Koalisi Partai Pendukung Jokowi-Amin mengkaji peluang kerja sama dengan Demokrat. Sinyal yang diberikan Demokrat dinilai realistis.
JAKARTA, KOMPAS - Koalisi partai politik pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin mengkaji peluang kerja sama dengan Partai Demokrat pascapertemuan antara Komandan Komando Satuan Tugas Bersama Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dengan Jokowi pada Kamis lalu. Namun, kemungkinan reposisi koalisi ini masih perlu dibicarakan di antara partai pendukung.
Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Johnny G Plate, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/5/2019), mengatakan, sinyal merapatnya Demokrat adalah sesuatu yang normal dan rasional. Langkah Demokrat itu pun dinilai realistis dengan kalkulasi politik berdasarkan hasil hitung cepat.
Hasil hitung cepat Litbang Kompas, kekuatan koalisi Jokowi-Amin di DPR periode 2019-2024 ada di angka 53,87 persen, dengan didukung PDI-P, Golkar, PKB, Partai Nasdem, dan PPP.
Dengan suara mayoritas yang dimiliki koalisi Jokowi-Amin, menurut Johnny, wajar jika Demokrat memberi sinyal merapat. ”Itu posisi realistis di mana capaian partai di pemilu legislatif sudah aman dan mulai berpikir untuk lima tahun ke depan,” kata Johnny.
Menurut Johnny, pintu komunikasi tetap dibuka dengan Demokrat karena Jokowi mengedepankan prinsip berpolitik secara gotong royong. Selain itu, dalam sistem presidensial, pemerintahan bisa efektif jika ada dukungan politik yang kuat di parlemen.
”Indonesia tidak mengenal oposisi murni. Sistem ketatanegaraan kita presidensial, bukan parlementer di mana posisi terbagi jadi dua antara pemerintah dan oposisi,” katanya.
Politisi PKB dan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin, Abdul Kadir Karding, menambahkan, komunikasi politik perlu dibangun dengan semua pihak, termasuk Demokrat. ”Jika Jokowi-Amin menang, perlu dibangun komunikasi dengan semua pihak termasuk PAN dan Demokrat agar tidak disebut menang lantas sombong. Menang harus tetap rendah hati dan mengutamakan persatuan dan kesejahteraan dan efektivitas pembangunan bangsa,” ujarnya.
Namun, kemungkinan memperlebar bangunan koalisi Jokowi-Amin tetap perlu dibicarakan terlebih dahulu di internal koalisi. Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menilai, potensi bergabungnya Demokrat tetap harus dibahas bersama dengan partai pendukung Jokowi-Amin lainnya.
Ace menegaskan, saat membentuk kabinet, perlu ada rasa percaya dan saling menghormati seluruh anggota koalisi. ”Prasyarat dalam sebuah koalisi adalah harus saling percaya dan saling menghormati,” ujarnya.
Dengan potensi bergabungnya Demokrat, kekuatan politik koalisi Prabowo-Sandiaga berpotensi menipis. Dari hasil hitung cepat, koalisi Prabowo-Sandiaga mempunyai suara 36,26 persen di DPR, yang berasal dari Partai Gerindra, PAN, PKS, dan Demokrat.
Menyikapi dinamika politik itu, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Mardani Ali Sera, yang juga politisi PKS, mengatakan, Koalisi Indonesia Adil Makmur masih solid mendukung Prabowo-Sandi.
Sementara Sandiaga memilih berprasangka baik soal pertemuan Jokowi dengan Agus. ”Saya berprasangka baik, itu pertemuan silaturahmi. Fokus kami ke depan,” ucapnya.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, pertemuan Presiden Jokowi dan Agus sebagai silaturahmi untuk menurunkan tensi politik. Tentang kemungkinan semakin gemuknya koalisi jika Demokrat bergabung, Pramono menjawab, ”Itu bergantung Pak Presiden.”