LONDON, JUMAT - Tanda tanya besar muncul saat Arsenal memutuskan merekrut striker Pierre-Emerick Aubameyang, namun di saat sama mempertahankan Alexandre Lacazette, Januari tahun lalu. Langkah berani itu membuat Arsenal selangkah lebih dekat ke trofi Liga Europa seusai membekap Valencia 3-1 di London, Jumat (3/5/2019) dini hari WIB.
Lacazette dan Aubameyang merupakan dua striker yang memiliki karakter dan gaya bermain serupa. Berkembangnya pakem permainan ofensif, yaitu lewat pola 4-3-3 atau 4-2-3-1, dewasa ini membuat kemitraan keduanya menjadi sebuah anomali. Dekade ini, nyaris tiada klub, khususnya di Liga Primer Inggris, yang bermain dengan ujung tombak “kembar”. Padahal, hingga setidaknya dekade lalu atau awal milenium ini, pola striker kembar menjadi primadona klub-klub top Eropa. Publik Inggris mengenal duet maut Dwight Yorke dan Andy Cole di Manchester United yang merajai Inggris dan Eropa pada 1990-an. Sebelum itu, ada kemitraan Alan Sherer dan Christ Sutton di Blackburn Rovers yang sangat legendaris di Inggris.
“The Gunners” pun punya panutan serupa di masa silam, yaitu duet Dennis Bergkamp dan Thierry Henry, yang mengantarkan dua trofi juara Liga Inggris dan final Liga Champions pada kurun tahun 2000-an. Sejak “bercerainya” duet berjuluk “duo dinamis” itu pada 2006, prestasi Arsenal meredup. Hadirnya duet Lacazette dan Aubameyang saat ini seolah berupaya menghidupkan kembali kejayaan itu.
Lacazette dan Aubameyang menjadi penghipur lara Arsenal di tengah inkonsistensi performa dan miskinnya prestasi mereka akhir-akhir ini. Keduanya tampil menggila saat The Gunners menjamu wakil Spanyol, Valencia, di semifinal pertama Liga Europa, dini hari WIB kemarin. Mereka saling “bertelepati” dalam bertukar operan maupun membaca pergerakan mitranya masing-masing.
Lacazette mengemas dua gol, adapun Aubameyang menambah satu gol berikut satu asis pada laga di Stadion Emirates itu. Berkat gol keduanya, Arsenal kian dekat dengan tiket ke final Liga Europa, kompetisi yang belum pernah mereka menangi. Kali terakhir Arsenal meraih gelar kontinental, yaitu Eropa, adalah pada 1994 silam saat menjuarai Piala Winners.
“Mereka (Arsenal) punya dua striker yang sangat bagus. Saya tidak tahu berapa banyak euro yang mereka habiskan untuk keduanya. Sedikit saja kesalahan di level seperti ini, kedua pemain dengan kualitas seperti itu bisa memanfaatkannya,” ujar Marcelino, pelatih Valencia, mengakui kehebatan duet Lacazette-Aubameyang.
Kedua striker itu kini sering dimainkan bersama di era manajer Unai Emery. Manajer spesialis Liga Europa, yaitu dengan koleksi tiga trofi pada kurun 2014-2016, itu sampai rela menanggalkan taktik favoritnya demi mengakomodir keduanya di susunan pemain tim. Pola 3-4-1-2 membuat duet Lacazette dan Aubameyang berkembang. Mereka berkontribusi ke 43 gol di berbagai kompetisi musim ini.
Trofi Liga Europa menjadi target utama mereka musim ini karena itu sekaligus bisa menjadi tiket mereka menuju Liga Champions musim depan. Arsenal absen di kompetisi itu pada dua musim terakhir. “Kami telah belajar banyak dari kegagalan musim lalu (tersingkir di semifinal). Kami bakal memberikan segalanya untuk lolos ke Liga Champions dan meraih trofi Liga Europa,” ujar Aubameyang penuh harap.
Rekor buruk
Sementara itu, ungkap Emery, tidak ada jaminan timnya lolos ke final Liga Europa meskipun menang 3-1 di duel pertama semifinal. Emery mewaspadai pembalasan Valencia pada laga balasan di Spanyol, 10 Mei mendatang. Kebetulan, musim ini, Arsenal punya rekor sangat buruk di kandang lawan. Dari enam laga tandang terakhirnya, mereka kalah empat kali termasuk atas tim-tim seperti Bate Borisov dan Stade Rennais di Liga Europa.
Menurut The Guardian, Arsenal tidak boleh takut di markas Valencia. Mereka harus berani keluar menyerang di Spanyol karena memiliki duet Lacazette-Aubamayeng. “Saat ini, menyerang adalah bentuk pertahanan terbaik Arsenal,” tulis The Guardian, kemarin. (AFP)