Tim tembak sasaran Indonesia gagal meraih prestasi pada Kejuaraan Dunia Menembak ISSF di Beijing, China, 21-29 April 2019. Dari 12 petembak, tidak satu pun lolos ke final. Hal itu menjadi tolok ukur PB Perbakin untuk menggunakan pelatih asing agar dapat meningkatkan kemampuan petembak.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim tembak sasaran Indonesia gagal meraih prestasi pada Kejuaraan Dunia Menembak ISSF di Beijing, China, 21-29 April 2019. Dari 12 petembak, tidak satu pun lolos ke final. Hal itu menjadi tolok ukur PB Perbakin untuk menggunakan pelatih asing agar dapat meningkatkan kemampuan petembak yang ditargetkan berprestasi pada SEA Games 2019 Filipina dan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020.
”Tugas berikutnya adalah mencari pelatih asing berkualitas yang bisa memastikan atlet tembak sasaran Indonesia berprestasi di tingkat internasional. Tanpa pelatih berkualitas, sulit untuk berbicara lebih banyak di tingkat dunia,” kata Ketua Umum PB Perbakin Joni Supriyanto di Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Pada kejuaraan itu, Indonesia mengikuti delapan nomor pertandingan, yakni air pistol 10 meter putra/putri, air pistol 10 m campuran, air rifle 10 m putra/putri, air rifle 10 m campuran, rapid fire pistol 25 m putra, dan sport pistol 25 m putri.
Para petembak hanya mampu memperbaiki hasil tembakan di nomor masing-masing. Salah satu atlet yang menonjol adalah Fathur Gustavian yang memecahkan rekor nasional nomor air rifle 10 m putra. Fathur mencatat nilai 623, lebih baik dari rekornas 622 yang dicetak petembak Kalimantan Selatan, Hanas Akbarullah Saputra, pada 2018.
Joni menuturkan, PB Perbakin tengah memantau pelatih asal Jerman, Austria, Rusia, dan Korea Selatan serta berkomunikasi dengan pelatih asal Bulgaria. Namun, mereka ingin memastikan kualitas pelatih itu dan sesuai kebutuhan tim.
PB Perbakin membutuhkan empat pelatih asing untuk melatih tim air pistol dan air rifle yang menjadi nomor andalan Indonesia dan dipertandingkan di Olimpiade.
”Kami berusaha mendatangkan pelatih asing secepatnya agar bisa langsung membantu pelatnas SEA Games dan kualifikasi Olimpiade pada pelatnas yang dimulai Juni ini,” ujar Joni.
Ketua Komisi Pembinaan Prestasi PB Perbakin Sarozawato Zai menyampaikan, PB Perbakin terakhir kali mendatangkan pelatih asing pada 2003 untuk nomor shotgun. Setelah itu, mereka tidak pernah lagi mendatangkan ataupun kedatangan pelatih asing.
Padahal, menurut Saro, keberadaan pelatih asing sangat penting. Sebab, mereka bisa memberikan banyak informasi baru dan banyak pengalaman yang tidak dimiliki pelatih lokal. Dengan adanya pelatih asing, atlet pun bisa semakin percaya diri.
Namun, memang tidak mudah mendapatkan pelatih asing berkualitas. Selain berbiaya tinggi, mereka juga jadi rebutan banyak negara, terutama untuk persiapan Olimpiade seperti saat ini. PB Perbakin pun belum menemukan pelatih asing yang cocok.
”Setidaknya kami beruntung karena ketua umum baru punya itikad mendatangkan pelatih asing. Itikad itu tidak pernah muncul pada ketua-ketua sebelumnya. Semoga ini menjadi langkah baru untuk perbaikan dunia olahraga menembak Indonesia,” kata Saro.