Pemerintah daerah perlu proaktif membuat kebijakan untuk mengatasi rendahnya minat baca bagi anak usia dini. Melalui program Baca Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI berusaha mengajak anak-anak berusia 7-12 tahun agar mau membaca buku setiap hari.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah daerah perlu proaktif membuat kebijakan untuk mengatasi rendahnya minat baca bagi anak usia dini. Melalui program Baca Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI berusaha mengajak anak-anak berusia 7-12 tahun agar mau membaca buku setiap hari.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Wahyu Haryadi mengatakan, program Baca Jakarta yang berlangsung selama sebulan penuh pada April lalu telah mampu menumbuhkan minat baca anak-anak. Ia mengatakan, program tersebut dilaksanakan di 143 tempat di sejumlah wilayah Jakarta, seperti RPTRA, perpustakaan, dan taman baca.
”Selama satu bulan lalu, kami mampu mengajak peserta sebanyak 3.551 anak berusia 7-12 tahun untuk rajin membaca dengan didampingi 928 sukarelawan setiap harinya,” ujarnya dalam acara Apresiasi Baca Jakarta di Balai Kota Jakarta, Sabtu (4/5/2019).
Program Baca Jakarta dilaksanakan agar peserta mau membaca buku selama minimal 15-30 menit setiap hari. Peserta bebas memilih buku apa pun yang mereka suka, lalu menuliskan peta cerita setelah selesai membaca buku tersebut.
Selama program berlangsung, setiap anak mampu membaca 10-15 buku dalam satu bulan. Sebagian besar buku yang mereka baca merupakan buku cerita ataupun buku tentang ilmu pengetahuan yang mudah dicerna oleh anak-anak usia tersebut.
Selama program berlangsung, setiap anak mampu membaca 10-15 buku dalam satu bulan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merencanakan, program Baca Jakarta ini tidak hanya berjalan satu bulan, tetapi bisa berkelanjutan selama satu tahun penuh. Menurut dia, Pemprov akan segera memfasilitasi agar program ini bisa sampai ke kampung-kampung di pelosok Jakarta.
”Budaya membaca tidak akan serta-merta terbentuk jika tidak dimulai dari kebiasaan membaca sejak dini. Kebiasaan membaca jangan sampai hilang meski saat ini perkembangan teknologi sudah maju dan anak-anak cenderung menggunakan gawai telepon genggam,” kata Anies.
Ia mengatakan, saat ini Pemprov DKI belum memiliki data terkait tingkat minat baca masyarakat DKI Jakarta. Namun, ia berkomitmen untuk meningkatkan minat baca anak di Jakarta.
Shafira (7), salah satu peserta, mengatakan, setelah mengikuti program ini, ia jadi lebih gemar membaca dan mampu menceritakan beberapa buku yang telah ia baca selama satu bulan. Ia juga berterima kasih kepada para sukarelawan yang telah membimbingnya selama program berlangsung.
Desta (8), salah satu peserta, menuturkan, banyak pengetahuan baru yang telah ia dapatkan setelah mengikuti program ini. Selama mengikuti program, ia lebih sering membaca buku tentang ilmu pengetahuan.
”Saya sempat membaca buku tentang bagaimana caranya agar kita bisa tetap aman ketika pulang sekolah sendirian, yaitu dengan cara menghindari jalan-jalan pintas yang sepi dan tidak mengeluarkan telepon genggam selama perjalanan. Hal itu saya dapat dari membaca buku,” ujarnya.
Sebelumnya, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab menyebutkan, kurangnya minat baca di Indonesia disebabkan sulitnya akses bagi anak-anak usia dini untuk bisa membaca buku. Jarak yang jauh menuju taman bacaan hingga keterbatasan jumlah buku bacaan di sejumlah daerah mengakibatkan anak-anak tidak memiliki kesempatan untuk membaca.
Kurangnya minat baca di Indonesia disebabkan sulitnya akses bagi anak-anak usia dini untuk bisa membaca buku.
”Oleh sebab itu, pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu berperan dalam menyediakan akses dan fasilitas ini. Apalagi, Gubernur DKI memiliki komitmen untuk tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga mental para penduduk di Jakarta,” ujarnya di Pasar Kenari, Jakarta, Senin (29/4/2019).
Najwa mengatakan, harga buku yang tidak terjangkau bagi masyarakat juga menjadi salah satu faktor rendahnya minat baca di Indonesia. Oleh sebab itu, ia mendorong Pemprov bisa menyediakan toko buku murah bagi masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Anies mengatakan, Pemprov DKI sudah membuat Jakbook, toko buku yang dibentuk oleh PD Pasar Jaya di Pasar Kenari, Jakarta. Ia mengatakan, harga buku di Jakbook lebih murah 30 persen dibandingkan dengan harga di toko buku pada umumnya.
”Rencana pada Agustus ini kami akan membangun empat pasar buku lagi di sejumlah wilayah Jakarta. Kami berharap, dengan dibangun pasar buku seperti ini, minat baca masyarakat bisa tumbuh,” ujarnya.