Banjir Surut, Akses di Stadion Gelora Bung Tomo Kembali Normal
Aktivitas warga Pakal, Surabaya, Jawa Timur, kembali berangsur normal usai banjir yang melanda kawasan tersebut surut. Warga sudah kembali ke rumah masing-masing dan akses jalan di kawasan tersebut, termasuk menuju Stadion Gelora Bung Tomo, kembali lancar.
Oleh
IQBAL BASYARI/ AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Aktivitas warga Pakal, Surabaya, Jawa Timur, kembali berangsur normal usai banjir yang melanda kawasan tersebut surut. Warga sudah kembali ke rumah masing-masing dan akses jalan di kawasan tersebut, termasuk menuju Stadion Gelora Bung Tomo, kembali lancar.
“Sejak tadi pagi (Senin), genangan sudah tidak ada. Aktivitas warga sudah normal, begitu pula jalur transportasi yang sempat terganggu sudah normal,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Senin (6/5/2019).
Sebelumnya pada Jumat (3/5/2019) banjir melanda Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal. Banjir yang disebabkan jebolnya tanggul penahan Kali Lamong itu setidaknya mengganggu aktivitas 2.000 warga yang tinggal di daerah tersebut.
Selain menggenangi rumah warga, banjir juga mengakibatkan akses jalan terganggu. Warga yang melintas di kawasan banjir harus berhati-hati karena ketinggian air berkisar 20 sentimeter. Akses warga ke wilayah tersebut, termasuk ke Stadion Gelora Bung Tomo terkendala. Petugas dari Satpol PP Kota Surabaya membantu menyediakan truk untuk transportasi warga.
Risma mengatakan, tanggul jebol sepanjang 40 meter sudah diperbaiki sehingga luapain air dari Kali Lamong tidak lagi menggenagi permukiman warga. Tanggul itu selesai diperbaiki sekitar 13 jam usai jebol pada pukul 03.00. “Tanggulnya sudah diperkuat dan ditinggikan karena semakin lama tinggi muka air Kali Lamong terus naik.” ujarnya.
Pengerukan sungai
Selain memperbaiki tanggul yang jebol, lanjut Risma, Pemkot Surabaya juga terus mengeruk sungai-sungai agar tidak terjadi pendangkalan. Terlebih di musim penghujan, pengerukan semakin intensif dilakukan agar sungai mampu menampung dan mengalirkan air hujan sehingga tidak meluap ke permukiman warga.
“Pengerukan sungai dilakukan sepanjang tahun, namun lebih intensif sejak 2011 karena kami memiliki peralatan sendiri yang cukup memadai,” kata Risma.
Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Pematusan Kota Surabaya setidaknya memiliki 63 unit alat berat dan 94 unit dump truk. Alat berat itu digunakan untuk memperbaiki saluran air serta mengeruk sungai-sungai di Surabaya. Dengan kepemilikan aset tersebut, kata Risma, Pemkot Surabaya bisa menghemat anggaran pemeliharaan sungai sekaligus melakukan pengerukan hingga Rp 14 miliar per tahun.
Tanah hasil pengerukan sungai dimanfaatkan untuk membangun fasilitas umum, seperti untuk pengurukan tanggul, pembuatan taman, pengurukan bangunan, serta pembuatan zona penyangga di berbagai ruang publik di Surabaya.
Pengerukan sungai dilakukan sepanjang tahun, namun lebih intensif sejak 2011 karena kami memiliki peralatan sendiri yang cukup memadai
“Tanah hasil pengerukan sungai terus menurun karena sedimentasi berkurang. Jika pada 2011 rata-rata tanah pengerukan mencapai 10.000 meter kubik per bulan, pada 2018 turun menjadi 10.000 meter kubik per bulan,” tutur Risma.
Langkah pencegahan melalui pengerukan sungai dan pemasangan saluran air (bok culvert) juga dilakukan sejalan dengan penambahan waduk buatan atau bozem. Tahun ini, ada tujuh bozem yang dibangun di kawasan rawan banjir, seperti di Surabaya Barat.
Penambahan tujuh bozem baru itu membuat luas bozem menjadi 147,5 hektar yang mampu menampung air hingga 6,1 juta meter kubik. “Di daerah pesisir pantai, kami membangun pompa air untuk mencegah terjadinya banjir rob,” kata Risma.
Masih banjir
Berbeda dengan banjir di Surabaya yang sudah surut, banjir di Mojokerto masih belum surut meskipun sudah memasuki hari ke enam. Banjir yang menggenangi Dusun Tempuran dan Dusun Bekucuk di Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto masih menggenang hingga ketinggian 70 centimeter.
Banjir tersebut mengakibatkan 380 rumah tergenang dan lebih dari 1.100 warga terdampak. Beberapa warga di antaranya mengungsi, namun tidak sedikit yang memilih bertahan di rumah mereka masing-masing. Akses transportasi, kegiatan ekonomi, serta kegiatan belajar mengajar ikut terganggu.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, belum surutnya bajir di Mojokerto disebabkan tiga sudetan yang mengalirkan air ke Sungai Avour Balongkrai dan Sungai Watu Dakon bermasalah. Aibatnya, genangan banjir tidak kunjung mengalir ke Kali Lamong.
“Normalisasi dilakukan dari hulu dan hilir Kali Lamong karena ada sedimentasi di sungai,” ucap Khofifah.
Sementara itu di Gresik, banjir sudah mulai surut. Hingga Senin sore, wilayah terdampak banjir sudah berkurang, dari sebelumnya menggenagi lima kecamatan menjadi empat kecamatan. Wilayah yang masih tergenang ada di Kecamatan Cerme, Kedamean, Menganti, dan Duduksampeyan. Rata-rata banjir setinggi 20 cm menggenangi jalan raya dan permukiman warga.