Sahat Sitorus Menjalin Persahabatan Indonesia-Timor Leste
Duta Besar Indonesia untuk Republik Demokratik Timor Leste Sahat Sitorus (59) yang biasanya penuh canda tawa kepada para tamunya justru sempat terhenti sejenak ketika menyampaikan sambutan di acara peresmian gedung Pusat Budaya Indonesia di Dili, Timor Leste. Suaranya sempat bergetar menahan rasa haru.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·2 menit baca
Duta Besar Indonesia untuk Republik Demokratik Timor Leste Sahat Sitorus (59) yang biasanya penuh canda tawa kepada para tamunya justru sempat terhenti sejenak ketika menyampaikan sambutan di acara peresmian gedung Pusat Budaya Indonesia di Dili, Timor Leste. Suaranya sempat bergetar menahan rasa haru.
”Saya merasa bagian dari proses kehadiran Pusat Budaya Indonesia atau PBI. Keberadaan PBI ini sebagai lambang persahabatan dan rekonsiliasi kedua negara supaya tidak lagi menengok ke belakang, tetapi menatap masa depan dengan penuh persahabatan,” ujar Sahat.
Sahat juga mengatakan lega, setelah tertunda lama, peresmian PBI dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Kamis (25/4/2019). Setelah PBI selesai dibangun tahun 2015, beragam kegiatan budaya, pendidikan, dan seminar dilakukan sejak tahun 2016 hingga 2019. Namun, terasa belum sah karena pusat budaya itu belum diresmikan Pemerintah Indonesia.
Ketika ditugaskan ke Timor Leste sekitar dua tahun lalu, Sahat sudah mencari informasi mengenai hal-hal yang sudah dan belum selesai sehingga tahu apa yang hendak diprioritaskan. Salah satunya, pembangunan PBI yang merupakan kesepakatan dengan Pemerintah Indonesia dan Timor Leste untuk melakukan rekonsiliasi dan persahabatan.
”Gedung PBI termasuk salah satu bangunan modern di Dili. Jadi, banyak yang menggunakan untuk kegiatan diskusi atau seminar. Warga Timor Leste juga cukup banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan dan digital di PBI,” ujar Sahat.
Di beberapa kesempatan resmi mendampingi Mendikbud bertemu dengan dua menteri Timor Leste yang menangani pendidikan dan budaya, Sahat menyebutkan bahwa masyarakat Timor Leste merupakan saudara. ”Kami sering bilang bahwa kita ini saudara sedarah, tetapi dipisahkan sejarah,” ujarnya seraya tertawa.
Persaudaraan dirasakan Sahat tiap kali berkunjung ke distrik Timor Leste. Ia selalu disambut hangat dan bersahabat ketika mengunjungi 13 distrik. ”Pak Dubes, dulu di sini ramai sekali. Sekarang agak sepi setelah berpisah,” ucap Sahat mengutip ungkapan masyarakat Timor Leste yang dikunjunginya.
Bagi Sahat, hubungan Indonesia-Timor Leste ibarat naik mobil. ”Jangan lihat kaca spion ke belakang terus, tetapi ke depan. Itulah saya kira pimpinan dari Presiden SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) dan Xanana (Xanana Gusmao) ketika itu setuju membuat PBI untuk persahabatan. Kita bisa memilih kawan, tetapi enggak bisa memilih tetangga,” ujarnya.
Menurut dia, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membantu peningkatan sumber daya manusia di Timor Leste, terutama melalui pendidikan. Ada sejumlah masalah yang masih dibahas terkait berpisahnya Timor Leste dari Indonesia tahun 1999. Pemerintah kedua negara, antara lain, membentuk tim bersama untuk membahas masalah aset hingga perbatasan.