Kegagalan dua pertemuan dengan AS, dan frustrasi dengan sikap Washington yang tak juga mencabut sanksi ekonomi, Pyongyang kembali melakukan uji coba peluncur roket.
Seoul, Minggu Korea Utara kembali melakukan uji coba peluncur roket multilaras jarak jauh dan sejumlah peluru kendali pada akhir pekan lalu. Uji coba itu mengisyaratkan rasa frustrasi Pyongyang terhadap kesepakatan denuklirisasi dengan Washington yang tak kunjung terwujud.
Kantor Berita Korut, KCNA, menyatakan, Pemimpin Korut Kim Jong Un mengaku ”sangat puas” dengan uji coba yang dilakukan di pesisir Wonsan. Kim menekankan agar para prajurit yang berada di garis terdepan tetap menerapkan kewaspadaan tinggi dan meningkatkan kemampuan tempur untuk membela kedaulatan politik dan kemampuan ekonomi negara mereka.
Uji coba itu juga menunjukkan rentannya ”gencatan senjata” antara Korea Selatan dan Utara, yang tercapai pada September 2018 yang mana kedua militer sepakat menghapus seluruh aksi kekerasan terhadap satu sama lain di darat, laut, dan udara.
Uji coba roket yang diperkirakan mampu melesat hingga sejauh 200 kilometer itu setara dengan jarak dari lokasi peluncuran ke ibu kota Korsel, Seoul. Namun, KCNA menegaskan, uji coba itu tidak untuk mengancam atau memperingatkan Korsel ataupun AS.
Seoul menyatakan keprihatinan mendalam atas uji coba itu dan menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan antar-Korea untuk mengurangi permusuhan di kedua pihak. Seoul juga mendesak Pyongyang menghentikan aksi- aksi yang bisa meningkatkan ketegangan militer.
Frustrasi
Pemimpin Korut Kim Jong Un telah dua kali bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, yaitu November 2018 dan Februari 2019, tetapi pertemuan itu gagal membuat terobosan. Korut menginginkan agar seluruh sanksi ekonomi dicabut dan sebagai imbalannya Korut akan melakukan perlucutan senjata. Namun, Washington menganggap langkah yang dilakukan Korut tidak cukup.
Hal itu membuat Pyongyang frustrasi dan menuntut agar Menlu AS Mike Pompeo dicoret dari negosiasi nuklir. Korut juga mengkritik penasihat keamanan AS, John Bolton.
”Korea Utara ingin mengatakan bahwa ”Kami memiliki rudal dan senjata nuklir untuk menghadapi sanksi AS”. Korut bisa meluncurkan rudal-rudal jarak pendek pada bulan ini, dan tak ada jaminan bahwa mereka tak akan meluncurkan rudal jarak menengah bulan depan,” kata Profesor Nam Sung- wook dari Universitas Korea.
Korut telah melakukan uji coba senjata nuklir selama enam kali, yang terakhir kali terjadi pada September 2017 saat Korut meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu mencapai wilayah AS. Dalam ”kesepakatan damai” antar-Korea, Kim mengatakan bahwa Korut tidak akan melakukan uji coba nuklir ICBM. Uji coba yang dilangsungkan akhir pekan itu dianggap tidak melanggar komitmen antar- Korea.
Pertemuan ketiga
Melalui Twitter-nya, Trump mengatakan, kesepakatan nuklir dengan Korut akan terwujud. ”Kim menyadari potensi ekonomi yang besar dari Korut dan ia tak akan melakukan tindakan untuk mengakhirinya. Dia juga tahu saya mendukungnya dan ia tak ingin membatalkan janjinya. Kesepakatan akan terwujud!”
Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, AS mengetahui langkah Korut dan terus akan memonitor perkembangan terakhir. Jepang yang berupaya mewujudkan pertemuan antara PM Shinzo Abe dan Kim mencoba menahan diri dan mengatakan, uji coba ”proyektil” bukanlah ancaman keamanan. (AP/AFP/MYR)