Sedikitnya 1.000 warga Desa Tambakberas, Kecamatan Cerne, Kabupaten Gresik, Jawa Timur hingga Senin (6/5/2019), masih mengungsi akibat banjir luapan Kali Lamong. Banjir telah melumpuhkan ekonomi warga.
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·4 menit baca
GRESIK, KOMPAS - Sedikitnya 1.000 warga Desa Tambakberas, Kecamatan Cerne, Kabupaten Gresik, Jawa Timur hingga Senin (6/5/2019), masih mengungsi akibat banjir luapan Kali Lamong. Banjir telah melumpuhkan ekonomi warga.
Berdasarkan pantauan, Senin (6/5) rumah warga masih terendam luapan Kali Lamong dengan ketinggian berkisar 40-80 sentimeter (cm). Akses jalan desa juga terendam setinggi 60-100 cm. Sepeda motor warga dikumpulkan di depan Madrasah Ibtidaiyah Matholiul Anwar dan halaman balai desa Tambakberas.
Kepala Desa Tambakberas, Wahyudi menuturkan, dari 600-an keluarga atau 2.100-an jiwa penduduk, hampir separuh di antaranya mengungsi. Meskipun genangan berangsur surut, tetapi masih membahayakan. Untuk itu, aliran listrik masih dipadamkan.
"Dapur umum dan personel Badan Penanggulangan Bencana telah ditarik semua. Kalaupun bisa memasak nasi, warga masih kesulitan cari lauknya," kata Wahyudi.
Menurut Wahyudi, banjir telah melumpuhkan ekonomi warga. Sekitar 550 hektar tambak terendam. Ikan bandeng dan udang vaname hanyut. Kerugian kasar ditaksir mencapai Rp 2,2 miliar dengan asumsi potensi ekonomi Rp 40 juta per hektar.
Kerugian itu belum ditambah lumpuhnya jalur transportasi dan pengirimam barang. Hingga saat ini, Wahyudi telah menerbitkan 50-an surat dispensasi kerja bagi karyawan perusahaan atau buruh pabrik.
"Mereka minta dispensasi terlambat atau tidak masuk karena alasan darurat kondisi banjir. Khawatirnya dikira membolos dan ada yang takut terkena Pemutusan Hubungan Kerja," jelas Wahyudi.
Memasuki bulan puasa, warga semakin kesulitan terutama untuk mencari makanan saat berbuka dan sahur. Belum semua warga bisa memasak sendiri karena rumahnya masih tergenang.
Akbar Ghozali, perangkat desa Tambakberas menambahkan, pihak pemerintah desa hanya bisa menyiapkan mi instan atau memasakkan nasi. Sementara untuk lauk pauk masih sulit dicari.
Pihak pemerintah desa hanya bisa menyiapkan mi instan atau memasakkan nasi. Sementara untuk lauk pauk masih sulit dicari.
"Ini bantuan berupa sembako, air mineral dari relawan ada yang datang bergiliran. Yang penting saat ini makanan siap saji untuk santap sahur dan berbuka," ujarnya.
Warga juga sulit menunaikan shalat tarawih karena tempat ibadah terendam. Di Desa Jono, balai Dusun Tugu disulap jadi mushala dadakan untuk ibadah shalat tarawih sambil menunggu air surut.
Genangan banjir di Desa Jono berkisar 30-60 cm. Sekolah Dasar Negeri Jono, Pandu dan Tambakberas juga diliburkan karena masih terendam.
Hingga saat ini, tanggul di Desa Jono yang jebol pun belum teratasi. Sudharweni, warga setempat, menyebutkan, tanggul Kali Lamong di desanya jebol di tiga titik, masing-masing sepanjang sekitar 15 meter, 10 meter, dan 7 meter.
Warga sempat memasang tumpukan karung plastik berisi tanah untuk memperkuat tanggul, tetapi kalah dengan arus banjir. Bahkan, sebagian karung ikut hanyut. Gerusan arus air juga merusak jalan paving blok. "Ini surutnya lama, airnya tidak bisa keluar," kata Imam Wahyudi, warga lain.
Sementara itu, Jalan Raya Boboh Menganti-Surabaya hari ini sudah bisa dilewati semua kendaraan dan tidak ada genangan. Jalur Morowudi, Kecamatan Cerme ke Benjeng masih terdapat genangan berkisar 15-40 cm sepanjang 700-an meter. Akan tetapi, jalur tersebut masih bisa dilewati motor dan mobil. Adapun Jalan Raya Tambakberas masih tergenang 10-30 cm sepanjang 300-an meter.
Senin ini, arus lalu lintas sudah dibuka untuk mobil. Tetapi untuk truk besar belum dibuka. Truk dari terminal Bunder ke Cerme masih diarahkan lewat tol atau Kecamatan Duduksampeyan.
Seiring genangan yang mulai surut, dampak banjir meninggalkan lubang-lubang di jalan. Lubang sedalam 10 cm hinggga 30 cm tersebar di sejumlah titik, terutama yang sempat terendam seperti ruas Jalan Raya Morowudi, Tambakberas, dan Boboh.
Sejak Kamis (2/5), banjir Kali Lamong telah menyebabkan lima orang meninggal. Korban terakhir yakni, Bagus Akbar Pratama (16) dan Muhammad Nuruddin (21).
Kedua korban, warga Kramat Inggil, Kecamatan Gresik Kota ditemukan di area tambak Minggu (5/5) setelah terseret arus saat menangkap ikan yang lepas dari tambak di Jalan Raya Tambakberas. Keduanya ditemukan tim relawan.
Banjir Kali Lamong telah menyebabkan lima orang meninggal.
Sebelumnya, Yudha Bhima Putra (14), juga ditemukan meninggal di sawah. Warga Pucung, Kecamatan Balongpanggang itu tewas usai membagikan nasi bungkus untuk korban banjir pada Kamis (2/5). Syaiful (35), warga Kedungpring, Kecamatan Balongpangang juga meninggal di hari yang sama saat banjir. Di Kedungrukem, Kecamatan Benjeng, seorang meninggal karena epilepsinya kambuh.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik Tarso Sugito menyebut, secara umum, genangan banjir Kali Lamong sudah surut. Kondisi terparah tinggal di Desa Jono, Tambakberas, dan Dungus. Sampai saat ini banjir merendam 1.028 rumah, 1.361 hektar sawah dan tambak, 1.350 meter jalan poros desa, serta 800-an meter jalan lingkungan.