DOMPU, KOMPAS –— Sepuluh peserta lomba lari ekstrem Kompas Tambora Challenge 2019–Lintas Sumbawa 320K mulai berguguran pada hari kedua, Kamis (2/5/2019). Mereka gagal melewati separuh lomba atau 160 kilometer pertama.
Hingga Kamis pukul 23.00 Wita tercatat sepuluh pelari tidak mampu melanjutkan lomba. Peserta dari kategori individu putra menjadi yang paling banyak gagal, 7 dari 18 pelari. Mereka itu di antaranya pelari paling tua, Gatot Sudariyono (57), dan pelari undangan asal Nusa Tenggara Barat, Abdul Salam (25).
Dua pelari relay atau estafet putra yang gagal adalah Marhalim Halilintar/Faris Abiyyu dan Erry Permana/Desmon Andriano. Sementara itu, dari relay putri, hanya satu yang gagal, yaitu Evan Ferdiyanty/Margaretha Eggrani.
Dengan demikian, pelari yang masih meneruskan lomba sejumlah 17 individu dan 13 pasangan relay. Mereka menuju 160 km kedua untuk mencapai garis akhir di Doro Ncanga, Kabupaten Dompu.
Gagalnya peserta bervariasi. Rata-rata, mereka kehabisan tenaga karena cuaca panas di Sumbawa Besar, dari jarak 60 km-160 km, yang mencapai suhu 33-35 derajat celsius.
Beberapa nama yang gagal juga diakibatkan kurangnya pengalaman, seperti Abdul dan Marhalim. Dua pelari undangan asal tuan rumah ini sebenarnya memulai lomba dengan meyakinkan. Namun, mereka tidak bisa melanjutkan lomba karena salah strategi.
”Pasangan saya (Marhalim) mendapat masalah di 100 km. Makanannya tidak bisa masuk ke tubuh. Selalu keluar lagi,” kata Faris (20), pelari termuda di Lintas Sumbawa yang mendapat giliran kedua berlari setelah Marhalim.
Direkur Lomba Lexi Rohi mengatakan, dari tahun ke tahun, 160 km pertama merupakan titik paling ”horor” bagi pelari. Banyak pelari menyerah karena kelelahan fisik atau tidak mampu memenuhi batas waktu tempuh yang diberikan penyelenggara.
Memimpin lomba
Pasangan relay Jumardi/ Oktavianus Quaasalmy masih menjadi pemimpin lomba. Okta yang merupakan pelari kedua saat ini sudah melewati check point (CP) 6 atau 240 km. Dia tinggal berlari 80 km lagi untuk mencapai garis akhir.
”Target saya finis 23 jam atau sampai di Dompu sekitar pukul 11.00. Saya sudah siap melanjutkan perjuangan Jumardi,” kata Okta pada Kamis siang, sebelum mulai belari di CP 4.
Dari kategori individu putra, Hendra Siswanto masih memimpin lomba. Dia menjadi pelari pertama yang tiba di titik 200 km. Pelari kelahiran Banyuwangi ini untuk sementara mengungguli dua juara Lintas Sumbawa edisi sebelumnya, yaitu Alan Maulana dan William.
Eni Rosita, juara bertahan dua tahun beruntun, belum bisa dibendung lima pelari pesaingnya. Eni tidak hanya melalui pelari putri. Dia bahkan berada di depan William, pemegang rekor waktu Tambora Challenge.
Para pemimpin lomba bisa unggul jauh karena menghemat waktu istirahat. Jumardi/Okta tidak tidur dan terus berlari sejak awal lomba. Hendra hanya beristirahat 30 menit untuk mandi dan makan di CP4, sedangkan Eni hanya tidur setengah jam setelah menyelesaikan 160 km pertama.