JAKARTA, KOMPAS – Periode pertama kualifikasi angkat besi untuk Olimpiade Tokyo 2020 berakhir 30 April 2019. Untuk sementara, Indonesia baru menempatkan lifter Eko Yuli Irawan pada delapan besar dunia di kelasnya sebagai syarat lolos ke Olimpiade. Tantangan pun semakin besar untuk mengirim lebih banyak lifter ke Tokyo.
Sesuai aturan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), setiap lifter harus mengikuti minimal enam kejuaraan internasional dalam 18 bulan. Atlet harus mengikuti setidaknya satu lomba pada setiap periode kualifikasi, yakni 1 November 2018-30 April 2019, 1 Mei-1 Oktober 2019, dan 1 November 2019-30 April 2020.
Poin yang diperoleh lifter pada tiap kejuaraan akan diakumulasi. Kualifikasi bersifat individu sehingga atlet dituntut kompetitif. Lifter delapan besar dunia, atau lima besar benua, pada akhir kualifikasi berhak lolos ke Olimpiade.
Pada periode pertama kualifikasi, lifter elite pelatnas sudah mengikuti 3-4 kejuaraan dengan kategori lomba emas dan perak. Kategori emas menyediakan poin peringkat dunia tertinggi, yaitu Kejuaraan Dunia dan Kejuaraan Asia untuk lifter senior dan yunior.
Selama periode itu, baru Eko (kelas 61 kg) yang posisinya aman di delapan besar. Juara dunia 2018 ini menempati posisi kedua dengan poin 2.114,6. Ia berada di bawah lifter China, Li Fabin, dengan poin 2.176,75.
Lifter lainnya masih harus berjuang. Deni (69 kg) berada di peringkat ke-13. Triyatno (73 kg) di peringkat ke-14. Adapun lifter putri Windy Cantika Aisah (49 kg) peringkat ke-33, Syarah Anggraini (55 kg) peringkat ke-10, dan Nurul Akmal (+87 kg) urutan ke-11.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya mengatakan, Indonesia punya harapan meloloskan lifter yunior Cantika ke Olimpiade Tokyo. ”Tetapi, kami perlu kerja keras untuk meloloskan Cantika karena dia baru satu kali ikut kejuaraan,” ujarnya.
Pada Kejuaraan Asia di Ningbo, China, 18-28 April, Cantika mengukir tiga rekor dunia remaja untuk angkatan snatch 80 kg, clean and jerk 97 kg, serta total 177 kg. Dia menempati peringkat ketujuh. Karena baru ikut satu kejuaraan, poin Cantika berada di posisi ke-33, jauh dari lifter yang sudah mengikuti tiga hingga empat kejuaraan.
Menurut Alamsyah, Cantika punya potensi untuk tampil maksimal pada periode kedua dan ketiga kualifikasi. Namun, penetapan target prestasi juga harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan tubuhnya yang masih remaja.
Adapun atlet senior dituntut bekerja keras memulihkan angkatan. ”Angkatan Eko Yuli, misalnya, masih di bawah 300 kg. padahal pada Kejuaraan Dunia 2018 mengangkat 317 kg. Deni dan Triyatno juga harus berusaha,” kata Alamsyah.
Pelatih kepala tim angkat besi Indonesia Dirdja Wihardja mengatakan, kekuatan dasar menjadi masalah krusial tim angkat besi Indonesia. “Semoga dalam waktu empat bulan menuju Kejuaraan Dunia 2019 bisa dimaksimalkan kekuatan dasarnya,” kata dia.