Sebelum mengikuti lomba lari, termasuk Borobudur Marathon 2019, peserta diminta untuk mempersiapkan diri dengan matang. Salah satu hal terpenting ialah membangun fondasi kestabilan tubuh dengan strength training, guna mengurangi risiko cedera saat lari.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Sebelum mengikuti lomba lari, termasuk Borobudur Marathon 2019, peserta diminta untuk mempersiapkan diri dengan matang. Salah satu hal terpenting ialah membangun fondasi kestabilan tubuh dengan strength training untuk mengurangi risiko cedera saat lari.
Pelatih lari jarak menengah jauh pelatnas, Agung Mulyawan, mengatakan, cedera bisa terjadi apabila seseorang tak menjalani program latihan dengan tepat. Untuk mendapatkan daya tahan (endurance) pada lari jarak jauh misalnya, proses yang dibutuhkan oleh seseorang yakni minimal tiga bulan.
"Untuk standar pelari rekreasi, bukan atlet, diusahakan mampu mencapai enam lap trek lari atau 2,4 kilometer dalam 15 menit," kata Agung pada sesi berbagi pengetahuan dalam "The Tour-Borobudur Marathon 2019" di Verve Bistro & Coffee Bar, Kota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (4/5/2019).
Apabila belum mampu memenuhi standar itu, lanjut Agung, fondasi kestabilan tubuh harus dibangun dengan menjalani strength training. Bukan dengan mengangkat barbel, tetapi misalnya dengan squat dan push up. Selain untuk meningkatkan core tubuh (otot inti), juga membuat tubuh stabil.
Agung menambahkan, lima hal penting yang perlu diperhatikan yakni balance (keseimbangan), endurance (daya tahan), strength (kekuatan), speed (kecepatan), dan fleksibilitas. "Tahapan-tahapan program latihan seperti itu harus dilewati dulu sebelum lari," ujarnya.
Selain Agung, diskusi itu menampilkan pegiat lari Riefa Istamar dan pengarah lomba Borobudur Marathon 2019 Andreas Kansil, dipandu pegiat lari yang juga wartawan Kompas, Agus Hermawan. Sesi berbagi itu membahas langkah-langkah untuk mencegah cedera saat berolahraga lari.
Sebelum sesi berbagi itu, dilakukan acara lari bareng yang diikuti 130 anggota komunitas lari di Semarang dan sekitarnya, antara lain Fake Runners Region Semarang, Semarang Runners, Kendal Runners, dan Kudus Runners. Rangkaian kegiatan untuk menyambut pelaksanaan Borobudur Marathon 2019 itu juga dilakukan di Surabaya, Malang, Yogyakarta, dan Jakarta.
Andreas menuturkan, peserta harus mengenali kemampuan tubuh sendiri sebelum mengikuti lomba. "Bukan hanya karena cedera, tetapi saat sudah merasa kondisi tidak enak, jangan dipaksakan. Jangan sampai hanya karena satu perlombaan, harus beristirahat berbulan-bulan," katanya.
Borobudur Marathon 2019, yang terselenggara berkat kerja sama harian Kompas, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Bank Jateng, akan digelar pada 17 November 2019. "Pre event yang bertujuan mengedukasi ini digelar sejak jauh hari agar peserta dapat mempersiapkan diri dengan baik," kata Catharina Rini dari tim event harian Kompas.
Sistem ”ballot”
Pada rangkaian "The Tour-Borobudur Marathon 2019" di Semarang, disampaikan juga terkait sistem ballot atau pemilihan peserta secara acak, yang baru diberlakukan pada Borobudur Marathon tahun ini. Dengan sistem itu, semua pelari yang mendaftar memiliki kesempatan lebih besar untuk ikut.
Peserta dapat mendaftar di Borobudur Marathon 2019 secara daring pada 1-30 Mei 2019. Data calon peserta akan diverifikasi, dilanjutkan dengan pengundian peserta secara acak. Peserta yang terpilih akan dihubungi melalui surat elektronik dan diminta melakukan pembayaran pada 19-25 Juni.
Riefa menuturkan, pada masa pendaftaran tersebut, peserta dipersilakan memilih satu kategori yang sesuai dengan kemampuan. ”Peserta agar memilih kategori dengan bijak dan tak perlu buru-buru. Pilih satu kategori agar dapat fokus menyiapkan latihan,” katanya.