Belanja Ritel Bergeser
JAKARTA, KOMPAS
Pertumbuhan penjualan sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor ritel melambat. Diperkirakan, hal ini terjadi karena masyarakat mengalihkan prioritas belanja dari ritel ke hal lain.
Meski demikian, konsumsi masyarakat diyakini masih berpotensi menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan I-2018 sebesar 5,06 persen, yang 2,72 persen di antaranya dari konsumsi masyarakat. Pada triwulan I-2017, konsumsi masyarakat yang tumbuh 2,72 persen menopang pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,01 persen.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Dian Ayu Yustina, Minggu (5/5/2019), di Jakarta, berpendapat, konsumsi masih menopang pertumbuhan ekonomi RI. Bantuan sosial dari pemerintah dan pengeluaran selama Pemilu 2019 menjadi stimulusnya.
Pengajar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih memperkirakan, alokasi dana untuk belanja ritel dialihkan untuk mudik, termasuk tiket pesawat. Hal ini antara lain tercermin dari inflasi di sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
Data BPS menunjukkan, andil inflasi kelompok ini 0,05 persen pada April 2019. Tarif angkutan udara menyumbang 0,03 persen di antaranya.
Lana meyakini, peralihan konsumsi tidak akan berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Dampaknya hanya ke pertumbuhan ritel sebagai salah satu komponen konsumsi masyarakat. Tetapi, perlambatan itu terkompensasi dari pertumbuhan konsumsi transportasi," kata Lana.
Kinerja penjualan ritel yang melambat itu dihimpun dari laporan keuangan korporasi.
Penjualan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk pada triwulan I-2019 tumbuh 1,6 persen secara tahunan. Padahal, pada triwulan I-2018, penjualan tumbuh 2,5 persen.
Laba operasional Ramayana pada triwulan I-2019 tumbuh 673,3 persen secara tahunan menjadi Rp 42,4 miliar. Pada triwulan I-2018, Ramayana rugi operasional Rp 7,4 miliar.
“Artinya, penjualan Ramayana pada triwulan-I 2019 bersifat efektif dan efisien karena dapat mendongkrak laba. Wujud efisiensi korporasi kami adalah memperketat potongan harga yang diberikan gerai,” kata Sekretaris Perusahaan Ramayana Lestari Sentosa, Setyadi Surya, di Jakarta, Minggu.
Setyadi menambahkan, Ramayana yang sebelumnya cenderung berorientasi pada penjualan, kini lebih berorientasi pada laba.
Industri
Head of Corporate Communication PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAP) Fetty Kwartati mengatakan, pelambatan pertumbuhan yang dialami MAP juga terjadi pada industri ritel. Namun, laba MAP meningkat karena ditopang sektor toko serba ada, toko specialty, dan makanan-minuman.
MAP membukukan pertumbuhan pendapatan bersih triwulan I-2019 sebesar 8,4 persen secara tahunan menjadi Rp 4,7 triliun. Angka pertumbuhan ini jauh di bawah triwulan I-2018 yang sebesar 19,33 persen.
Sementara, laba usaha MAP tumbuh 15,5 persen secara tahunan pada triwulan I-2019 menjadi Rp 287 miliar.
Adapun PT ACE Hardware Indonesia Tbk membukukan penjualan bersih Rp 1,88 triliun pada triwulan I-2019 atau tumbuh 19,57 persen secara tahunan. Pada triwulan I-2018, pertumbuhan penjualan bersih ACE Hardware 21,54 persen secara tahunan.
Laba bersih yang dibukukan ACE Hardware pada triwulan I-2019 tumbuh 13,8 persen menjadi Rp 239,3 miliar.
“Pertumbuhan penjualan di kisaran 20 persen masih tergolong bagus,” ujar Sekretaris Perusahaan ACE Hardware, Helen R Tanzil. (JUD)