Studi Experian: Konsumen Indonesia Prioritaskan Keamanan Siber
Konsumen menuntut penyedia layanan daring bersikap transparan atas setiap pengumpulan dan penggunaan informasi pribadi. Transparansi juga sebaiknya diikuti dengan peningkatan sistem keamanan siber.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumen menuntut penyedia layanan daring bersikap transparan atas setiap pengumpulan dan penggunaan informasi pribadi. Transparansi juga sebaiknya diikuti dengan peningkatan sistem keamanan siber.
Demikian inti benang merah laporan survei Experian’s Global Identity and Fraud Report 2019 edisi Asia Pasifik. Survei menyasar 6.000 konsumen layanan daring dan 590 pebisnis di negara Asia Pasifik. Khusus Indonesia, Experian menyurvei 504 konsumen dan 53 pebisnis. Survei berlangsung selama triwulan IV-2018.
Experian merupakan perusahaan pengelola dan konsultan analisis data.
Managing Director Decision Analytics and Business Information Experian Asia Pasifik Mohan Jayaraman, Jumat (3/5/2019), di Jakarta, mengatakan, 77 persen dari total responden Indonesia menilai keamanan siber sebagai prioritas pertama saat bertransaksi layanan daring. Prioritas berikutnya baru kenyamanan dan preferensi pribadi.
”Keinginan konsumen itu berbanding terbalik dengan pebisnis layanan daring. Prioritas pertama pebisnis adalah kenyamanan, lalu preferensi pribadi, dan terakhir keamanan siber,” ujarnya.
Mohan mengemukakan, Experian’s Global Identity and Fraud Report biasa dikeluarkan setiap tahun. Experian pertama kali mengeluarkan laporan itu pada tahun 2016.
Menurut dia, persentase responden yang menjadikan keamanan siber sebagai prioritas pertama meningkat setiap tahun. Artinya, mereka terus menuntut perusahaan menambah kemampuan teknis menangkal ancaman kejahatan siber.
Pada laporan tahun 2019, Mohan menyebutkan, 77 persen responden Indonesia mengatakan, kenyamanan bertransaksi daring terganggu karena adanya penyalahgunaan data privasi.
”Harus diakui bahwa mayoritas perusahaan penyedia layanan daring, termasuk transaksi keuangan secara elektronik, mengumpulkan data pribadi konsumen. Konsumen menyadarinya,” katanya.
Harus diakui bahwa mayoritas perusahaan penyedia layanan daring, termasuk transaksi keuangan secara elektronik, mengumpulkan data pribadi konsumen.
Pengumpulan dan penggunaan data pribadi bertujuan agar perusahaan bisa memberikan layanan secara lebih personal. Dengan kata lain, layanan disesuaikan karakteristik konsumen.
Setelah sadar akan fenomena itu, Mohan menambahkan, 88 persen responden Indonesia yang disurvei menuntut perusahaan benar-benar bersikap transparan.
”Transparan dalam hal apa pun, mulai dari cara kerja bisnis mereka sampai bagaimana mekanisme penggunaan data pribadi konsumen,” ujarnya.