JAKARTA, KOMPAS -- Sepanjang Januari-April 2019, nilai tukar petani atau NTP secara nasional merosot. Hal ini menandakan melemahnya daya beli petani.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, NTP nasional pada April 2019 sebesar 102,23 atau turun 0,49 persen dibandingkan Maret 2019. Semakin tinggi nilai NTP, daya tukar atau daya beli petani di pedesaan semakin kuat.
Angka NTP nasional itu dibentuk oleh kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,61 persen sedangkan harga yang diperoleh petani meningkat sebesar 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ongkos yang dibayar petani yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan penerimaan menurunkan NTP secara nasional.
Sepanjang Januari-April 2019, NTP nasional menunjukkan tren penurunan. Posisi NTP nasional pada Januari 2019 sebesar 103,33 dan merosot 1,06 persen hingga April 2019.
Merosotnya NTP, menurut Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja, menandakan daya beli petani semakin melemah. "NTP menjadi indikator petani dalam memenuhi kebutuhan hidup dan modal produksi. Daya beli petani yang melemah dapat berimbas pada lesunya produksi usaha tani," katanya saat saat dihubungi, Jumat (3/5/219).
Sepanjang Januari-April 2019, NTP nasional menunjukkan tren penurunan. Posisi NTP nasional pada Januari 2019 sebesar 103,33 dan merosot 1,06 persen hingga April 2019.
Jika dilihat dari dua tahun belakangan, NTP nasional cenderung turun pada periode Januari-April. NTP nasional turun 0,89 persen pada Januari-April 2017 dan turun 1,27 persen pada 2018.
Tren yang sama juga menunjukkan, NTP nasional naik pada Mei. NTP nasional pada Mei 2017 naik 0,13 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan pada 2018 meningkat 0,37 persen.
Berdasarkan kecenderungan tersebut, Kepala BPS Suhariyanto berpendapat, pada Mei 2019, NTP nasional akan membaik. "Misalnya, panen tanaman pangan berkurang sehingga harga yang diterima petani cenderung meningkat," ujarnya.
Jika ditilik dari subsektornya, penurunan NTP tertinggi berasal dari petani pangan dan petani perkebunan rakyat. NTP pangan (NTPP) turun 1,21 persen pada April 2019 dibandingkan bulan sebelumnya dan NTP perkebunan rakyat (NTPR) turun 0,48 persen.
Suhariyanto mengatakan, NTPR turun karena penurunan harga komoditas kopi, teh, cengkih, dan kakao.
Menurut pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, NTPR sulit naik pada Mei 2019. "Sejumlah komoditas perkebunan nasional belum memiliki sentimen yang dapat mendongkrak harga di tingkat internasional. Misalnya, minyak kelapa sawit yang masih menunggu keputusan Uni Eropa," katanya.
Berpotensi membaik
Turunnya NTPP, menurut Suhariyanto, turut dipengaruhi oleh anjloknya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar 5,37 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi Rp 4.357 per kg. Angka ini juga lebih rendah 4,37 persen dibanding April 2018.
Dilihat dari dua tahun terakhir, NTPP meningkat 0,85 persen pada Mei 2017 dibanding bulan sebelumnya dan naik 0,3 persen pada Mei 2018. Sementara, harga GKP di tingkat petani pada Mei 2017 naik 4,1 persen dari bulan sebelumnya sedangkan pada Mei 2018 turun 0,4 persen.
Secara musiman, Khudori berpendapat, NTPP pada Mei 2019 berpotensi membaik karena panen mulai berkurang. Imbasnya, harga GKP di tingkat petani berpeluang meningkat.