Tak Hanya Ekonomi, Swiss-Indonesia Juga Perkuat Kerja Sama Pengembangan SDM
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintah Swiss berkomitmen memperkuat kerja sama bilateral dengan Indonesia, khususnya di sektor perdagangan, investasi, dan pencegahan kejahatan perpajakan. Tidak hanya itu, hubungan antarwarga dan pengembangan sektor pendidikan kedua negara juga menjadi perhatian besar.
Pendidikan sangat penting juga bagi Indonesia. Sebab, mulai 2019 pengembangan sumber daya manusia menjadi prioritas kerja Pemerintah Indonesia. Mengikuti kebutuhan itu, Swiss berkomitmen terlibat untuk mewujudkannya. Salah satunya melalui kerja sama pendidikan di bidang politeknik.
Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Kurt Kunz menyampaikan hal itu saat mengunjungi Kantor Harian Kompas di Jakarta, Kamis (2/5/2019). Kunz diterima Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Ninuk Mardiana Pambudy.
Kunz mengatakan, pada 2018 Swiss merupakan investor nomor tiga terbesar di Indonesia dari Eropa. Ada sekitar 150 perusahaan Swiss di Indonesia yang bergerak di bidang kimia, farmasi, makanan, dan mesin.
Pada 2018, Swiss dan Indonesia menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau CEPA. Kini, Swiss dalam proses pengesahan kesepakatan itu. "Dengan demikian, diharapkan hubungan kedua negara di sektor bisnis dapat terus meningkat ke depan," kata dia.
Pada Februari 2019, Indonesia dan Swiss juga menandatangani kesepakatan kerja sama pemberantasan kejahatan perpajakan. Perjanjian itu di antara lain mengatur bantuan hukum mengenai pelacakan, pembekuan, penyitaan, dan perampasan aset hasil tindak kejahatan.
“Hubungan Swiss-Indonesia sangat bagus. Kami berusaha untuk terus memperkuat hubungan bilateral antara Swiss dan Indonesia. CEPA dapat membantu meningkatkan pertukaran (perdagangan) antara kedua negara,” kata Kunz.
Indonesia dan Swiss juga menandatangani kesepakatan kerja sama pemberantasan kejahatan perpajakan. Perjanjian itu di antara lain mengatur bantuan hukum mengenai pelacakan, pembekuan, penyitaan, dan perampasan aset hasil tindak kejahatan.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai total perdagangan antara Swiss dan Indonesia cukup fluktuatif selama 2014-2018. Nilai perdagangan meningkat pada 2014-2016, namun menurun setelah itu dan mencapai 1,5 miliar dollar AS pada 2018.
Kunz memperkirakan, nilai total ekspor dan impor antara Swiss dan Indonesia mencapai 840 juta dollar AS per tahun. “Perusahaan Swiss baik-baik saja di Indonesia. Ada banyak di antara mereka yang berkembang. Ada juga beberapa perusahaan baru yang datang.” tambah Kunz.
Untuk meningkatkan hubungan antara pelaku usaha Swiss dan Indonesia, Kedutaan Besar Swiss di Indonesia, melalui Swiss Business Hub Indonesia, berupaya menjembatani pertemuan kerja sama pelaku bisnis kedua negara.
Selain hubungan perdagangan dan ekonomi, Kunz berharap, hubungan antara masyarakat dari Swiss dan Indonesia dapat terus dikembangkan. “Saya kira kontak antara masyarakat penting. Semoga lebih banyak warga Indonesia dapat berkunjung ke Swiss, dan juga sebaliknya,” kata dia.
Ia mencatat, setiap tahun, Swiss memberikan sekitar 9.000 visa Swiss terhadap warga Indonesia. Sementara itu, ada sebanyak 65.000 visa Indonesia yang diperoleh warga Swiss. “Masih ada ketidakseimbangan yang kuat (antara jumlah pengunjung Indonesia di Swiss dan jumlah pengunjung Swiss di Indonesia),” tambah Kunz.
Pendidikan
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan, kedua negara kerja sama untuk mengembangkan program pendidikan yang relevan dengan kebutuhan saat ini. Pada 2019, Pemerintah Indonesia yang sebelumnya berorientasi pada peningkatan infrastruktur, mulai fokus meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Cherika Novianti Hardjakusumah, Staf Urusan Ekonomi dan Sains dari Kedutaan Besar Swiss di Indonesia mencontohkan, beberapa program pendidikan, seperti di pariwisata, usaha rintisan, dan ilmu pengetahuan praktis. “Program itu masih dalam skala kecil, namun terus bertumbuh,” kata dia.
Salah satu program yang tengah dilaksanakan adalah pengembangan pendidikan pariwisata berkelanjutan atau “The Sustainable Tourism Education Development”.
Salah satu program yang tengah dilaksanakan adalah pengembangan pendidikan pariwisata berkelanjutan atau “The Sustainable Tourism Education Development”.
Proyek yang berlangsung pada 2018-2022 itu membantu Politeknik Pariwisata Lombok mengembangkan tenaga kerja terampil di sektor pariwisata. Program tersebut berupaya untuk meningkatkan kualitas guru dan kurikulum, serta meningkatkan hubungan antara sekolah dan dunia industri terkait.
Kerja sama di bidang pendidikan antara Swiss dan Indonesia sudah ada sejak 1970-an. Pada saat itu, Swiss membantu Kementerian Pendidikan Indonesia dalam membangun politeknik pertama di Indonesia yang pada saat itu bernama Politeknik Mekanik Swiss-ITB. Politeknik itu kini dinamakan Politeknik Manufaktur Bandung.