Polri menjamin pelaksanaan agenda besar dalam satu bulan terakhir, mulai dari bulan Ramadhan, perayaan Idul Fitri, hingga pengumuman hasil Pemilu 2019, dapat berjalan dengan aman dan lancar.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Negara Republik Indonesia menjamin pelaksanaan agenda besar dalam satu bulan terakhir, mulai dari bulan Ramadhan, perayaan Idul Fitri, hingga pengumuman hasil Pemilu 2019, dapat berjalan dengan aman dan lancar. Untuk itu, Polri berupaya mengantisipasi sejumlah gangguan keamanan prioritas, terutama aksi kelompok teroris.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan, pada Sabtu (4/5/2019), tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap tiga orang di tiga lokasi berbeda. Pertama ialah SL (34), yang termasuk dalam daftar pencarian orang karena terlibat dalam jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah Lampung. SL ditangkap di wilayah Jalan Pondok Ungu Permai, Babelan, Bekasi, Jawa Barat.
Kedua, AN (20), ditangkap di wilayah Jalan Keramat Kedongdong, Tambun Selatan, Bekasi, Jabar. Ketiga, MC (28), diamankan di Jalan Waringin, Tegal Timur, Jawa Tengah. Keduanya ditangkap karena terlibat menyembunyikan SL.
Setelah penangkapan tiga terduga teroris itu, tim Densus 88 Antiteror, Minggu (5/5/2019), menangkap kembali dua terduga teroris. Mereka ialah IF alias SA (19) dan TA (34) di wilayah Kota Bekasi, Jawa Barat. Keduanya terlibat pula dalam menyembunyikan SL serta telah membuat bahan peledak jenis TATP (triaseton triperoksida).
Selain itu, TA juga telah membuat kartu tanda penduduk palsu untuk SL. Namun, dalam operasi penangkapan, TA melakukan perlawanan dengan melempar bom ke arah personel kepolisian. Alhasil, ia tewas dalam operasi penangkapan itu karena terkena ledakan dari bom rakitannya.
”Mereka adalah bagian jaringan JAD yang telah merencanakan amaliah dengan sasaran anggota Polri yang sedang bertugas,” kata Dedi, Minggu.
Polisi jadi target
Dedi menambahkan, penyerangan terhadap anggota kepolisian ditargetkan, salah satunya, kepada pasukan pengamanan Pemilu 2019. Atas dasar itu, Dedi memastikan, tim Densus 88 Antiteror masih akan mengembangkan penangkapan lima terduga teroris itu. Upaya penegakan hukum itu dilakukan untuk mencegah secara dini potensi gangguan teror yang dapat mengganggu kondisi keamanan dan ketertiban, terutama pada pengumuman hasil Pemilu 2019, 22 Mei.
Tempat keramaian harus jadi fokus pengamanan. Apalagi ada agenda terkait pemilu yang ada peluang dimanfaatkan kelompok teroris.
Meskipun kelompok teroris menargetkan personel kepolisian sebagai sasaran utama, pengamat terorisme Al Chaidar menekankan, agar tim Densus 88 Antiteror tidak mengurangi kewaspadaan terhadap sejumlah potensi sasaran lain.
Merujuk sejumlah aksi teror yang terjadi di luar negeri, di antaranya, Sri Lanka dan Filipina, Chaidar menuturkan, sasaran aksi teror ialah tempat keramaian yang terdapat banyak anggota kepolisian dan tempat yang banyak melibatkan warga negara asing.
”Intinya, tempat keramaian harus jadi fokus pengamanan. Apalagi ada agenda terkait pemilu yang ada peluang dimanfaatkan kelompok teroris,” tutur Chaidar.
Selain momen Pemilu 2019, bulan Ramadhan juga menjadi waktu yang telah direncanakan kelompok teroris berafiliasi kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) untuk melaksanakan aksi teror.
Menurut Chaidar, kelompok JAD Lampung memiliki modal sumber daya manusia dan logistik yang mumpuni untuk melakukan aksi teror. Mereka telah melakukan pengaderan secara struktural yang melibatkan sejumlah orang di luar Lampung. Selain itu, sejumlah simpatisan jaringan teroris itu juga telah mengumpulkan uang untuk perencanaan aksi teror.