Bara Ambisi Liverpool
Liverpool masih punya kans meraih trofi Liga Inggris musim ini. Syaratnya, mereka menjaga semangat tetap menyala, juga mendapat sedikit keberuntungan di dua laga sisa musim ini.
NEWCASTLE, JUMAT - Manajer Juergen Klopp berpeluang meraih status legendaris di Liverpool jika mampu memberikan gelar juara Liga Inggris yang nyaris tiga dekade tidak lagi pernah diraih klub itu. Untuk mewujudkan mimpi ”The Reds” itu, Klopp perlu meyakinkan anak asuhnya untuk terus berjuang hingga akhir.
Robe Lowe, aktor dan sutradara ternama Hollywood, pernah berkata bahwa jagat raya bekerja dengan cara yang misterius. ”Itu bekerja dengan sempurna untuk saya. Kita hanya perlu percaya,” ujarnya suatu ketika.
Konsep pemahaman akan takdir itu menjadi pegangan bagi para pendukung Liverpool yang akhir-akhir ini kian rindu gelar juara. Mereka tahu bahwa takdir gelar juara Liga Inggris musim ini tidak lagi dipegang Mohamed Salah dan kawan-kawan. Tim rivalnya, Manchester City, menjadi pemegang takdir itu berkat keunggulan satu poin di puncak klasemen dengan dua laga tersisa musim ini.
Kopites, julukan pendukung Liverpool, juga sadar diri bahwa tim kesayangannya berpotensi mengakhiri musim ini dengan hampa gelar, seperti musim-musim sebelumnya setelah dibekap Barcelona 0-3 di laga pertama semifinal Liga Champions, Kamis (2/5/2019) dini hari WIB. Namun, itu tidak mengubur harapan mereka meraih gelar juara musim ini.
Takdir pun memperlihatkan misterinya di Liga Inggris akhir pekan ini. The Reds akan bertamu ke markas Newcastle United pada Minggu (5/5) dini hari WIB ini, sementara City bakal menjamu Leicester City dua hari berikutnya. Laga-laga ini sangatlah menarik. Entah sekadar kebetulan atau tertulis dalam suratan takdir, laga-laga ini melibatkan dua mantan manajer The Reds, yaitu Rafael Benitez dan Brendan Rodgers.
Menariknya pula, di bawah kedua manajer itulah The Reds terakhir kali begitu dekat dengan gelar juara. Benitez, yang kini melatih Newcastle, nyaris membawa Liverpool juara Liga Inggris satu dekade lalu. Adapun ambisi Rodgers—kini manajer Leicester City—membawa The Reds juara, hanya digagalkan peristiwa terpelesetnya Steven Gerrard di laga kontra Chelsea, setengah dekade lalu.
Jagat raya kini memberikan kesempatan kedua bagi mereka untuk ”membantu” bekas timnya, Liverpool, meraih gelar juara Liga Inggris. Namun, Benitez menyampaikan pesan yang snagat jelas terkait itu. ”Adalah tugas saya saat ini untuk mengurusi Newcastle. Jika saya berada di sisi yang sebaliknya, saya berharap tim lawan (Liverpool) dan manajernya melakukan yang terbaik,” tegas Benitez menjaga profesionalismenya seperti dikutip dari ESPN.
Adapun Rodgers menegaskan akan fokus pada Leicester. Ia bakal menghadapi City di Stadion Etihad dengan motivasi ekstra. Ia ingin membuktikan dirinya adalah salah satu manajer hebat di Inggris. Status itu paling tidak bisa didapatnya dari para pendukung Liverpool jika mampu menahan City yang memiliki rekor menawan di kandang. Mereka sulit ditandingi dan selalu menang di delapan laga kandang terakhirnya di Liga Inggris, termasuk atas tim-tim besar seperti Liverpool, Arsenal, dan Chelsea.
Leicester tengah dalam kepercayaan diri tinggi. Pekan lalu, mereka membekap Arsenal 3-0. Mereka pun telah memenuhi target, yaitu terhindar dari degradasi.
Masih berapi-api
Diakui Klopp, timnya perlu menjaga fokus pada laga kontra Newcastle. Tim tidak boleh dihantui kegagalan di laga sebelumnya, yaitu kekalahan telak dari Barca. Ia pun menampik anggapan bahwa timnya kini mulai dilanda kelelahan. ”Saat ini, anak-anak sepenuhnya berapi-api. Ketika mengejar sesuatu (trofi), Anda tidak merasakan lelah. Kami sangat ambisius. Saat ini, yang kami perlukan adalah mengalahkan Newcastle,” tegasnya.
The Reds bisa kembali diperkuat striker Roberto Firmino yang sempat kurang bugar dan bermain dari bangku cadangan pada laga kontra Barca. Pulihnya gelandang Alex Oxlade-Chamberlain menjadi kabar baik lainnya bagi tim itu. Satu-satunya pemain yang dipastikan absen adalah gelandang Naby Keita yang cedera pada laga kontra Barca. (AFP/Reuters)