Bagaimana Merencanakan Keuangan pada Bulan Ramadhan?
Selama satu bulan ke depan, warga Muslim menjalani puasa Ramadhan. Tidak hanya harus menahan nafsu dan dahaga, warga juga harus mengantisipasi perencanaan keuangannya. Itu karena pada umumnya pengeluaran cenderung akan meningkat. Lantas, seperti apa perencanaan keuangan yang tepat selama bulan Ramadhan?
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
Selama satu bulan ke depan, warga Muslim menjalani puasa Ramadhan. Tidak hanya harus menahan nafsu dan dahaga, warga juga harus mengantisipasi perencanaan keuangannya. Itu karena pada umumnya pengeluaran cenderung akan meningkat. Lantas, seperti apa perencanaan keuangan yang tepat selama bulan Ramadhan?
Chairman OneShildt Financial Planning Risza Bambang mengatakan, pada umumnya pengeluaran pada bulan Ramadhan akan lebih besar dibandingkan dengan bulan lainnya. Itu karena terjadi peningkatan kebutuhan dan keinginan warga untuk berbelanja lebih banyak pada bulan ini.
Untuk kebutuhan, lanjut Risza, pada bulan ini biasanya warga memberikan zakat kepada fakir miskin serta memberikan amplop berisi uang kepada sanak saudara. Tidak hanya itu, merayakan Lebaran atau tidak, setiap akhir bulan Ramadhan ada tradisi untuk mudik ke kampung halaman yang tentu membutuhkan ongkos.
Sementara peningkatan keinginan berbelanja pada bulan ini antara lain karena ada kecenderungan warga untuk menambah porsi makan untuk sahur dan buka puasa. Belum lagi keinginan membeli barang baru untuk Lebaran, seperti baju baru ataupun sepatu baru.
Risza mengatakan, fenomena itu sebetulnya sudah diantisipasi pemerintah dengan mengeluarkan peraturan soal pemberian tunjangan hari raya (THR).
”Namanya saja tunjangan hari raya. Uang itu sebetulnya untuk menunjang warga dalam merayakan hari raya. Jadi, sejak dulu pemerintah sudah sadar bahwa pengeluaran orang pada bulan puasa itu bisa berlipat,” ujar Risza yang dihubungi pada Senin (6/5/2019).
Meski sudah ada THR, masih banyak juga warga yang pada bulan ini justru mengalami defisit keuangannya.
Chief Executive Officer Money and Love Financial Planning Freddy Pieloor mengatakan, pada bulan puasa seharusnya orang bisa lebih berhemat sebab mereka tidak mengeluarkan uang untuk makan siang.
”Ada 30 hari yang dilewatkan tanpa makan siang, padahal pada bulan biasanya ada pengeluaran untuk makan siang. Seharusnya, kan, bisa lebih hemat,” ujar Freddy.
Penganggaran
Agar keuangan tidak defisit, baik Risza maupun Freddy menekankan pentingnya penganggaran alokasi belanja saat bulan Ramadhan.
Risza mengusulkan untuk menuliskan daftar hal-hal yang akan dibelanjakan saat bulan puasa. Mulai dari kebutuhan zakat, menu makan, kebutuhan barang baru, ongkos mudik, sampai mengajak buka bersama.
”Buat daftar kebutuhan dan keinginan kita apa saja. Lalu, urutkan berdasarkan prioritas. Dari daftar itu akan terlihat pos belanja mana saja yang perlu dibelanjakan dan apa saja yang bisa ditunda dan bahkan tidak perlu dibelanjakan,” ujar Risza.
Tidak hanya membuat daftar, Risza juga meminta agar daftar itu dijumlahkan nilai pengeluarannya. Setelah dijumlahkan, akan tampak total kebutuhan belanja pada bulan ini.
Risza menekankan, total belanja pada bulan puasa itu tidak boleh lebih besar, atau setidaknya sama besarnya dengan jumlah total penjumlahan gaji bulanan ditambah dengan THR.
”Jadi, misalkan gaji bulanan Rp 10 juta, lalu ditambah THR Rp 10 juta juga, total uang yang diperoleh Rp 20 juta. Maka, total belanja pada bulan ini tidak boleh lebih besar atau paling tidak sama dengan Rp 20 juta itu,” ujar Risza.
Total belanja di bulan puasa itu tidak boleh lebih besar atau setidaknya sama besarnya dengan jumlah total penjumlahan gaji bulanan ditambah dengan THR.
Meski sama-sama menekankan pentingnya penganggaran dan alokasi belanja, Freddy punya pendapat berbeda. Ia mengatakan, pada bulan Ramadhan, alokasi belanja seharusnya tetap sama seperti halnya pada bulan-bulan biasa. Adapun untuk kebutuhan tambahan bisa menggunakan dana THR.
”Alokasi THR bisa 50 persen untuk kebutuhan, seperti zakat, ongkos mudik, dan lain-lain. Sementara 50 persen lainnya untuk konsumsi pribadi dan rumah tangga. Jadi, kebutuhan bulanan tidak berubah, sama saja seperti bulan-bulan lainnya,” ujar Freddy.
Mengingat waktu pencairan THR setiap perusahaan berbeda-beda, Risza mengatakan, warga bisa saja terlebih dulu menggunakan tabungan atau dana daruratnya untuk kebutuhan bulan puasa. Meski demikian, Risza mengingatkan agar setiap pengeluaran yang menggunakan tabungan atau dana darurat itu harus dicatat besarannya.
”Nanti, setelah THR-nya cair, sebagian uang itu harus dikembalikan ke uang tabungan atau dana darurat itu. Agar jumlah tabungan dan dana darurat itu tidak berubah. Ini penting agar tidak mengganggu keuangan ke depan,” ujar Risza.
Risza mengatakan, apabila warga sudah berhasil menjalankan belanja sesuai anggaran tadi, setelah Lebaran usai, warga bisa mencatat dan mengevaluasi lagi apa saja yang sudah mereka belanjakan. Dari catatan itu akan terlihat total pengeluaran nyata pada bulan Ramadan.
”Catatan itu bisa memberikan gambaran besaran belanja bulan Ramadhan pada tahun berikutnya. Nah, perencanaan untuk tahun depan bisa langsung dimulai dari seusai Lebaran tahun ini,” ujar Risza.
Sikap pribadi
Selain merencanakan penganggaran, baik Freddy maupun Risza mengatakan, sikap pribadi juga berpengaruh pada kesuksesan pengelolaan keuangan pada bulan Ramadhan. Disiplin dan jujur dengan kemampuan finansial serta kebutuhan pribadi menjadi kunci penting pengelolaan anggaran.
”Percuma saja sudah membuat anggaran, tetapi tidak diaplikasikan karena tidak disiplin dan tidak bisa menahan diri untuk tidak belanja di luar anggaran,” ujar Freddy.
Freddy juga menekankan untuk tidak berutang demi memenuhi tuntutan atau keinginan yang tidak perlu.
”Selain berhemat, hal seperti itu kan tidak sesuai dengan semangat bulan puasa, yaitu menahan hawa nafsu. Hidup seperti biasa sajalah. Itulah ibadah yang sebenarnya, bukan?” ujar Freddy.