Gunadi (37) memukuli, menganiaya empat anggota keluarganya sekaligus di rumah mertuanya di Desa Panggel Dlangu, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (5/5/2019) dinihari. Akibat kejadian tersebut, istri dan ibu mertuanya, Siti Sarah Apriani (32) dan Endang Sulisyowati (58) tewas.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
PURWOREJO, KOMPAS — Gunadi (37) memukuli dan menganiaya empat anggota keluarganya sekaligus di rumah mertuanya di Desa Panggel Dlangu, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Minggu (5/5/2019) dini hari. Akibat kejadian tersebut, istri dan ibu mertuanya, Siti Sarah Apriani (32) dan Endang Sulisyowati (58), tewas.
Adapun, ayah mertuanya, Muh Yahyono (69) serta anak pelaku, Kamila Azka Nisa (10), menderita luka-luka dan hingga saat ini masih dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Tjitrowardojo, Purworejo.
Setelah melakukan aksinya, Gunadi juga sempat berencana bunuh diri dengan menenggak beberapa gelas cairan obat bius chloroform. Namun, aksi ini gagal dan pelaku bisa diselamatkan.
”Pelaku Gunadi memukuli dan menganiaya empat anggota keluarganya sekaligus di rumah mertuanya. Akibatnya, istri dan ibu mertuanya tewas,” ujar Kepala Kepolisian Resor (Polres) Purworejo Ajun Komisaris Besar Indra Kurniawan Mangunsong, Minggu (5/5/2019).
Siti ditemukan tewas di lokasi kejadian, sedangkan Endang meninggal setelah sempat dirawat di rumah sakit, Minggu pagi pukul 08.15.
Pelaku Gunadi memukuli dan menganiaya empat anggota keluarganya sekaligus di rumah mertuanya. Akibatnya, istri dan ibu mertuanya tewas.
Atas perbuatannya, pelaku dijerat dengan Pasal 340 dan Pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman hukuman mati atau seumur hidup.
Indra mengatakan, saat ini pihaknya masih terus memperdalam penyelidikan untuk mengetahui motif perbuatan pelaku. Namun, saat dimintai keterangan, pelaku juga sempat mengaku bahwa dirinya marah karena istrinya ingin meminta cerai.
Gunadi dan istrinya sebenarnya bekerja dan bertempat tinggal di Jakarta. Gunadi adalah salah satu staf di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sedangkan Siti bekerja di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Sejak lama mereka tinggal berdua di Jakarta dan dua anaknya dititipkan kepada orangtua Siti di Desa Panggel Dlangu. Namun, karena sudah tidak akur, pasangan yang merupakan warga Desa Panggel Dlangu ini, kemarin, diketahui pulang kampung tidak berbarengan dan langsung menginap di rumah orangtuanya masing-masing.
Aksi penganiayaan tersebut terjadi pada Minggu dini hari sekitar pukul 01.00. Ketika itu, Gunadi mendatangi rumah mertuanya dengan membawa tas berisi tiga parang dan pisau. Saat masuk ke rumah, Gunadi langsung menjumpai istri dan anaknya yang tidur di ruang keluarga di depan televisi.
Pasangan ini sempat bertengkar sebelum pelaku menganiaya istrinya tidak menggunakan senjata tajam yang dibawanya. Pelaku justru mengambil dan memukuli korban dengan satu batang kayu yang ditemukannya di rumah mertuanya itu. Mendengar suara gaduh, Kamila yang langsung terbangun justru menjadi sasaran pemukulan pelaku selanjutnya.
Mendengar keributan dari ruang keluarga, mertuanya, pasangan Endang dan Yahyono, pun terbangun dan mencoba menghentikan aksi pelaku. Namun, pasangan suami istri ini akhirnya juga turut menjadi korban.
Pelaku bunuh diri
Keributan ini pun terdengar oleh tetangga sekitar. Sejumlah warga pun langsung beramai-ramai mendatangi rumah Yahyono. Melihat itu, Gunadi pun ketakutan. Dia pun langsung bersembunyi di salah satu celah ruangan di dapur dan melakukan aksi bunuh diri dengan menenggak chloroform yang sudah dipersiapkan dan dibawanya dalam botol.
Kejadian ini pun langsung dilaporkan warga ke polisi. Setelah polisi dan warga berhasil mendobrak masuk, dua korban, Siti dan Endang, ditemukan sudah bersimbah darah. Sementara Yahyono serta Kamila dalam kondisi penuh luka di tubuh mereka. Adapun pelaku ditemukan teler di dapur.
Satu anak pelaku, yaitu Hafi Muazam Hanif (8), selamat karena saat kejadian dirinya tidak terbangun dan tertidur pulas di kamar neneknya.
Edi (50), salah seorang tetangga Yahyono, mengatakan, selama beberapa bulan terakhir, dia dan banyak warga di Desa Panggel Dlangu mengetahui bahwa Siti dan Gunadi sudah tidak akur.
”Beberapa bulan terakhir, Siti sering bercerita bahwa suaminya sering mengancam akan membunuh dirinya,” ujarnya.
Ancaman pembunuhan itu sering diceritakan Siti kepada pengasuh anaknya dan kemudian cerita itu menyebar ke banyak warga yang lain. Namun, dia pun mengaku tidak tahu secara detail tentang masalah yang dihadapi pasangan suami istri tersebut.
Beberapa bulan terakhir, Siti sering bercerita bahwa suaminya sering mengancam akan membunuh dirinya.
Bayu Nugroho, Kepala Bidang Pengolahan Barang Milik Negara Kementerian ESDM, yang merupakan atasan langsung Siti, mengatakan, selama ini Siti selalu bekerja dengan baik dan tidak pernah bercerita banyak soal masalah keluarganya.
”Kami hanya mengetahui bahwa dia (Siti) akan bercerai dari suaminya. Namun, menyangkut detail masalah yang dihadapi, kami tidak tahu,” ujarnya.