Sejak dirawat Februari lalu, sejumlah tokoh dan elite bangsa telah menjenguk Bu Ani, termasuk Presiden Joko Widodo dan presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie. Prabowo Subianto juga telah menjenguk Ani pada Februari lalu. Mereka memiliki afiliasi dukungan yang berbeda pada Pilpres 2019, tetapi menghapus sekat perbedaan itu untuk mendukung perjuangan Ani.
Oleh
M IKHSAN MAHAR
·3 menit baca
Perjuangan mantan ibu negara, Ny Ani Yudhoyono, melawan kanker darah dapat mengikis perbedaan pandangan politik selama perhelatan Pemilu 2019. Seluruh tokoh yang berbeda pilihan pada kontestasi pesta demokrasi itu bersatu memberikan doa dan semangat demi kesembuhan Ani.
Hal itu tak terkecuali dilakukan oleh sejumlah tokoh bangsa yang tergabung dalam Gerakan Suluh Kebangsaan, di antaranya, mantan ibu negara Ny Sinta Nuriyah Wahid; mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD; mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan; dan Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, Jumat (3/5/2019). Mereka memiliki afiliasi dukungan yang berbeda pada Pilpres 2019, tetapi menghapus sekat perbedaan itu untuk mendukung perjuangan Ani.
Sejak dirawat Februari lalu, sejumlah tokoh dan elite bangsa telah menjenguk Bu Ani, termasuk Presiden Joko Widodo dan presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie. Prabowo Subianto juga telah menjenguk Ani pada Februari lalu.
Yudhoyono mengatakan, dirinya dan keluarga sangat terharu karena masih besarnya perhatian bangsa Indonesia terhadap Bu Ani. Kedatangan para penjenguk itu memberikan semangat kepada Bu Ani untuk ”menang” melawan penyakit yang tengah diderita. Meskipun Bu Ani tidak bisa menemui langsung, kata Yudhoyono, dirinya selalu membacakan daftar para penjenguk kepada Ani sebelum menjumpai para penjenguk di sebuah ruangan rumah sakit itu.
”Pasang surut dalam perawatan terjadi, tetapi melalui dukungan tim dokter, teknologi terbaik, dan perhatian semua pihak muncul semangat dan harapan Bu Ani untuk cepat sembuh,” ucap Yudhoyono dalam obrolan yang berlangsung sekitar satu jam.
Yudhoyono mengungkapkan, pengobatan intensif Bu Ani juga membuat dirinya melakukan penyesuaian, termasuk untuk menemani Bu Ani ketika tidur. Ia menuturkan, kebersamaan yang telah terjalin dalam ikatan pernikahan selama 43 tahun membuat dirinya sulit untuk meninggalkan Bu Ani tidur seorang diri. Alhasil, ia menyiapkan tempat tidur seadanya agar tetap bisa menemani Bu Ani.
Sementara itu, putra bungsu Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, mengatakan, dirinya bergiliran setiap tujuh hari bersama sang kakak, Agus Harimurti Yudhoyono; kakak iparnya, Annisa L Pohan; serta istrinya, Siti Ruby Aliya Rajasa, untuk menjaga ibunda.
Melihat keharmonisan Yudhoyono dengan Ani, Alissa menyatakan, momen itu mengingatkan dirinya terhadap pengorbanan ayahnya, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, saat mendampingi ibunya, Sinta, menjalani pengobatan.
”Ini adalah pelajaran bagi bangsa bahwa keluarga menempati posisi penting dibandingkan sikap politik praktis. Pak SBY adalah sumber kekuatan Bu Ani,” kata Alissa.
Ini adalah pelajaran bagi bangsa bahwa keluarga menempati posisi penting dibandingkan sikap politik praktis. Pak SBY adalah sumber kekuatan Bu Ani.
Tetap dibutuhkan
Di tengah polarisasi yang meruncing pada perhelatan Pemilu 2019, Dahlan menambahkan, pengalaman dan teladan Yudhoyono masih amat dibutuhkan bangsa Indonesia. ”Kami ingin ketika Pemilu 2019, Pak SBY berada di Indonesia,” katanya.
Yudhoyono pun tersenyum dan menjawab, ”Allah tidak mengizinkan.”
Adapun Sinta menilai, sebagai presiden selama 10 tahun, Yudhoyono memiliki pengalaman untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa. Bu Ani yang mendampingi Yudhoyono sebagai ibu negara juga memiliki andil besar bagi perkembangan Indonesia selama satu dekade.
Oleh karena itu, Sinta berharap Yudhoyono dan Bu Ani bisa segera kembali ke Tanah Air untuk memberikan nasihat kepada seluruh elemen bangsa agar bisa melalui tantangan bangsa saat ini.
Untuk menyelesaikan persoalan bangsa yang diakibatkan kontestasi Pemilu 2019, Yudhoyono berharap, tokoh-tokoh bangsa yang tidak terlibat dalam kontestasi politik praktis mengisi ruang-ruang kosong dan membantu untuk menemukan solusi.
Semasa Gus Dur menjabat sebagai presiden, kenang Yudhoyono, Gus Dur selalu mengajaknya berdialog untuk memecahkan masalah bangsa. Dari pengalaman itu, tambahnya, setiap persoalan bangsa memiliki pilihan jalan keluar yang luas dan banyak.
”Saya selalu anjurkan teman-teman di pihak Pak Jokowi dan Pak Prabowo untuk bangun komunikasi. Tidak serta-merta ada solusi, tetapi akan ada jalan (keluar),” katanya.
Saya selalu anjurkan teman-teman di pihak Pak Jokowi dan Pak Prabowo untuk bangun komunikasi. Tidak serta-merta ada solusi, tetapi akan ada jalan (keluar).
Akhirnya, di tengah menjalani tahap ketiga kemoterapi dari kanker darah yang diderita, Bu Ani mengajarkan seluruh anak bangsa agar tidak menyerah dan selalu hadirkan semangat untuk bisa segera sembuh.
Begitupun dengan bangsa Indonesia yang tengah ”sakit” akibat kontestasi politik. Semoga seluruh elite dan tokoh bangsa terus memunculkan harapan dan menunjukkan kebesaran hati demi persatuan.