KPU Banyuwangi menetapkan Joko Widodo-Maruf-Amin unggul 70,94 persen. Jumlah tersebut meningkat drastis dibanding Pilpres 2014, dimana Joko Widodo yang kala itu berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih 59,8 persen. Peningkatan suara ini disinyalir karena basis suara santri di Banyuwangi.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Banyuwangi telah menuntaskan rekapitulasi suara pemilu 2019 tingkat kabupaten, Sabtu malam (04/05/2019). Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 01, Joko Widodo-Maruf Amin unggul atas pasangan nomor urut 02, Prabowo-Sandiaga Uno.
Berdasarkan data KPU, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin di Banyuwangi memperoleh suara sebanyak 711.117 suara. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno mendapatkan 273.543 suara. Dari daftar pemilih sebanyak 1.345.782 orang, sebanyak 1.002.408 orang menyalurkan suaranya.
Berdasarkan data KPU, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin di Banyuwangi memperoleh suara sebanyak 711.117 suara. Sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno mendapatkan 273.543 suara
Dengan hasil tersebut, tingkat partisipasi di Banyuwangi mencapai 74,48 persen. Dalam pemilu presiden 17 April lalu, pasangan Calon Presiden Joko Widodo-Maruf Amin mendapat 70,94 persen sedangkan pasangan Calon Presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapat 27,28 persen. Adapun suara tidak sah mencapai 17.748 suara atau sekitar 1,77 persen.
Data tersebut disampaikan Ketua KPU Banyuwangi Syamsul Arifin di Banyuwangi, Senin (6/5/2019). “Rekapitulasi sudah kami tetapkan kendati ada beberapa catatan keberatan dari tim saksi Prabowo-Sandi. Mereka memberikan catatan untuk hasil di Kecamatan Muncar, Wongsorejo dan Kalipuro,” kata Syamsul.
Raihan suara Joko Widodo di Banyuwangi meningkat drastis bila dibanding dengan pemilu 2014. Kala itu, Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla hanya mendapat 59,87 persen. Sementara Prabowo Subianto yang kala itu berpasangan dengan Hatta Rajasa meraih 40,13 persen.
Raihan suara Joko Widodo di Pilpres 2019 ini sesuai dengan target yang ditetapkan Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Joko Widodo-Maruf Amin di Banyuwangi. “Saya yakin target suara 65 persen di Jawa Timur termasuk di Banyuwangi dapat tercapai,” ujar influencer TKN Yenny Wahid di sela kampanye Joko Widodo di Banyuwangi Senin (25/3/2019).
Bila dibandingkan dengan kompetitornya, pasangan Joko Widodo-Maruf Amin lebih sedikit berkunjung ke Banyuwangi. Joko Widodo dan Maruf Amin sama-sama satu kali mengunjungi Banyuwangi. Joko Widodo datang ke Banyuwangi saat menghadiri kampanye umum terbuka, sementara Maruf Amin datang dalam kampanye tatap muka dengan para santri, simpatisan dan untuk berziarah ke salah satu pendiri Nahdlatul Ulama.
Prabowo Subianto-Sandiaga Uno justru lebih banyak mengunjungi Banyuwangi. Dalam catatan Kompas, Prabowo datang ke Banyuwangi dua kali, sementara Sandiaga Uno tiga kali. Seluruh agenda Prabowo dan Sandiaga di Banyuwangi berupa kampanye tatap muka. Bahkan salah satu agenda Prabowo di Banyuwangi dilakukan secara tertutup dari media.
Kendati lebih sedikit menyapa pendukungnya di Banyuwangi, raihan suara Joko Widodo-Maruf Amin tetap lebih tinggi. Pemilih di Banyuwangi tampaknya dominasi pemilih yang sudah memantapkan pilihannya dan tidak terlalu terpengaruh dengan banyak atau sedikitnya kampanye.
Selain itu, lonjakan suara Joko Widodo di Banyuwangi tak lepas dari sosok Maruf Amin dan basis suara santri di Banyuwangi. Di Banyuwangi sedikitnya 120 pondok pesantren dengan jumlah santri antara 70 orang hingga 8.000 orang.
“Dari sedikitnya 120 pondok pesantren, ada lima pondok pesantren yang pengasuhnya merupakan simpatisan Prabowo. Salah satunya ialah KH Suyuti Thoha pengasuh pondok pesantren Mansyaul Huda yang juga pernah dikunjungi Sandiaga Uno,” Wakil Sekretaris PCNU Banyuwangi Barur Rohim.
Ia juga menuturkan suara Basis Santri di tahun 2014 jauh berbeda dengan 2019. Pada tahun 2014, dukungan kepada dua kubu relatif berimbang.
“Di tahun 2019, sosok Maruf Amin sangat berpengaruh. Karena Kyai Maruf, menjadi simbolisasi Nahdlatul Ulama. Banyak warga NU di Banyuwangi yang pada 2014 memilih Prabowo, kini memilih Joko Widodo karena ada sosok Kyai Maruf,” ungkap Barur.
Sosiolog yang juga Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi Andang Subaharianto membenarkan, basis suara santri dan ketokohan Maruf Amin memberi kontribusi pada perolehan suara Joko Widodo di Banyuwangi. Namun menurutnya, faktor tersebut bukan satu-satunya faktor pendongkrak suara.
“Kalau dilihat dari perolehan suara di Pemilu Legislatif, pemilih dari basis NU (PKB dan PPP) masih kalah banyak bila dibanding PDI Perjuangan. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya basis suara NU di Banyuwangi tidak terlalu dominan,” ungkapnya.
Kalau dilihat dari perolehan suara di Pemilu Legislatif, pemilih dari basis NU (PKB dan PPP) masih kalah banyak bila dibanding PDI Perjuangan. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya basis suara NU di Banyuwangi tidak terlalu dominan
Andang cenderung melihat, rasionalitas Banyuwangi menjadi faktor penting Raihan suara Joko Widodo di Banyuwangi. Menurutnya, masyarakat Banyuwangi merupakan pemilih rasional yang cenderung menjatuhkan pilihan berdasarkan rekam jejak. Masyarakat Banyuwangi enggan memilih pemilih yang masih menawarkan janji dan angan-angan.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memiliki analisis tersendiri terkait kemenangan Joko Widodo. Anas yang juga kader PDI Perjuangan itu menyebut, pilihan masyarakat Banyuwangi rasional dan mengandung harapan.
“Banyak masyarakat Banyuwangi memilih Joko Widodo karena mereka merasakan perkembangan di daerahnya terwujud berkat kolaborasi dengan pemerintah pusat. Mereka juga berharap Pemerintah Joko Widodo melanjutkan pembangunan hingga ujung Jawa Timur, misalnya pembangunan Tol Trans Jawa,” kata Anas.
Hingga kini penghitungan tingkat nasional terus dinanti hingga maksimal 22 Mei. Bila nantinya Joko Widodo kembali terpilih, semoga harapan 70,94 persen pemilih Banyuwangi dapat segera diwujudkan. Salah satu yang paling rasional dan ditunggu ialah Tol Trans Jawa yang menyisakan ruas Probolinggo-Banyuwangi.
Basis suara santri dan janji menjadi pendongkrak suara Jokowi di Banyuwangi. Kini warga Banyuwangi tinggal menunggu realisasi atas pilihan yang telah mereka berikan.