Keajaiban demi keajaiban diciptakan Lionel Messi untuk Barcelona. Itu hadiah dari langit bagi penggemar sepak bola. Namun, bagi Liverpool, keajaiban Messi adalah mimpi buruk.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
Keajaiban demi keajaiban diciptakan Lionel Messi untuk Barcelona. Itu hadiah dari langit bagi penggemar sepak bola. Namun, bagi Liverpool, keajaiban Messi adalah mimpi buruk.
BARCELONA, KAMIS — Lionel Messi tidak pernah berhenti mencetak sejarah baru untuk Barcelona. Sang maestro sepak bola itu mencetak golnya yang ke-600 bagi Barcelona saat menumbangkan Liverpool untuk pertama kalinya di Stadion Camp Nou dalam laga pertama semifinal Liga Champions, Kamis (2/5/2019) dini hari WIB. Dan, Messi ternyata belum puas.
Bintang asal Argentina itu merasa belum nyaman ketika Barca hanya bisa melibas Liverpool 3-0 di hadapan sekitar 98.000 penonton, Kamis kemarin. ”Akan lebih baik kalau kami menang 4-0, bukan 3-0. Namun, hasil ini sudah bagus,” kata Messi.
Melalui ketidakpuasannya itu, Messi menunjukkan standar pribadi dan tim yang sangat tinggi. Jika bukan Barca dan peran Messi, belum tentu ada klub lain yang mampu bertahan menghadapi serangan bertubi-tubi Liverpool seperti malam itu. Gaya sepak bola ”heavy metal” ala Liverpool ternyata tidak berlaku di Camp Nou.
Berdasarkan statistik laga, Liverpool melakukan total 14 tembakan dan hanya tiga tembakan di antaranya yang tepat ke arah gawang. Agresivitas Liverpool sudah merusak gaya bermain posesif Barca dan penguasaan bola Liverpool malam itu bisa mencapai 52 persen. Namun, Barca mengingatkan lawannya bahwa efektivitas bermain dan tentu peran seorang maestro seperti Messi mampu mengubah permainan.
Ketika Liverpool sudah asyik menyerang dan merasa sudah bisa menguasai jalannya laga, Barca justru membuat kejutan dengan gol pertama yang dicetak Luis Suarez pada menit ke-26. Gol dari mantan pemain Liverpool itu menjadi peringatan pertama bahwa tuan rumah tidak tidur.
Liverpool juga sudah merasa bisa menghentikan langkah Messi, bahkan dengan segala upaya. Messi sempat terjungkal ketika ditabrak James Milner dan mengacungkan tangan sebagai isyarat permintaan kepada wasit untuk mengeluarkan kartu untuk Milner. Wasit menolak permintaan itu dan Messi tersenyum. ”Kami mengikuti permainan mereka (Liverpool), bermain cepat dan mengandalkan fisik. Kami tidak terbiasa dan kami kelelahan,” kata Messi.
Milner dan Liverpool kemudian harus membayar mahal karena telah membuat Messi kesal. Pada menit ke-72, Messi mendapat sedikit keberuntungan ketika bola yang ditembakkan Suarez mengenai mistar gawang dan memantul ke arahnya. Dengan mudah Messi mendorong bola ke gawang dan menambah keunggulan Barca.
Mahakarya Messi yang sesungguhnya baru tercipta pada menit ke-82 ketika ia mengambil tendangan bebas. Bola yang ditendang Messi dengan kaki kiri melesat ke pojok gawang dan tidak tergapai oleh Alisson Becker, kiper Liverpool. Surat kabar The Times mencatat, bola tersebut membutuhkan waktu 0,97 detik untuk melesat dari kaki Messi ke gawang. Kecepatan bola itu mencapai 98 kilometer per jam.
Itulah gol Messi yang ke-600 dalam 683 laga bagi Barca, sebuah rekor yang ia capai setelah 14 tahun. Pencapaian itu terasa lebih manis karena gol itu menandai kemenangan pertama Barca atas Liverpool dalam lima laga kandang di Camp Nou, baik di ajang Piala UEFA (kini Liga Europa) maupun Liga Champions.
Pelatih Liverpool Juergen Klopp pun tidak habis pikir karena kekalahan ini terjadi pada saat mereka telah menampilkan permainan terbaiknya. Kekurangan Liverpool malam itu adalah tidak bisa mencetak gol dan tidak memiliki seorang Messi.
”Messi tidak bisa dihentikan. Dia adalah pemain kelas dunia dan saya sudah tahu itu. Saya tidak terkejut lagi,” ujar Klopp.
Jika Klopp kehabisan akal untuk mengatasi Messi, Pelatih Barcelona Ernesto Valverde kehabisan kata-kata untuk memuji kehebatan pemainnya itu. ”Saya tidak tahu bagaimana Messi melakukan tendangan bebas itu. Sebaiknya saya tidak memikirkannya,” ujarnya.
Sementara media massa dari berbagai belahan dunia juga kehabisan kata-kata untuk menggambarkan sosok Messi. Surat kabar The Guardian memilih menggambarkan Messi dengan menulis judul singkat, ”Dari Planet Lain”.
Kenangan di Roma
Ada alasan lain bagi Messi untuk tidak merasa puas. Salah satunya adalah kenangan pahit di Stadion Olimpico, Roma, tahun lalu. Di stadion itu, Barcelona tersingkir pada babak perempat final setelah dikalahkan AS Roma 0-3 pada laga kedua. Pada laga pertama di Camp Nou, Barca menang 4-1. Roma lolos karena unggul dalam hal gol tandang.
Oleh karena itu, Messi merasa lebih aman apabila mereka menang setidaknya 4-0 pada laga pertama kontra Liverpool. Messi sadar, Liverpool masih bisa mengancam pada laga kedua pekan depan di Stadion Anfield. ”Ini belum selesai. Kami akan segera menghadapi situasi sulit di tempat yang memiliki sejarah besar,” ujarnya.
Valverde juga merasakan kekhawatiran yang sama. ”Kami sudah melihat bagaimana Liverpool mengatur permainan dan menggunakan kecepatan,” katanya.
Messi, Valverde, dan pemain Barca lainnya belum bisa tenang karena memiliki target besar. Mereka harus bisa menyingkirkan Liverpool terlebih dahulu untuk mengamankan kans menjadi satu-satunya tim di Eropa yang bisa meraih tiga kali gelar treble winner. (AP/AFP/REUTERS)