanya.
Pelaksana Tugas General Manager Bandara Internasional Yogyakarta Agus Pandu Purnama menyatakan, penerbangan komersial di bandara tersebut akan dimulai pada Senin (6/5). Citilink direncanakan mulai mengoperasikan penerbangan dengan rute Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, ke Bandara Internasional Yogyakarta.
Hingga saat ini, baru penerbangan itu yang sudah pasti beroperasi di Bandara Internasional Yogyakarta. Menurut rencana, penerbangan tersebut akan dilakukan satu kali setiap hari.
Pandu menambahkan, saat ini ada beberapa maskapai lain, seperti Lion Air dan Batik Air, yang masih mengurus izin penerbangan ke Bandara Internasional Yogyakarta. ”Sekarang masih menunggu izin rute dari Kementerian Perhubungan. Pengajuannya ada yang ke Bali, Balikpapan, Batam, Jakarta, dan Palangkaraya,” katanya.