Banjir Tahunan Rendam Jalur Kalimantan di Bukit Rawi
Banjir melanda jalur trans-Kalimantan Kilometer 8-10, Bukit Rawi, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, sehingga menyebabkan kemacetan sepanjang 1 kilometer. Banjir tersebut terjadi setiap tahun.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PULANG PISAU, KOMPAS — Banjir melanda jalur trans-Kalimantan Km 8-10, Bukit Rawi, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Banjir setiap tahun itu menyebabkan kemacetan sepanjang 1 kilometer.
Pada Sabtu (4/5/2019) pagi, air dari rawa gambut yang berada di sisi kiri dan kanan jalan menggenangi aspal. Kedalaman air mencapai 30-40 sentimeter (cm) dan menutup seluruh badan jalan. Hujan dengan intensitas tinggi membuat air rawa di sekitar jalan meluap.
Pagi itu, petugas dari Dinas Perhubungan Kalteng, aparat kepolisian, dan TNI terlihat mengatur arus lalu lintas agar kemacetan terurai. Kemacetan terjadi karena pinggiran jalan tidak lagi terlihat. Pengendara khawatir mobil akan terperosok ke rawa di sekitar jalan.
Selain itu, banyak lubang jalan yang tertutup air. Kondisi ini membuat pengendara khawatir karena bisa sewaktu-waktu terperosok. Beberapa lubang pun ditandai dengan ditanami kayu atau tanaman.
Jhon Yosip (45), warga Bukit Rawi, yang saat itu melintas menggunakan sepeda motor, mengatakan, banjir sudah terjadi sejak Jumat malam. Air dari rawa-rawa di sekitar jalan naik ke jalan karena curah hujan yang tinggi.
”Ini banjir tiap tahun. Orang di sini sudah biasa. Jadi, kalau sudah masuk musim hujan, ya, kami siap-siap saja. Ini belum apa-apa, biasanya motor harus diangkut menggunakan perahu mesin,” kata Yosip.
Ini banjir tiap tahun. Orang di sini sudah biasa. Jadi, kalau sudah masuk musim hujan, ya, kami siap-siap saja. Ini belum apa-apa, biasanya motor harus diangkut menggunakan perahu mesin.
Kemacetan juga terjadi karena saat ini pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng sedang mengerjakan pembangunan jembatan di atas rawa untuk menghindari banjir.
Jalan trans-Kalimantan yang merupakan jalur nasional tersebut menghubungkan Kota Palangkaraya dengan Kabupaten Gunung Mas, Barito Selatan, sampai ke Kalimantan Barat. Jalur tersebut juga merupakan jalur vital produksi.
Rahman (40), salah satu pengendara truk pembawa buah tandan sawit, mengatakan, kemacetan dan banjir akan memperlambat pengantaran buah tandan sawit ke Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan kota lain. Hal itu juga merugikan pengangkut truk atau pemilik sawit.
”Kalau terlambat, kami bisa kena denda. Buah juga kalau terlalu lama di jalan mungkin busuk, kualitasnya nanti tidak baik lagi,” kata Rahman.
Kepala Dinas PUPR Kalteng Shalahudin mengungkapkan, pihaknya menggunakan anggaran Rp 400 miliar untuk membangun jembatan. Jembatan itu dibangun sepanjang lebih kurang 4 kilometer.
Pembangunannya, kata Shalahudin, dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) murni 2018 atau setidaknya pada APBN Perubahan 2018 lalu.
”Karena jalan ini statusnya jalan nasional, penanganannya melalui APBN. Kami upayakan ini bisa dikerjakan secepatnya agar jalur ini bisa digunakan maksimal,” kata Shalahudin.