JAKARTA, KOMPAS – Memasuki bulan puasa Ramadhan, pemusatan latihan nasional atletik melakukan penyesuaian jadwal dan menu latihan. Agar atlet yang berpuasa terhindar dari kelelahan ataupun dehidrasi, sebagian jadwal latihan difokuskan ke sore hari atau menjelang buka. Sementara itu, menu latihan fisik sedikit berkurang dan diganti latihan teknik yang agak lebih banyak.
Dari nomor sprint, pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mengatakan, latihan atlet tidak boleh putus karena tahapan kemampuan yang sudah dilalui akan menurun kalau latihannya terhenti. Kendati demikian, saat bulan puasa, atlet pun tidak bisa terlalu dipaksa berlatih keras karena bisa memicu kelelahan atau dehidrasi.
Untuk itu, tim pelatih melakukan penyesuaian jadwal latihan selama bulan puasa. Latihan sprint biasanya dilakukan pada pagi pukul 07.00-10.00 dan sore pukul 15.00-17.30 dari Senin-Jumat dan hanya pagi pukul 07.00-10.00 pada Sabtu.
Selama puasa, latihan hanya dilakukan pada sore pukul 15.00-17.30. ”Penyesuaian ini dilakukan agar atlet bisa terus melanjutkan program latihan tetapi tidak terlalu diporsir agar puasanya juga terjaga,” ujar Eni dihubungi dari Jakarta, Minggu (5/5/2019).
Selain jadwal latihan yang disesuaikan, Eni menuturkan, menu latihan juga ada penyesuaian. Tim pelatih akan mengurangi menu latihan fisik sekitar 10-20 persen lebih dikit dibanding hari/bulan biasa. Pelatih akan lebih banyak memberikan latihan teknik. ”Kalau tempat latihan memungkinkan digunakan malam hari, latihan fisik bisa saja dilakukan saat malam,” katanya.
Penyesuaian jadwal latihan juga dilakukan tim lompat jauh. Pelatih lompat jauh PB PASI Arya Yuniawan Purwoko mengutarakan, latihan lompat jauh biasanya hanya satu sesi dengan durasi 2 jam 30 menit per hari. Di bulan biasa, latihan itu dilakukan bergantian pagi atau sore. Selama puasa, latihan tersebut hanya dilakukan di sore hari.
Adapun menu latihan, Arya menyampaikan, tidak ada perubahan program latihan selama bulan puasa. ”Kami paling menyesuaikan jadwalnya saja. Kalau menu latihan, kami tetap melakukan program seperti biasa, yakni ada latihan fisik dan teknik. Tidak ada menu latihan yang dikurangi,” tutur Arya.
Di nomor lari gawang, pelatih lari gawang PB PASI Fitri ”Ongky” Haryadi mengatakan, jadwal latihan tetap pagi dan sore. Hanya saja, durasinya berkurang, yakni dari sekutar 2 jam 30 menit per sesi menjadi sekitar 1 jam 30 menit per sesi. Dirinya juga akan lebih fleksibel dengan atlet.
Bila atlet sudah tampak kelelahan saat latihan, ia tidak akan memaksa untuk meneruskan latihan tersebut. ”Tidak ada perubahan menu latihan. Kami akan tetap menjalankan program yang ada. Tetapi, kami juga melihat kondisi atlet. Seperti Emil, saat ini, dia tidak bisa juga mendapatkan menu latihan yang terlalu berat karena masih tahap pemulihan cedera,” ujarnya.
Dari atlet, pada dasarnya, mereka sudah terbiasa latihan sembari menjalankan puasa. Namun, guna mengantisipasi kelelahan ataupun dehidrasi, mereka tetap akan mempersiapkan diri lebih matang. Atlet lompat jauh putra Sapwaturrahman, misalnya, selama puasa biasanya dia meningkatkan asupan makanan ketika sahur. ”Saya biasanya menambah porsi makanan yang kaya/tinggi mineral, seperti buah kurma yang minimal 3-5 butir harus dikonsumsi ketika sahur,” ujar atlet asal Nusa Tenggara Barat itu.