Tertimbun Tanah Longsor, Empat Pendulang Emas Tewas
Kejadian tanah longsor di area pendulangan atau pertambangan rakyat kembali terulang di Kalimantan Selatan. Kali ini terjadi di lokasi pendulangan emas Gunung Puncak, Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru. Kejadian pada Sabtu (4/5/2019) siang itu mengakibatkan empat pendulang emas tewas tertimbun.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
KOTABARU, KOMPAS – Kejadian tanah longsor di area pendulangan atau pertambangan rakyat kembali terulang di Kalimantan Selatan. Kali ini terjadi di lokasi pendulangan emas Gunung Puncak, Sungai Durian, Kabupaten Kotabaru. Kejadian pada Sabtu (4/5/2019) siang itu mengakibatkan empat pendulang emas tewas tertimbun.
Empat pendulang emas yang menjadi korban dalam musibah itu adalah Syahruni alias Unyut (25), Misdi (35), Ali (30), dan Tatung (40). Mereka semua adalah warga Desa Linuh, Kecamatan Bungur, Kabupaten Tapin.
”Semua korban telah ditemukan dan berhasil dievakuasi dari lokasi kejadian dalam kondisi meninggal dunia,” kata Kepala Kepolisian Resor Kotabaru Ajun Komisaris Besar Suhasto ketika dihubungi dari Banjarmasin, Minggu (5/5/2019) sore.
Kegiatan pencarian dan evakuasi terhadap para korban dilakukan oleh tim gabungan dari Polri, TNI, Taruna Siaga Bencana (Tagana), aparat Kecamatan Sungai Durian, serta warga setempat dari Sabtu hingga Minggu.
”Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang, kami mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati menghadapi cuaca ekstrem. Sebab sebelum kejadian, lokasi pendulangan diguyur hujan selama dua hari berturut-turut. Kami juga sudah memetakan wilayah rawan bencana sehingga sedini mungkin mengingatkan warga supaya tidak ada lagi korban jiwa,” tuturnya.
Hanya jalan kaki
Menurut Suhasto, lokasi kejadian berjarak lebih kurang 15 kilometer (km) dari Sungai Durian. Akses ke Gunung Puncak hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dan memakan waktu 4-5 jam. Adapun, Sungai Durian berjarak sekitar 260 km dari Banjarmasin.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang, kami mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati menghadapi cuaca ekstrem. Sebab sebelum kejadian, lokasi pendulangan diguyur hujan selama dua hari berturut-turut. Kami juga sudah memetakan wilayah rawan bencana sehingga sedini mungkin mengingatkan warga supaya tidak ada lagi korban jiwa
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel Wahyuddin mengatakan, longsor di lokasi pendulangan emas Gunung Puncak, Desa Buluh Kuning, Kecamatan Sungai Durian, Kotabaru terjadi pada Sabtu sekitar pukul 13.30 Wita.
Kejadian bermula ketika lima orang pendulang hendak memulai aktivitas mendulang selepas istirahat siang. Namun, sebelum sampai ke lokasi pendulangan, korban bernama Syahruni terperangkap longsoran kecil tanah dari tebing. ”Empat rekannya langsung berupaya menolong korban,” ujarnya.
Ketika sedang berupaya menyelamatkan Syahruni, kembali terjadi longsoran tanah kedua yang lebih besar dari tebing dengan ketinggian sekitar 50 meter. Longsor itu mengakibatkan Misdi, Ali, dan Tatung ikut terperangkap dalam tanah, sedangkan Sugeng (35) berhasil menyelamatkan diri dari musibah itu.
Sebelumnya, kejadian longsor serupa terjadi di lokasi pendulangan intan Pumpung, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, lebih kurang 45 km dari Banjarmasin. Kejadian di Banjarbaru pada 8 April 2019 lalu mengakibatkan lima pendulang intan tertimbun dan tewas.
Ditertibkan
Suhasto mengatakan, pertambangan emas tanpa izin di Sungai Durian sudah sering ditertibkan oleh aparat kepolisian. ”Namun, setiap penggelaran operasi kepolisian, mereka kucing-kucingan dan pasti kabur,” katanya.
Selain itu, upaya penertiban juga terkendala jarak yang jauh dan medan yang sulit. Kondisi itu membuat aparat kesulitan mengontrol langsung ke lokasi. ”Mudah-mudahan pascakejadian ini masyarakat sadar untuk tidak mendulang lagi,” ucapnya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Kisworo Dwi Cahyono menyesalkan kejadian longsor di lokasi pertambangan rakyat terulang lagi dan memakan korban jiwa. Pemprov Kalsel tidak boleh membiarkan kejadian semacam itu terus terulang.
Mudah-mudahan pascakejadian ini masyarakat sadar untuk tidak mendulang lagi
”Desakan kami masih tetap sama, gubernur harus segera turun tangan memastikan keselamatan rakyat dan lingkungan di sana. Segera bentuk satuan tugas khusus untuk penataan tambang serta buat kajian secara komprehensif," kata Kisworo sembari menambahkan, pemerintah juga perlu menyiapkan mata pencaharian alternatif sesuai potensi lokal, ramah lingkungan, dan berkeadilan lintas generasi.