Untuk pertama kali, Agung Nugroho Aji (19) memberikan kado berupa sepatu lari kepada ayahnya, Mangsud, yang berulang tahun ke-47 pada Rabu (3/4/2019). Namun, sayang, baru sekali menggunakan sepatu itu, Mangsud pergi untuk selama-lamanya.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
Untuk pertama kali, Agung Nugroho Aji (19) memberikan kado kepada ayahnya, Mangsud, yang berulang tahun ke-47 pada Rabu, 3 April 2019. Sang ayah sedang demam olahraga lari. Dia pun menghadiahi sang ayah sepatu lari. Namun, sayang, baru sekali menggunakan sepatu lari itu, Mangsud pergi meninggalkan kado itu untuk selama-lamanya.
Ia meninggal tepat 10 hari setelah hari pencoblosan. Kado itu pun menjadi yang pertama dan terakhir untuk sang ayah. Pada Jumat (3/5/2019), di rumahnya, di Serpong Utara, Tangerang Selatan, Banten, Agung memperlihatkan obrolan dengan ayahnya melalui aplikasi percakapan pada saat hari pencoblosan. Di status Whatsapp, Mangsud menulis, ”Apa saya harus diam dan mengalah dengan keadaan ini”.
Agung menyarankan Mangsud kembali ke rumah jika merasa tidak enak badan. ”Sehat, kok. Insya Allah,” jawab Mangsud, petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 9, Tangerang Selatan, Banten.
Ketika mengetahui bapaknya berulang tahun, Agung secara spontan memberikan hadiah. Kebetulan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tangerang ini punya tabungan sekitar Rp 500.000. ”Babe senang banget. Biasanya, kan, saya yang dikasih hadiah,” katanya.
Ketua KPPS Riyan Hariwijaya menjelaskan, pemilih di TPS 9 berjumlah 274 orang. Proses penghitungan suara berlangsung hingga Kamis (18/4/2019) pagi. Mangsud bertugas pada pencelupan tinta dan turut menghitung suara hingga tuntas.
Kepada Supriyati (48), istrinya, Mangsud mengeluh batuk disertai sesak napas. Namun, Mangsud memutuskan tetap kerja. Pria asal Kebumen, Jawa Tengah, itu bekerja di pabrik cat.
Kondisi kesehatan Mangsud kian merosot hingga 10 hari pasca-pencoblosan. Ayah dua anak ini mengidap batuk terus-terusan disertai sesak napas. Ia pun dibawa ke Rumah Sakit Insan Permata. Rumah sakit ini berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya. Petugas medis di rumah sakit ini merujuk ayah dua anak itu ke Rumah Sakit Omni.
Dokter Rumah Sakit Omni menyatakan Mangsud sudah berpulang. ”Sebelum meninggal, Babe berpesan supaya saya tidak begadang. Sebab, hari Minggu kami akan lari bersama di Alam Sutera. Dia akan pakai sepatu kado dari saya,” tutur Agung.
Mangsud adalah salah satu dari total 412 penyelenggara pemilu yang meninggal menurut catatan KPU. Sementara 3.658 penyelenggara pemilu berjuang melawan sakit hingga hari ini.
Komisioner KPU, Evi Novida Ginting Manik, saat memberikan santunan kepada ahli waris Mangsud, menyatakan, mereka yang meninggal telah berbakti kepada bangsa Indonesia. Penyelenggara pemilu telah bekerja sungguh-sungguh dan penuh semangat.
”Kami tidak bisa menggantikan kehilangan. Ini (santunan sebesar Rp 36 juta) hanya sebagai sambung rasa kepada seluruh penyelenggara pemilu yang meninggal,” ucapnya.
Agung mengenang ayahnya sebagai pria yang tak mengenal marah. Paling tidak, ekspresi marah itu tidak pernah disaksikan secara langsung. Pada suatu masa, Agung belum pulang hingga larut malam. Menurut ibunya, Mangsud sudah khawatir. Sewaktu Agung tiba di pintu rumah, Mangsud bilang, ”Mas, kamu sudah makan apa belum?”