Polisi dan Warga Tingkatkan Kewaspadaan Cegah Aksi Teroris
Pasca penangkapan lima terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung, di Bekasi, Jawa Barat, kepolisian dan warga setempat semakin waspada. Jaringan JAD merupakan kelompok teroris yang bergerak sendiri-sendiri dan melakukan amaliah atau teror ketika mendapat kesempatan.
Oleh
Stefanus ato
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Pasca penangkapan lima terduga teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung, di Bekasi, Jawa Barat, kepolisian dan warga setempat semakin waspada. Jaringan JAD merupakan kelompok teroris yang bergerak sendiri-sendiri dan melakukan amaliah atau teror ketika mendapat kesempatan.
Kepala sub Bagian Humas Kepolisian Resor Metro Kabupaten Bekasi Ajun Komisaris Sunardi mengatakan saat ini aparat dan warga sama-sama melakukan patroli 24 jam di wilayah hukum Polres Metro Kabupaten Bekasi. "Kami intensif menjalin komunikasi dengan warga untuk lebih peduli dengan situasi sekitar. Ada orang baru yang masuk minimal dia harus melapor ke RT atau RW setempat," ucap Sunardi, Senin (6/5/2019), di Bekasi.
Menurut Daep (50), warga Desa Kedung Pengawas, Babelan, ruko yang digerebek Tim Densus 88 Antiteror, Sabtu (4/5/2019) lalu baru dijual pemiliknya tiga bulan sebelumnya. Ruko itu kemudian dihuni tiga lelaki dan satu perempuan yang tak dikenal warga. "Mereka tidak pernah bergaul dengan warga sekitar. Ruko itu hanya ada orang saat malam. Kami punya pos ronda, kami akan lebih hati-hati dengan orang baru yang masuk ke sini," ucap Daep.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Humas Polrestro Bekasi Kota Komisaris Erna Ruswing mengatakan wilayah Bekasi tetap kondusif. Penangkapan dan penembakan terduga teroris di Kelurahan Jatikramat, Jatiasih, Kota Bekasi, Minggu kemarin, merupakan pengembangan dari penggerebekan di Babelan.
"Saat tersudut mereka lari ke Jatiasih. Tetapi warga tidak perlu khawatir, kami ada operasi kemanan skala besar bersama TNI," ucapnya.
Operasi skala besar itu sudah rutin dilakukan sejak menjelang Pemilu 2019 dengan melibatkankan jajaran kepolisian sektor dan anggota TNI Distrik militer 05/07 Bekasi. Operasi itu akan terus berlanjut selama Bulan Ramadhan hingga Lebaran.
Bergerak sendiri
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib, mengatakan jaringan JAD berada dibawah dipimpin Aman Abdurrahman sebagai amir (pemimpin) utama dan 14 amir wilayah yang menyebar di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Para pemimpin kelompok ini telah ditangkap dan sedang menjalani hukuman pidana penjara ataupun menunggu eksekusi pidana mati.
"Tetapi penangkapan pimpinan mereka tidak menyurutkan konsolidasi antaranggota. Bukan faktor kepemimpinan yang mempengaruhi kelompok ini, tetapi faktor keyakinan atau ideologi," kata Ridwan.
Kelompok ini, tanpa diperintah pimpinan pun, setiap saat merecanakan amaliah sesuai degan keyakinan mereka. Adapun sasaran dari JAD merupakan aparat Polri yang sedang menjalankan tugas keamanan.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, sasaran dari kelompok JAD adalah pasukan pengamanan Pemilu 2019.
Berdasarkan catatan Kompas, JAD merupakan jaringan teroris yang berdiri tahun 2015. Kelompok ini mendukung Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Simpul mereka adalah Bahrun Naim, pemimpin sayap NIIS asal Indonesia. Hingga bulan Mei tahun 2017, lebih dari 120 anggota Polri menjadi korban jaringan JAD (Kompas, 27 Juli 2017).
Beberapa kasus bom yang pernah dilakukan JAD di Indonesia, yaitu bom bunuh diri dua anggota JAD pada 25 Mei 2017, di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Tindakan teror itu mengakibatkan tiga anggota Polri yang sedang bertugas mneninggal dunia. Aksi itu masih berhubungan dengan Bom Panci di Cicendo, Bandung, pada Februari 2016.
Kelompok ini juga menjadi dalang ledakan bom di tiga gereja di Surabaya, pada 13 Mei 2018. Sehari kemudian mereka kembali beraksi di markas Polrestabes Surabaya dan rusun Wonocol. Rentetan peristiwa yang terjadi di Jawa Timur itu, menyebabkan korban meninggal mencapai 28 orang (Kompas, 16 Mei 2018)
Diapresiasi
Ridwan Habib menambahkan, langkah deteksi dini yang dilakukan Densus 88 Antiteror Polri patut diapresiasi dan merupakan sebuah langkah maju yang positif. Polisi berhasil membongkar dan menemukan skenario JAD sebelum terjadi penyerangan.
"Densus bertindak lebih cepat. Jangan sampai bulan Ramadhan ini dikotori dengan serangan seperti itu. Karena keberhasilan mereka melakukan serangan di Srilanka dan teror di Surabaya juga mendekati bulan Ramadhan," ucapnya.
Ridwan menilai gerak cepat Densus 88 Antiteror Polri juga tidak terlepas dari keberadaan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Terorisme Menjadi UU. Perubahan regulasi baru membantu Polri untuk bekerja efisen serta efektif dalam menangkal serangan teroris.
"Dengan sekarang itu pengakuan dan laporan awal itu sudah bisa menjadi alasan untuk menangkap," kata Ridwan.