JAKARTA, KOMPAS — Penjualan produk asuransi melalui pasar dalam jaringan dapat memperluas jangkauan pasar. Diharapkan jalur pemasaran dalam jaringan dapat meningkatkan penetrasi asuransi, selain pemasaran melalui bank atau agen asuransi.
Melihat peluang yang terbuka lebar, Bukalapak dan Allianz Indonesia bekerja sama dan meluncurkan produk asuransi berbasis digital. Produk asuransi BukaProteksi Diri itu merupakan produk asuransi kesehatan yang ditawarkan melalui laman pemasaran Bukalapak.
Menurut Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia Joos Louwerier, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal asuransi swasta, di luar jaminan asuransi yang diselenggarakan pemerintah. Meski demikian, mereka telah menggunakan telepon seluler pintar dalam kegiatan sehari-hari, termasuk memanfaatkan laman pemasaran seperti Bukalapak.
Peluang itu dimanfaatkan dengan cara memasarkan produk asuransi yang didesain untuk dipasarkan secara digital. ”Kami akan menggunakan segala cara agar bisa menjangkau masyarakat serta menyediakan berbagai produk asuransi bagi mereka,” kata Joos.
Berdasarkan survei Market Metrix pada 2018 bertajuk ”Customer and Market Insights and Analytics”, sekitar 14 persen konsumen mengakses informasi tentang asuransi secara daring. Kemudian, 84 persen di antaranya melanjutkan proses itu hingga memperoleh proposal melalui jalur yang sama.
Sementara pengguna internet di Indonesia sekitar 54,68 persen dari total populasi atau sekitar 143,26 juta jiwa. Akses internet per hari rata-rata selama 4 jam, menggunakan ponsel pintar.
Laporan Hootsuite and We Are Social Januari 2019 menunjukkan, 56 persen penduduk Indonesia merupakan pengguna internet, sementara jumlah pendaftar telepon seluler 133 persen dari total populasi.
Bagi Bukalapak, kerja sama penjualan produk asuransi itu menambah jenis produk bukan barang yang dijual di laman pemasaran Bukapalak. Sebelumnya, mereka telah memasarkan produk investasi berupa emas ataupun layanan pinjam-meminjam berbasis digital.
Co-founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid mengatakan, produk-produk itu akan ikut meningkatkan literasi masyarakat terhadap berbagai produk investasi atau asuransi. Dengan tingkat pemahaman yang beragam, pihaknya berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk asuransi itu.
”Banyak hal yang masih bisa kita lakukan untuk meningkatkan hal itu. Tetapi, saya optimistis. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, masyarakat sebetulnya perlu ditarik agar tahu manfaatnya,” kata Fajrin.
Chief Partnership Distribution Officer Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo menambahkan, pihaknya belum bisa menargetkan penjualan polis asuransi melalui laman pemasaran Bukalapak itu. Namun, Allianz Indonesia berharap penjualan secara digital dapat lebih cepat dibandingkan dengan secara konvensional.
Literasi
Menurut Deputi Direktur Pengawasan Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) I Wayan Wijana, penjualan produk asuransi melalui laman pemasaran digital atau insuretech ini tidak bisa dibendung lagi. Bagi OJK, hal paling penting adalah tetap menjalankan prinsip kehati-hatian serta memastikan hak pemegang polis dipenuhi.
Di sisi lain, lanjut Wayan, OJK berharap agar penjualan produk asuransi melalui laman pemasaran digital turut meningkatkan pemahaman atau literasi. Sebab, peningkatan literasi keuangan selama ini berjalan lambat. Survei OJK pada 2013 mencatat, tingkat literasi keuangan 11 persen. Pada 2016, survei serupa digelar, yang hasilnya, tingkat literasi keuangan hanya naik 1 persen menjadi 12 persen.
Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata industri asuransi tumbuh 12 persen per tahun. Meski tampak besar, potensi kenaikan industri asuransi masih terbuka.
”Makanya, kami mengharapkan masyarakat semakin banyak yang menjangkau asuransi, bahkan di lokasi yang tidak ada agen. Kemarin pertumbuhan rata-rata 12 persen itu tanpa didukung penjualan digital. Di masa mendatang semestinya bisa lebih tinggi lagi,” kata Wayan. (NAD)