Dua Hilang Terseret Arus Banjir di Gresik
Dua warga Kramatinggil, Gresik, Bagus Akbar Pratama (17) dan Nuri (21), hilang terseret arus saat menjaring ikan di luapan banjir di Kali Lamong, Gresik, Minggu (5/5/2019). Tim gabungan dari SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gresik, dan kepolisian masih mencari keberadaan dua orang tersebut.
GRESIK, KOMPAS — Dua warga Kramatinggil, Gresik, Jawa Timur, Bagus Akbar Pratama (17) dan Nuri (21), hilang terseret arus saat menjaring ikan di luapan banjir di Kali Lamong, Gresik, Minggu (5/5/2019). Tim gabungan dari SAR, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gresik, dan kepolisian masih mencari keberadaan dua orang tersebut.
Kepala Kepolisian Sektor Cerme Ajun Komisaris Iwan Harry Poerwanto mengatakan, dua warga tersebut terseret arus di tambak yang tergenang banjir sekitar pukul 01.30. Keduanya nekat mencari ikan di saat tambak-tambak di daerah tersebut terkena banjir bersama sembilan orang lain.
Pada mulanya, salah satu korban diketahui terseret arus banjir di tambak dengan kedalaman sekitar 2 meter. Satu korban lainnya yang hendak menolong justru ikut terseret arus karena saat itu kondisi arus banjir cukup deras. ”Hingga siang ini, dua orang tersebut belum ditemukan, kami masih melakukan pencarian menggunakan perahu karet,” ujar Iwan.
Baca juga: Berebut Ikan di Jalan yang Tergenang Luapan Kali Lamong
Akbar dan Nuri bukan orang pertama yang terseret arus banjir di Gresik pada awal bulan ini. Sebelumnya, pada Kamis (2/5/2018), tiga orang di Desa Deliksumber, Kecamatan Benjeng, sempat terseret arus, tetapi selamat.
Namun, ada dua warga yang meninggal saat banjir menerjang daerah tepi aliran Kali Lamong itu. Yudha Bhima Putra (14), warga Pucung, Kecamatan Balongpanggang, meninggal terseret arus. Siswa SMP ini sebelumnya ikut membagikan makanan kepada korban banjir di desanya. Satu korban lagi (identitas belum diketahui) meninggal saat epilepsinya kambuh ketika banjir menerjang Desa Kedungrukem, Kecamatan Benjeng.
Belum surut
Sementara hingga Minggu siang, banjir di Gresik masih belum surut. Bahkan wilayahnya terus meluas akibat dua tanggul jebol pada Jumat (3/5/2019) malam. Tanggul yang jebol berada di Desa Cernen, Kecamatan Kedamean tepatnya di Dusun Gorekan Kidul dan Desa Jono, Kecamatan Cerme.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jatim Subhan Wahyudiono mengatakan, jebolnya dua tanggul itu membuat area terdampak banjir meluas. Banjir itu menggenangi lima kecamatan, yakni di Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Menganti, dan Kedamean.
Subhan mengatakan, banjir di aliran Kali Lamong sudah berlangsung sejak lima hari lalu, namun beberapa lokasi masih belum surut. Hal ini disebabkan Kali Lamong tidak mampu menampung air akibat hujan yang amat deras. Sedimentasi dan penyempitan terjadi di sungai dengan Panjang 131 kilometer yang membentang dari Bojonegoro, Lamongan, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, Gresik, hingga Surabaya.
Baca juga: Banjir Kali Lamong Rendam 27 Desa
Kewenangan Kali Lamong yang merupakan anak Sungai Bengawan Solo berada di pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Oleh sebab itu, pekan kedua Mei ini, pihaknya akan mengadakan pertemuan antara BPBD, Badan Koordinator Wilayah, dan BBWS untuk mengakselerasi normalisasi Kali Lamong.
”Tidak ada cara lain untuk mengatasi banjir di Kali Lamong kecuali normalisasi,” kata Subhan. Setiap tahun, banjir di sekitar aliran Kali Lamong disebabkan hal yang sama, yakni sungai tidak mampu menampung air saat hujan deras. Surutnya banjir juga cukup lama karena air sulit mengalir ke Laut Jawa di utara Jatim.
Tidak ada cara lain untuk mengatasi banjir di Kali Lamong, kecuali normalisasi.
Kewenangan Kali Lamong yang merupakan anak Sungai Bengawan Solo berada di pemerintah pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Oleh sebab itu, pekan kedua Mei ini, Pemprov Jatim akan mengadakan pertemuan antara BPBD, Badan Koordinator Wilayah, dan BBWS untuk mengakselerasi normalisasi Kali Lamong.
Sementara itu di Jombang, Wakil Bupati Jombang Sumrambah mengatakan, hingga hari ke-5, banjir belum surut di dua desa, yakni di Desa Sombok, Kecamatan Kesamben, serta Desa Ketapangkuning, Kecamatan Ngusikan. Ketinggiannya berkisar antara 20 sentimeter (cm) dan 1 meter. ”Kami membagikan makanan kepada warga yang mengungsi,” ujarnya.
Belum surutnya banjir di kedua lokasi itu disebabkan Sungai Marmoyo tidak mampu menampung air. Sedimentasi di sungai tersebut diperkirakan cukup dalam sehingga mengakibatkan air membanjir permukiman warga.
Sisi Surabaya beres
Tanggul yang jebol akibat ditanami warga dengan jagung. Kami memastikan hal itu tidak akan kembali bisa dilakukan karena membahayakan.
Wakil Bupati yang dilantik pada akhir 2018 itu mengatakan, normalisasi Sungai Marmoyo menjadi prioritas untuk tahun anggaran 2020. Normalisasi sungai menjadi satu kebijakan yang penting dalam mencegah banjir kembali terulang di Jombang. ”Normalisasi Sungai Marmoyo dan pembuatan saluran air menuju Sungai Brantas akan diprioritaskan untuk mencegah banjir,” ujarnya.
Sementara di Surabaya, tanggul jebol di Sumberrejo, Pakal, sudah diperbaiki. Air sungai tidak lagi meluber ke permukiman warga. Aktivitas warga pun kembali berangsur normal.
”Tanggul yang jebol akibat ditanami warga dengan jagung. Kami memastikan hal itu tidak akan kembali bisa dilakukan karena membahayakan,” ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Perbaikan tanggul jebol sepanjang 40 meter, kata Risma, sampai Minggu terus dikebut sejak Jumat dan Sabtu agar permukiman sekitar tanggul tak lagi tergenang air. ”Tanggul yang jebol sudah tertutup kembali, tapi warga setempat masih diberi makan tiga kali sehari, termasuk transportasi jika hendak keluar masuk kawasan itu,” katanya.
Kali Lamong dinormalisasi
Solusi paling ampuh untuk mengatasi banjir yang hamoir setiap tahun melnada Kabupaten Gresik, Jawa Timur dengan menormalisasi sungai sepanjang 10 kilometer. Hampir setiap kali banjir menerjang Gresik yang merupakan luapa dari Kali Lamong, penanggulangannya cenderung lamban.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi banjir yang sudah berlangsung sepekan, dan hingga Minggu (5/5/2019) ketinggian air masih sekitar 60 sentimeter. Khofifah didampingi Bupati Gresik Sambari Halim Radianto dan Wakil Bupati Gresik Mohammad Qosim mengunjungi Desa Pandu, Kecamatan Cerme dan Desa Cerme, Kedamean, Kabupaten Gresik.
Saat meninjau lokasi terdampak, Khofifah langsung menuju dapur umum yang dibangun Dinas Sosial Provinsi Jatim. Usai bertemu dan berdialog dengan ibu-ibu yang tergabung dalam tagana, rombongan melanjutkan penijauan ke lokasi banjir di desa setempat. Dengan menggunakan kapal karet, mereka melihat rumah warga yang masih terendam banjir setinggi 60-70 sentimeter.
Menurut Khofifah persoalan banjir yang menerjang sejumlah tempat di Gresik membutuhkan beberapa penanganan serius. Salah satunya, dengan melakukan normalisasi sungai yakni Kali Lamong sepanjang 10 kilometer dari Surabaya.
Langkah tersebut bisa dimulai dengan melakukan proses pengerukan yang harus dihitung secara tepat dan terukur. Karena, sedimentasi pada Kali Lamong terus meningkat, sehingga terjadi proses pendangkalan.
"Proses pengerukan terhadap sungai harus seiring dengan daya tampung Kali Lamong," katanya sembari menambahkan, hari ini saja daya tampung dari Kali Lamong mencapai 250 meter kubik per detik.
Ketika hujan mengguyur lagi dengan intensitas tinggi, maka daya tampung bisa mencapai 700 meter kubik per detik. Untuk itu ke depan angka aman yang harus dimiliki untuk daya tampung Kali Lamong mencapai 1.000 mtere kubik per detik.
Proses pengerukan terhadap sungai harus seiring dengan daya tampung Kali Lamong
Solusi lain yakni menyiapkan tanggul yang diberi pintu-pintu untuk bisa melakukan proses kanalisasi ketika ketinggian air mencapai ambang batas yang ditentukan.
Dalam waktu dekat kata Khofifah pihaknya akan melihat Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jatim. Alasaannya sungai-sungai di wilayah Gresik banyak menampung air banjir dari daerah Lamongan, Bojonegoro, Mojokerto, Jombang dan Surabaya. Untuk itu perlu segera dilakukan koneksitas antara kabupaten/kota yang dilalui Kali Lamong. Langkah tersebut dilakukan untuk mengatasi persoalan sungai di Madiun dan Ngawi.
"Koneksitas antarkabupaten/ kota harus dilakukan. Semua pihak harus duduk bersama seperti mencari solusi dalam persoalan sungai di Madiun dan Ngawi. Jadi selain pemerintah daerah masing-masing kabupaten/kota juga DAS Brantas, BPWS, Dirjen Sumber Daya Air, Bina Marga hingga Kementrian PUPR. Tujuan melakukan pemetaan yang lebih detail sehingga penanganan oleh pemerintah dapat secara strategis, permanen dan jangka panjang.