Banjir Bandang, Satu Korban Meninggal Ditemukan di Samosir
Seorang korban meninggal ditemukan dalam operasi pencarian korban banjir bandang di Desa Buntu Mauli, Kecamatan Sitio-Tio, Kabupaten Samosir, Sumut, Sabtu (4/5/2019). Kerusakan hutan penyangga membuat banjir bandang makin sering terjadi di kawasan Danau Toba.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SAMOSIR, KOMPAS — Seorang korban meninggal ditemukan dalam operasi pencarian korban banjir bandang di Desa Buntu Mauli, Kecamatan Sitio-Tio, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Sabtu (4/5/2019). Banjir bandang yang terjadi Jumat sore itu merusak delapan rumah. Kerusakan hutan penyangga membuat banjir bandang semakin sering terjadi di kawasan Danau Toba.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Samosir Mahler Tamba mengatakan, korban meninggal adalah Tiaman boru Situmorang alias Oppung Santa (65). Tiaman ditemukan tim SAR gabungan tertimbun material sekitar 15 meter dari rumahnya.
Mahler mengatakan, hujan deras menerjang Kecamatan Sitio-Tio dan sekitarnya pada Jumat sore. Setelah sekitar dua jam hujan turun, air Sungai Lumban Binanga yang sebelumnya mengering mulai dialiri air keruh berwarna coklat.
”Beberapa saat kemudian, muncul aliran air besar dari hulu dan menghantam permukiman yang berada di tepi Danau Toba,” ujar Mahler.
Aliran air membawa material batu serta batang dan ranting pohon sehingga daya rusaknya besar. Empat rumah rusak berat terbawa arus air dan empat rumah lainnya rusak sedang.
Setelah melihat beberapa rumah rusak, warga langsung mencari para penghuni rumah itu. Seorang korban yang tertimpa material berhasil diselamatkan, yakni Oppung Daniel. Namun, satu korban dinyatakan hilang, yakni Tiaman. Rumahnya rusak berat dihantam banjir bandang.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari BPBD Samosir, Pos SAR Danau Toba, dan aparat TNI/Polri setempat pun langsung turun ke lokasi untuk melakukan pencarian.
Koordinator Pos SAR Danau Toba Octo Albert Tambunan menyebutkan, tim kesulitan melakukan pencarian karena tidak ada alat berat. Mereka melakukan pencarian secara manual dengan cangkul dan sekop. Tim pun menghentikan pencarian pada Jumat malam dan melanjutkannya pada Sabtu pagi. Tiaman ditemukan pada Sabtu sekitar pukul 12.00.
Kerusakan lingkungan
Pegiat konservasi lingkungan Danau Toba, Wilmar Simanjorang, mengatakan, banjir bandang semakin sering terjadi di sekitar Danau Toba karena kerusakan hutan penyangga di sekitarnya.
”Saat ini, sungai-sungai yang mengalir ke Danau Toba selalu mengering saat musim kemarau, lalu banjir saat musim hujan,” ujarnya.
Wilmar menuturkan, ada lebih dari 100 sungai yang bermuara ke Danau Toba. Sebelum terjadi kerusakan hutan, sungai itu mengalir sepanjang tahun meskipun saat musim kemarau. Hutan penyangga yang baik berfungsi menahan air saat musim hujan, lalu melepasnya saat musim kemarau. Setelah hutan rusak, sungai hanya mengalir beberapa jam setelah hujan turun dengan debit yang sangat besar.
Ia melanjutkan, hutan yang merupakan daerah tangkapan air di Danau Toba luasnya sekitar 260.000 hektar atau tiga kali luas permukaan air Danau Toba. Kini, sebagian besar rusak akibat pembalakan hutan, kebakaran, alih fungsi lahan, dan longsor. Kerusakan daerah tangkapan air itu pun menyebabkan tinggi permukaan air Danau Toba surut lebih dari 2,5 meter.