JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mulai mengembangkan teknologi mina padi air payau yang memadukan komoditas tanaman padi dengan udang windu. Uji coba dilaksanakan di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Program percontohan yang disebut Inovasi Teknologi Adaptif Perikanan Mina Padi Air Payau (INTAN-AP) udang windu itu dilaksanakan pada lahan non- produktif seluas 1 hektar di Dusun Uring, Desa Lawallu, Kecamatan Soppengriaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Kini, program percontohan tersebut memasuki masa panen.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja, Minggu (5/5/2019), mengemukakan, teknologi tersebut memadukan budidaya udang windu yang biasanya hidup di wilayah laut, dengan padi yang biasanya hidup di air tawar.
Varietas padi yang digunakan adalah INPARI 34 dan 35 yang toleran salin, hasil riset Bali Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Kementerian Pertanian. Varietas padi itu bertahan pada air payau dengan tingkat salinitas 10 ppt (bagian per seribu). Adapun benur udang windu yang biasanya dibudidayakan pada tingkat salinitas 45 ppt bisa diturunkan menjadi 10 ppt.
Mina padi air payau yang memadukan padi dan udang windu diharapkan turut meningkatkan produksi udang windu yang merupakan spesies asli Indonesia.
Udang windu yang digunakan adalah hasil riset perakitan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
”Panen pertama berhasil, panen kedua berhasil juga. Jadi, kami lihat teknologi ini sudah mapan untuk bisa dikembangkan di masyarakat secara luas,” kata Sjarief.
Dari lahan seluas 1 hektar tersebut, komposisi pemanfaatan lahan adalah 30 persen untuk udang dan 70 persen untuk lahan padi. Berdasarkan hasil panen, lahan tersebut menghasilkan beras 2,5 ton dan udang windu 216 kilogram.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan Sulkaf S Latief dalam siaran pers menyebutkan, mina padi air payau yang memadukan padi dan udang windu diharapkan turut meningkatkan produksi udang windu yang merupakan spesies asli Indonesia. Beberapa daerah yang akan menjadi wilayah pengembangan udang windu di Sulawesi Selatan di antaranya Barru, Pinrang, Bone, Bajo, Talakalar, Bulukumba, dan Sinjai.
Dengan harga pasaran udang Rp 75.000 per kg dan harga beras Rp 4.000 per kg, pembudidaya mina padi mampu mendapatkan hasil senilai Rp 26 juta dalam satu kali masa tanam.
Sebelumnya, riset teknologi budidaya mina padi air payau telah diujicobakan pada musim kemarau dan pada musim hujan. Berdasarkan hasil percontohan tersebut, potensi produksi udang windu sebanyak 216 kg per hektar dengan padat tebar 4 ekor per meter persegi, sedangkan produksi padi adalah 2.450 kg per hektar setiap panen. (LKT)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.