Peristiwa pembunuhan terhadap Syamsul Lussy (38) warga Desa Hualoy, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, yang diduga dilakukan sejumlah warga Desa Latu tidak lepas dari konflik terbuka pada Februari yang menewaskan seorang warga Latu. Aksi saling balas dendam antarawarga dua desa bertetangga itu akan semakin memparah keadaan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
MASOHI, KOMPAS - Peristiwa pembunuhan terhadap Syamsul Lussy (38) warga Desa Hualoy, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, tidak lepas dari konflik terbuka pada Februari yang menewaskan seorang warga Latu. Aksi saling balas dendam antarawarga dua desa bertetangga itu akan semakin memparah keadaan.
Konflik tersebut juga berdampak besar terhadap situasi keamanan di Maluku. Jalan Lintas Seram yang melewati dua desa itu diblokade dengan cara dicor menggunakan beton. Padahal jalan tersebut merupakan akses utama di Pulau Seram, pulau terbesar di Maluku. Warga tiga kabupaten menggunakan jalan tersebut, yakni Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, dan Maluku Tengah.
"Pembunuhan kalau dibalas juga dengan pembunuhan, maka itu akan terus berlanjut. Masalah akan semakin panjang dan tidak akan selesai. Di sini butuh kebesaran hati untuk mencari jalan keluar terbaik bagi masa depan daerah itu. Konflik akan membuat orang semakin terpuruk," kata Jusmalinda Holle dari bagian pemantauan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Provinsi Maluku di Ambon, Senin (6/5/2019).
Pembunuhan kalau dibalas juga dengan pembunuhan, maka itu akan terus berlanjut. Masalah akan semakin panjang dan tidak akan selesai. Di sini butuh kebesaran hati untuk mencari jalan keluar terbaik bagi masa depan daerah itu. Konflik akan membuat orang semakin terpuruk
Warga Latu dan Hualoy sudah terlibat konflik berkepanjangan. Sudah banyak korban nyawa berjatuhan. Sebelumnya, konflik terbuka antara warga dua desa itu terjadi pada Februari 2019 lalu. Kala itu, seorang warga Latu meninggal, tiga orang luka, empat unit sekolah, sejumlah rumah penduduk ikut terbakar.
Konflik berkepanjangan itu menyebabkan daerah itu menjadi tidak aman. Blokade jalan juga sering dilakukan. Pengendara serta penumpang yang melintasi daerah itu diperiksa identitasnya. Kondisi itu menyebabkan orang takut melewati daerah itu. Padahal rute tersebut merupakan jalur logistik dari Ambon ke Pulau Seram.
Berdasarkan catatan Kompas, seusai konflik terbuka pada Februari lalu, tokoh kedua desa sempat didekati untuk diajak berdamai. Juru runding saat itu adalah Komisaris Besar Gatot Mangkurat dari Polda Maluku. Namun, hingga kini tidak ada kesepakatan damai. "Aparat keamanan dan pemerintah daerah harus serius mendamaikan warga di sana. Di sini lain, penegakan hukum harus jalan," ujar Jusmalinda.
Menurutnya, bukan sesuatu yang mustahil untuk merajut perdamaian bagi warga kedua desa itu. Banyak desa tetangga di Maluku yang terlibat konflik bertahun-tahun akhirnya bisa damai. Sebagai contoh konflik antara warga Desa Porto dan Desa Haria atau Desa Mamala dan Desa Morella. Kini, mereka sudah bisa hidup berdampingan dengan damai. Warga yang dari luar tidak lagi was-was bila datang ke daerah itu.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Maluku Komisaris Besar M Roem Ohoirat yang dihubungi mengatakan, puluhan aparat gabungan TNI dan Polri sudah berhasil menyekat perbatasan kedua desa. Hingga Senin malam, kondisi di sana masih tegang. Tidak tertutup kemungkinan terjadinya bentrokan susulan.
Seruan damai
Sejumlah anak muda di Maluku yang tergabung dalam Gerakan Sayang Maluku mengajak tokoh masyarakat dari dua kampung itu untuk menahan diri. Sudah banyak korban yang berjatuhan akibat konflik Latu dan Hualoy. Mereka meyakini, kedamaian dapat tercapai seperti halnya konflik yang terjadi antarwarga desa tetangga di Maluku yang lain. Kedamaian itu harus bersumber dari hati.
Gerakan yang dibentuk untuk menyikapi konflik tersebut juga mengajak pengguna media sosial dari Hualoy dan Latu agar tidak memosting tulisan di media sosial yang dapat memperkeruh keadaan. Yani Salampessy, koordinator gerakan tersebut mendesak pemerintah daerah agar segera mengambil langkah untuk perdamaian di sana.
Salah satu tokoh perdamaian Maluku Rudi Fofid berusaha mengampanyekan perdamaian di media sosial. Ia ikut mengajak semua pihak untuk menahan diri. Dari pantauan Kompas, ada pimilik akun yang berasal dari kedua desa yang bertikai itu, tampaknya belum puas.