PT MRT Jakarta memastikan mulai 13 Mei 2019 tarif perjalanan dengan moda raya terpadu (MRT) kembali normal. Meski begitu, MRT Jakarta tetap optimistis target minimal penumpang akan tercapai, bahkan bisa lebih, karena adanya upaya-upaya peningkatan layanan.
Oleh
helena f nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT MRT Jakarta memastikan mulai 13 Mei 2019 tarif perjalanan dengan moda raya terpadu (MRT) kembali normal. Meski begitu, MRT Jakarta tetap optimistis target minimal penumpang akan tercapai, bahkan bisa lebih, karena adanya upaya-upaya peningkatan layanan.
William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, Kamis (2/5/2019), menjelaskan, pada saat MRT Jakarta mulai beroperasi komersial pada bulan April, masih diperlukan familiarisasi atau pengenalan kepada masyarakat. Satu langkah yang ditempuh adalah penerapan promo tarif MRT 50 persen.
Dengan adanya promo tersebut, tarif terjauh dari Lebak Bulus ke Bundaran HI yang normalnya Rp 14.000 menjadi Rp 7.000. Selama April, dari survei yang dilakukan MRT Jakarta, minat untuk menggunakan MRT tinggi meski jarak antarkereta (headway) masih diatur 10 menit sekali.
Itu terlihat dari rata-rata jumlah penumpang harian MRT selama April yang mencapai 82.615 orang. Lalu, untuk layanan operasi, tingkat ketepatan waktu MRT Jakarta disebutkan mencapai 99,8 persen.
Menuju tarif normal pada 13 Mei, lanjut William, MRT Jakarta sudah membuat survei penumpang bekerja sama dengan Universitas Indonesia apabila tarif MRT mulai normal. Diketahui 64 persen penumpang akan tetap menggunakan MRT, 33 persen akan mengurangi perjalanan dengan MRT, dan 3 persen berhenti menggunakan MRT.
Hal itu, ujarnya, menandakan ada penumpang yang sensitif terhadap harga atau tarif, tetapi juga ada penumpang yang sensitif terhadap kenyamanan dan waktu tempuh.
Untuk kelompok penumpang yang sensitif terhadap waktu tempuh, diketahui mereka adalah penumpang kelas menengah ke atas. Untuk memenuhi pelayanan terhadap kelompok inilah, MRT Jakarta menerapkan jarak antarkereta 5 menit pada jam sibuk pagi hari 07.00-09.00 dan jam sibuk sore hari 17.00-19.00.
Kemudian untuk kelompok yang sensitif terhadap tarif, MRT Jakarta mengupayakan peningkatan layanan, khususnya penyediaan park and ride, dan integrasi angkutan. Untuk kelompok ini, MRT mempelajari juga, dengan tarif normal, layanan apa saja yang mesti ditingkatkan supaya mereka bisa menerima tarif normal. Misalnya, dengan menyediakan park and ride dan integrasi antarmoda.
Kemudian, untuk kelompok yang sensitif terhadap tarif, MRT Jakarta mengupayakan peningkatan layanan, khususnya penyediaan park and ride, dan integrasi angkutan.
Meski begitu, MRT Jakarta optimistis penumpang loyal tetap menggunakan MRT. Kata kuncinya, MRT fase I yang baru 16 kilometer ini mampu menawarkan kenyamanan dan ketepatan waktu.
Itu sebabnya, program pengenalan MRT perlu diperpanjang. Salah satunya melalui program potongan harga atau tarif yang dilanjutkan sampai dengan 12 Mei ini untuk bisa mendapatkan penumpang loyal.
Djoko Setijawarno, pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang, mengapresiasi capaian 82.615 penumpang per hari itu. Namun, ia menyoroti layanan operasional antarkereta yang masih 10 menit sekali.
Bagi para pekerja, jarak 10 menit masih terlalu lama. ”Dengan diatur 5 menit sekali di jam sibuk itu akan sangat membantu,” ujarnya.
Aditya Dwi Laksana, Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia, mengingatkan, angka 82.615 penumpang itu baik. Namun, itu belum memenuhi target volume penumpang sesungguhnya karena angka itu tercapai saat masih tarif diskon 50 persen.
Saat penerapan tarif normal MRT nantinya, kata Aditya, semua pihak mesti realistis. Dari awal dibangun, MRT memang ditujukan untuk mendorong perpindahan penggunaan kendaraan dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum, dalam hal ini angkutan umum berbasis rel MRT. Artinya, dari awal memang peruntukan MRT tersegmentasi bagi kelas menengah ke atas.
Jadi, saat pemberlakuan tarif normal, pasti akan ada kelompok masyarakat yang hilang atau tidak lagi menggunakan MRT. Namun, di sisi lain, ada kemungkinan pertambahan penumpang dari kelompok masyarakat yang tidak sensitif tarif.
”Kelompok ini adalah kelompok yang mencari kenyamanan, kecepatan, dan ketepatan waktu,” katanya.
Penambahan dari kelompok menengah ke atas bisa terjadi dengan catatan tarif di park and ride tetap dan masuk akal. Selain itu, fasilitas park and ride aman. Lalu, kelompok yang tidak menggunakan kendaraan pribadi ke dan dari stasiun harus dimudahkan mendapatkan angkutan pengumpan (feeder) atau lanjutan.
Untuk integrasi antarmoda ini, Aditya melihat masih perlu banyak pembenahan.
Untuk integrasi antarmoda ini, Aditya melihat masih perlu banyak pembenahan.
Aditya menambahkan, meski begitu, saat tarif normal diberlakukan, MRT mesti melihat kembali seberapa jauh daya beli masyarakat.
William mengatakan, waktu menjelang tanggal 13 Mei akan dipergunakan MRT Jakarta untuk sosialisasi dan familiarisasi serta meningkatkan keterangkutan penumpang. Itu karena MRT mau melayani semua kelompok masyarakat dan kelas.
Muhammad Effendi, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, menambahkan, sebagai upaya peningkatan layanan, MRT Jakarta menerapkan dua jenis headway. Saat headway 5 menit pada jam sibuk, perjalanan kereta dilayani 14 rangkaian. Saat headway 10 menit di luar jam sibuk, perjalanan dilayani 7 rangkaian kereta.
MRT Jakarta, lanjut Effendi, juga membenahi mesin tiket dan gerbang pembayaran di stasiun untuk memudahkan mobilitas. MRT Jakarta juga akan memperbanyak tanda-tanda di area stasiun untuk memudahkan pengguna.
”Lalu, saat bulan Ramadhan, kami akan membolehkan penumpang untuk berbuka di dalam kereta. Penumpang boleh makan kurma dan minum, tetapi dengan tetap menjaga kebersihan kereta dan mengantungi sampah. Di samping juga (ada) penyebaran info tentang masjid-masjid terdekat di sekitar stasiun MRT,” kata Effendi.
Saat bulan Ramadhan, kami akan membolehkan penumpang untuk berbuka di dalam kereta.