JAKARTA, KOMPAS Pemerintah menetapkan awal Ramadhan 1440 Hijriah jatuh pada Senin (6/5/2019). Penetapan ini disepakati bersama perwakilan organisasi kemasyarakatan Islam yang hadir pada sidang isbat di Jakarta, Minggu sore. Kesepakatan ini dinilai sebagai momentum positif untuk membangun kebersamaan antarelemen bangsa.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, hasil sidang ini menunjukkan adanya kebersamaan untuk saling menghormati satu sama lain. Ramadhan diharapkan menjadi inspirasi untuk menebarkan kedamaian dan membangun kerukunan di tengah keberagaman. ”Ramadhan harus menjadi peristiwa untuk merawat persaudaraan sesama anak bangsa Indonesia,” ujarnya.
Sidang isbat pada Minggu sore dipimpin Lukman Hakim Saifuddin di Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta. Keputusan sidang ini diambil setelah mempertimbangkan ketinggian hilal pada posisi di antara 4 derajat 30 menit 59 detik sampai dengan 5 derajat 42 menit 59 detik atau 4,5 derajat sampai dengan 5,7 derajat. Hal itu menjadikan hilal sudah terlihat jelas.
Sidang isbat digelar tertutup sekitar 40 menit. Forum ini dihadiri unsur Kementerian Agama, perwakilan DPR, pemimpin organisasi kemasyarakatan Islam, ahli ilmu astronomi, pemimpin badan hisab dan rukyat, serta sejumlah duta besar dan perwakilan dari negara-negara sahabat.
Lukman mengatakan, sidang isbat menggunakan dua metode untuk menetapkan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan kalender Hijriah.
Keduanya adalah hisab atau penghitungan secara matematis dan astronomis serta rukyat atau melihat langsung hilal. ”Dua metode ini digunakan untuk saling melengkapi,” ujarnya.
Keduanya saling melengkapi karena seorang petugas rukyat juga harus menguasai hisab. Sebaliknya, hisab juga perlu dipastikan melalui metode rukyat. Karena itu, kedua metode ini perlu digunakan.
Sembilan petugas
Kementerian Agama menggunakan kesaksian sembilan petugas rukyat yang menyampaikan kesaksiannya telah melihat hilal. Di antaranya, mereka berasal dari Bangkalan, Gresik, dan Lamongan (Jawa Timur); Makassar (Sulawesi Selatan); Brebes (Jawa Tengah); dan Sukabumi (Jawa Barat).
Berdasarkan hasil observasi bulan di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag, Cecep Nurwendaya, mengatakan, ijtimak (konjungsi) terjadi pada pukul 05.45 WIB. Selain di Palabuhanratu, Kemenag juga melakukan pengamatan di 102 lokasi rukyatul hilal di 34 provinsi.
Di Kalianda, Lampung Selatan, tim Observatorium Astronomi Institut Teknologi Sumatera Lampung juga memantau hilal menggunakan teleskop. Awan tebal membuat hilal sulit terlihat.
Kebersamaan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi mengatakan, MUI bersyukur bahwa bangsa Indonesia dapat mengawali puasa bersama-sama. Ia berharap kebersamaan tersebut dapat terus terjadi di setiap Ramadhan.
Di dalam memulai Ramadhan, ia mengajak umat Islam berpuasa dengan iman dan kesungguhan. Secara khusus, MUI mendorong agar Ramadhan dapat menjadikan rakyat Indonesia mampu mengendalikan diri selama penghitungan suara sesudah pemilu.
MUI berharap, Ramadhan dapat menjadi berkah dan rahmat bagi umat Islam serta seluruh bangsa pada umumnya untuk mewujudkan situasi yang aman, tenteram, damai, dan penuh kebersamaan.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher mengapresiasi pertemuan itu. DPR mendorong agar kebersamaan ini dapat dipertahankan. Ke depan, dia menginginkan adanya kalender Hijriah yang disepakati bersama.
”Agama mengajarkan kebaikan sehingga selalu membawa pesan kesejukan. Semoga Ramadhan dapat memberikan kenyamanan bagi seluruh warga Indonesia,” tutur Ali. (PDS/VIO)