Pentagon mengeluarkan laporan tahunan yang mengungkap kekuatan angkatan laut China. China kini masuk dalam kelompok negara yang memiliki kapal selam berkemampuan nuklir.
Washington, Jumat— Semakin intensnya aktivitas China di kawasan Arktika telah membuat khawatir sejumlah negara yang berada di wilayah lingkar kutub utara itu. Mereka khawatir, aktivitas China bisa membuka jalan ke arah penguatan kehadiran militer di wilayah itu, termasuk pengerahan kapal-kapal selam berkemampuan nuklir.
Hal itu terungkap dalam laporan tahunan Pentagon kepada Kongres AS yang dikeluarkan, Kamis (2/5/2019), menyusul publikasi buku putih kebijakan China di kawasan Arktika. Dalam buku itu, China menjabarkan rencananya mengembangkan jalur perdagangan terkait inisiatif Jalan Sabuk.
Meskipun China tidak termasuk dalam negara yang berada di kawasan Arktika, aktivitas negara itu semakin intens di wilayah tersebut. Pada 2013 China menjadi pemantau (observer) di Dewan Arktika.
Laporan Pentagon menyebutkan, Denmark telah mengungkapkan kekhawatirannya atas minat China pada wilayah Greenland, termasuk proposal untuk membangun stasiun penelitian, stasiun satelit darat, renovasi bandara, serta perluasan penambangan.
”Riset sipil bisa mendukung penguatan kehadiran militer China di Samudra Arktik, termasuk mengerahkan kapal-kapal selamnya sebagai pencegah (deterrent) serangan nuklir,” tulis laporan itu.
Disebutkan juga, militer China telah memodernisasi armada kapal selamnya. Angkatan Laut China kini mengoperasikan 4 kapal selam dengan rudal balistik berkemampuan nuklir, 6 kapal selam berkekuatan nuklir, dan 50 kapal selam berkekuatan konvensional.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa China telah membangun enam kapal selam sekelas Jin (memiliki rudal balistik), empat sudah beroperasi dan dua masih dibangun di galangan kapal Huludao.
Berdasarkan laporan Pentagon, Januari lalu, China membutuhkan minimal lima kapal selam kelas Jin agar mampu secara berkesinambungan menjadi deterrent serangan nuklir di laut.
Sebagai respons terhadap perkembangan ini, AS memperluas pengerahan kekuatan antikapal selam di wilayah Asia Timur, termasuk meningkatkan patroli di lepas wilayah Singapura dan Jepang dengan pesawat-pesawat P-8 Poseidon.
Upaya enam dekade
Setelah enam dekade berupaya keras untuk bisa menguasai teknologi militer bawah laut, China akhirnya mampu sejajar dengan negara-negara yang unggul dalam teknologi kapal selam berkemampuan rudal balistik nuklir (SSBN), yaitu
AS, Rusia, Inggris, dan Perancis.
Terbangunnya armada kapal selam berkekuatan rudal balistik nuklir telah mengubah kapabilitas nuklir China secara dramatis. Setiap kapal selam kelas Jin dipersenjatai dengan sekitar 12 rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir dengan jangkauan sampai 7.200 kilometer.
Menurut Pentagon, AS berada dalam jarak serangan dari Pasifik Barat. ”Kapal selam kelas Jin dengan SSBN membuat China memiliki kapabilitas strategis yang harus dilawan,” kata Laksamana Harry Harris tahun lalu saat menjabat pemimpin Komando Pasifik AS.
Sebagian doktrin militer China terfokus pada wilayah Taiwan yang dianggap sebagai pemberontak. Laporan Pentagon juga menjabarkan sejumlah skenario jika Beijing memutuskan menggunakan kekuatan militer kepada Taiwan. Namun, analis AS meragukan kemungkinan China melakukan invasi dengan kekuatan amfibi skala besar karena hal itu bisa mengundang intervensi internasional. (REUTERS/MYR)