Energi Berlebih
Riuh Sunyi menjadi sintesis energi berlebih pasangan Fitria Anggraeni alias Fia dan Daniel Samarkand. Di balik kesibukan masing-masing, mereka saling melengkapi dan muncul sebagai duo yang dinamis.
Sore itu, Rabu (1/5/2019), Riuh Sunyi mampir ke redaksi harian Kompas untuk menyanyikan beberapa lagu. Mereka membawa serta sang anak, Michelle Amala Ilmi atau Ichelle (5,5). Mereka tak menggunakan jasa pengasuh bayi. Hal itu bagian dari komitmen mereka mengasuh dan membesarkan Ichelle secara mandiri sehingga dapat memantau perkembangannya secara detail. Sore itu, Ichelle mereka biarkan berlarian mengeksplorasi sekeliling.
Setiap kali manggung, Ichelle kerap dibawa serta. Biasanya di lokasi manggung ada kru yang tanpa dikomando menemani Ichelle. Kalau tempat manggung tidak memungkinkan ada anak kecil, biasanya Fia menitipkannya ke rumah orangtuanya di Bintaro. Sebelum membentuk duo, Ichelle bisa diasuh Daniel ketika Fia manggung. Ketika Daniel kerja, giliran Fia yang menemani Ichelle bermain.
Kekompakan dan pola pembagian kerja seperti itu terbawa dalam kerja-kerja kreatif Riuh Sunyi. Dalam penciptaan lagu, misalnya, Fia mengerjakan notasi dan melodi, sementara Daniel pada lirik, mixing, dan audio engineering. Sifatnya tidak kaku, tetapi sering kali begitu. Skema kerja yang demikian, ditambah upaya saling memahami, efektif menangkal konflik. Tak pernah ada konflik serius di antara mereka. Paling soal lirik yang kurang pas dan Daniel dengan senang hati mengubahnya.
Fia sengaja menghindari menggarap lirik agar tidak mirip dengan gaya lirik-lirik lagu yang dia tulis untuk album solonya. ”Di Riuh Sunyi, saya biasanya main gitar sambil bersenandung, jadi melodi. Tinggal saya sodorkan, silakan liriknya,” kata Fia menggambarkan cara dia berinteraksi dengan suaminya dalam menggarap lagu.
Daniel lalu merenung atau mencari momen tenang untuk mencari lirik yang cocok. Kebetulan dia menyukai buku-buku saintifik, lahirlah ”Tersembunyi Rahasia”, singel perdana Riuh Sunyi yang diluncurkan pertengahan tahun lalu. Lagu ini bercerita tentang para pemikir, arsitek, filsuf, dan orang-orang di balik layar. Suara Fia dalam lagu ini dibalut dentuman drum dan petikan gitar. Terdengar riuh sekaligus agak kelam.
Ini pengaruh sentuhan Daniel yang memang memiliki kencenderungan pada musik dark, gloomy, dan klasik. Adapun Fia cenderung folk. Lagu-lagu Riuh Sunyi dapat dimasukkan dalam kategori rock alternatif. Menikmati ”Tersembunyi Rahasia” atau ”Peluk” terasa kelam, tetapi pada titik lain muncul kesegaran, kehangatan, dan harapan.
Selain dua lagu tadi, Riuh Sunyi sudah mempunyai tiga lagu lagi, yakni ”Perangkai Rangka”, ”Jalan Sunyi”, dan ”Ahimsa”. Dua lagu terakhir sudah beberapa kali dimainkan di panggung, tetapi belum selesai direkam. Daniel memperkirakan, dalam sebulan atau dua bulan lagi Riuh Sunyi mampu mengeluarkan mini album.
Gara-gara ayah
Musik mengalir dalam darah Fia. Sejak kecil, dia kerap menikmati permainan gitar ayahnya. Saat berkendara, ayahnya selalu memutar lagu-lagu kesukaannya, terutama lagu-lagu Bee Gees. Paparan musik itu mengendap dalam alam sadar dan bawah sadar Fia.
Tatkala duduk di bangku sekolah dasar, Fia mulai rajin menulis lirik atau puisi tentang isi hatinya. Latihan main gitar ketika masuk SMP. Ayahnya melihat semangat anak gadisnya dan mendukungnya. Sang ayah, antara lain, membelikan gitar dan pernah mengirim lagu dari sebuah stasiun radio. ”Lagu Rick Price, salamnya biar semangat latihan gitarnya he-he-he,” kata Fia tentang tindakan sang ayah yang tampak sepele, tetapi sangat berarti baginya.
Menginjak dewasa, Fia mendapati Alanis Morissette nongol di televisi. Ia seperti menemukan suntikan energi menyaksikan perempuan bisa main gitar, menulis lagu, dan karyanya diterima publik. Ia semakin yakin menjalani hidup sebagai musisi setelah menyaksikan Dolores O’Riordan, vokalis The Cranberries. Selain Bee Gees, dua musisi perempuan itulah yang berpengaruh pada warna dan cara Fia bermusik.
Masuk SMA, dia membentuk band dan hampir merilis album, tetapi akhirnya bubar. Semua anggota band kini menjadi pegawai bank, dokter, dan pengusaha. Hanya Fia yang setia di musik. ”Sudah mendarah daging,” kata Fia.
Dia menemukan kebahagiaan bermusik dan kemudian dikenal sebagai solois yang telah menelurkan banyak lagu. Kadang juga menulis untuk penyanyi lain, seperti lagu ”Resah Tanpamu” yang dipopulerkan Titi Kamal. Di luar itu, Fia setidaknya telah melahirkan satu album solo, tiga singel, dan satu album lagi saat bersama grup Pop The Disco. Kini ia melengkapi langkah bermusiknya bersama suaminya, Daniel.
Sepeda motor ke buku
Daniel yang bernama asli Muhammad Masdar Ilmi hidup berpindah-pindah. Lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, sempat dua tahun hidup di Gresik, Jawa Timur, sebelum akhirnya balik ke Pekalongan. Masuk SMA dia hijrah ke Jakarta. Perpindahan itu meninggalkan jejak kematangan pada diri Daniel.
Ketika usia SMP di Pekalongan, Daniel gemar bermain sepeda motor, termasuk bongkar pasang mesin. Dia mahir membongkar blok mesin, ganti magnet, sampai karburator. Keterampilan yang terbilang langka untuk anak seusianya. Masa itu dia belum banyak bersentuhan dengan musik dan buku. Hanya beberapa novel pemberian kakaknya, Najib Azca, yang seorang wartawan di Jakarta.
Ketika SMA, Daniel pindah ke Jakarta dan kenal dengan banyak teman kakaknya, seperti AS Laksana dan Yusuf Arifin alias Dalipin. Mereka kerap berdiskusi sampai larut malam di rumah Najib. Daniel pun ikut menyimak sembari membuatkan kopi atau membelikan camilan. Diskusi-diskusi itu menumbuhkan minat baca Daniel.
Pada saat yang sama, Najib membeli gitar dan kerap memainkan lagu Sting di rumah. Ini titik awal Daniel mengenal musik lebih dekat. Dia belajar memainkannya. Daniel juga sempat setahun belajar pada Coki sebelum dia jadi gitaris NTRL. Ketika kuliah di Universitas Indonesia, Daniel ikut les gitar dan belajar musik di Farabi, lembaga pendidikan musik yang melahirkan banyak musisi papan atas, seperti Dewa Budjana dan Tohpati. Ia pun kemudian belajar piano klasik.
Berikutnya, Daniel bergabung dengan Padi sebagai kru panggung. Di sana dia bergaul intensif dengan vokalis Padi, Fadly. Mereka berdiskusi tentang lirik, aransemen, dan buku. ”Dari Fadly saya kenal banyak bacaan, seperti Jalaluddin Rumi dan Fateh Ali Khan. Juga mendiang Chris Cornell (vokalis Audioslave dan Soundgarden). Kenal Cornell seperti kena air bah dalam bermusik,” kata pria yang memilih menjadi vegetarian ini.
Belakangan Daniel tertarik mengutak-atik musik dan menobatkannya sebagai penata musik. Dia menduga, kegemarannya mengutak-atik mesin sepeda motor saat SMP itu masih membekas dan menjadi fondasi dalam utak-atik suara-suara dalam lagu. Tangan Daniel terbilang sakti. Dia bisa berhari-hari mengutak-atik satu lagu. Banyak lagu dia percantik. Salah satunya lagu ”Akad” milik Payung Teduh yang begitu terkenal itu.
Dalam keasyikan di dunia musik itu, Daniel bertemu Fia, yang tengah menggarap album solo pada label Warner. Pertemuan mereka berlanjut menikah pada 2012. Lewat Riuh Sunyi, bukan hanya dua hati yang menyatu, melainkan juga energi kreasi mereka.
Mereka klop banget dan mampu melihat berbagai hal pada pasangannya sebagai hal positif. Ketika didesak mengungkapkan kekurangan pasangannya, mereka justru kesulitan menemukannya. Kalaupun ada, berujung pada pemakluman bahwa kekurangan itu sebenarnya juga kelebihan.
”Mungkin dia perlu mendengarkan orang lain. Kalau orang sudah bilang, ’Bungkus, nih, lagunya,’ sudah enggak perlu memforsir diri untuk mengutak-atik lagi. Tetapi, dia memang telaten, sih,” kritik Fia yang juga sanjungan itu kepada Daniel.
Daniel hanya tersenyum mendengar itu. Energi berlebih mereka mampu mengubah sisi negatif jadi positif.
Fia
Nama Lengkap: Fitria Anggraeni
TTL: Jakarta, 12 Februari 1984
Pendidikan Terakhir: Fakultas Hukum Universitas Pancasila
Hobi: Musik, Film, Mode, Travelling, Fotografi
Daniel Samarkand
Nama Lengkap: Muhammad Masdar Ilmi
TTL: Pekalongan, 19 Februari 1979
Pendidikan Terakhir: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Hobi: Musik, Audio Engineering, Kopi, Buku, Ilmu Pengetahuan