Pabrik Gula Tasikmadu di Karanganyar, Jawa Tengah, berencana menggiling 195.000 ton tebu pada musim giling 2019. Produksi gula kali ini diharapkan mencapai 14.000 ton.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
KARANGANYAR, KOMPAS — Pabrik Gula Tasikmadu di Karanganyar, Jawa Tengah, berencana menggiling sebanyak 195.000 ton tebu pada musim giling 2019. Produksi gula kali ini diharapkan mencapai 14.000 ton.
”Giling perdana akan dimulai 16 Juni dengan masa kerja selama 75 hari,” kata Manajer Pabrik Gula (PG) Tasikmadu Triyono di Karanganyar, Jumat (3/5/2019). Pihak PG Tasikmadu menggelar tradisi temanten tebu dan selamatan menandai dimulainya musim giling 2019 di area PG Tasikmadu, Karanganyar.
Triyono mengatakan, PG Tasikmadu berkapasitas giling 3.000 ton tebu per hari akan menggiling total 195.000 ton tebu dengan tingkat rendemen sekitar 7,2 persen. Rendemen itu lebih tinggi dari tahun 2018, yaitu 6,3 persen. Dengan tingkat rendemen 7,2 persen itu, produksi gula ditargetkan mencapai 14.000 ton.
”Kami sudah cek di lapangan, rendemen saat ini masih sekitar 5,5 persen, memasuki giling tebu mulai Juni rendemen sudah meningkat,” ujarnya.
Menurut Triyono, luas tanam tebu pada 2019 sekitar 3.100 hektar yang ada di wilayah eks Karesidenan Surakarta, meliputi Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, Boyolali, dan Solo. Luas tanam tebu itu menurun dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencapai sekitar 4.100 hektar. Sebagian besar lahan perkebunan tebu ditanam petani mitra PG Tasikmadu, sedangkan yang dikelola PG Tasikmadu hanya 170 hektar.
”Lima tahun terakhir ini agak lesu, tahun 2012-2013 itu pernah menggiling 460.000 ton tebu, sekarang ini tinggal 195.000 ton,” katanya.
Direktur Operasional PT Perkebunan Nusantara IX Satrio Wibowo mengatakan, PG Tasikmadu idealnya menggiling setidaknya 600.000 ton tebu dengan masa giling minimal 135 hari dan maksimal 150 hari. Untuk menghasilkan 600.000 ton tebu itu, diperlukan luas tanam tebu 8.000-8.500 hektar.
”Luasan tanam tebu saat ini masih sekitar 3.100 hektar, artinya kekurangan luas tanam sekitar 5.000 hektar,” ujarnya.
Menurut Satrio, perlu upaya-upaya berbagai pihak untuk memperluas area tanam tebu hingga setidaknya mencapai 8.000 hektar. Karena itu, pihaknya berharap peran pemerintah daerah bersama petani meningkatkan luas area penanaman tebu.
Wakil Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia Wilayah Kerja PG Tasikmadu Sumandoko mengatakan, minat petani menanam tebu semakin menurun. Hal ini karena kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) gula yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 9.700 per kilogram tidak menguntungkan petani. Berdasarkan analisis usaha tani, harga pembelian pemerintah seharusnya ditetapkan sebesar Rp 10.500 per kg untuk mengimbangi biaya pokok produksi.
”Kalau HPP Rp 10.500 per kg dengan rendemen minimal 7 persen, baru petani itu untung. Kalau rendemen tebu 6 persen, petani masih tetap rugi,” ucap Sumandoko.