SYDNEY, JUMAT — Pasar saham Asia bergerak melemah tipis pada awal perdagangan menjelang akhir pekan ini, Jumat (3/5/2019), saat mata uang dollar AS menguat. Investor global menantikan data ketenagakerjaan AS di tengah proyeksi penurunan suku bunga tahun ini. Harga minyak mentah melemah dalam posisi terendah dalam satu bulan terakhir terkait munculnya proyeksi bahwa minyak mengalami kelebihan pasokan.
Indeks acuan Australia bertahan naik 0,2 persen, sedangkan saham Selandia Baru turun 0,5 persen, sementara Indeks KOSPI Korea Selatan turun 0,3 persen. Volume perdagangan yang relatif kecil terjadi di seluruh Asia. Adapun pasar di China dan Jepang masih ditutup karena libur.
Semalam di Wall Street, indeks utama menyerah setelah mengalami kenaikan pada awal perdagangan. Indeks ditutup turun, terbebani oleh saham energi. Saham-saham dunia telah mengalami reli kenaikan sejak awal tahun ini. Indeks S&P 500 naik lebih dari 16 persen sejauh ini pada tahun 2019, kata beberapa analis dari Capital Economics, sehingga kemungkinan kenaikan lebih lanjut akan sulit didapat.
”Kami melihat prospek ekonomi global yang kurang baik. Kami memperkirakan pertumbuhan PDB di negara maju akan melambat dari 2,2 persen pada 2018 menjadi hanya 1,0 persen pada 2020,” kata mereka.
”Karena itu, kami berpandangan bahwa investor masih terlalu optimistis tentang prospek pertumbuhan pendapatan. Karena pendapatan mengecewakan, kami berpikir pasar saham akan turun di seluruh dunia.”
Capital Economics memperkirakan, Indeks S&P 500 akan turun ke 2.300 poin sebelum Natal dari level saat ini di bawah 2.900.
Investor menunggu angka ketenagakerjaan AS yang akan dirilis hari ini, yang diperkirakan menunjukkan 185.000 pekerjaan baru bertambah pada April dan tingkat pengangguran stabil di 3,8 persen. Data itu bakal mendukung gagasan ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu untuk berada di jalur ekspansi terpanjang yang pernah ada. Kondisi itu diperkirakan akan mendorong penguatan dollar AS lebih lanjut.
Pembuat kebijakan global sedang bergulat dengan pertumbuhan upah dan inflasi. Meskipun terjadi peningkatan lapangan kerja dan ekspansi ekonomi yang masih kuat, kondisi seperti itu dinilai tetap punya potensi menyulitkan pengambilan keputusan kebijakan moneter.
Penggerak pasar
Di pasar mata uang, penggerak pasar terbesar saat-saat ini adalah dollar Australia dan Selandia Baru, yang jatuh karena para pelaku pasar berspekulasi bahwa kedua negara itu akan mengalami pemotongan bunga pada pekan depan.
Dollar Australia tergelincir di bawah dukungan psikologis pada level 0,7000 per dollar AS semalam atau level terendah sejak awal Januari. Sementara itu, dollar Selandia Baru turun ke dekat level terendah dalam lima bulan terakhir pada level 0,6581 per dollar AS.
Kelemahan dalam dua mata uang itu juga terpengaruh oleh kenaikan dollar AS setelah muncul pernyataan Gubernur The Federal Reserve AS Jerome Powell awal pekan ini yang menyatakan pelemahan inflasi baru-baru ini disebabkan oleh faktor ”sementara”.
Kondisi itu pun mendorong para pelaku pasar untuk mulai memotong peluang penurunan suku bunga Fed. Indeks dollar AS bertahan di level 97,814, beringsut menuju puncak dua tahun pada level 98,33 yang diraih pada pekan lalu.
Di pasar komoditas, harga minyak turun setelah produksi minyak mentah AS mencetak rekor baru. Hal itu terjadi sekalipun kerugiannya dibatasi oleh krisis politik yang semakin meningkat di Venezuela dan penghentian pengabaian sanksi minyak Iran oleh Washington. Minyak mentah AS datar di level 61,81 dollar AS per barel, sementara Brent tergelincir 21 sen menjadi di level 70,54 dollar AS per barel. (REUTERS)